Bisnis sepakbola memang unik. Beli pemain bukan digunakan, tapi dijual.
Kisah ini terjadi pada 1998. Dia memiliki tiga klub dalam satu satu pekan, yaitu Real Betis, Coventry City, dan tentu saja Los Blancos.
Kisah Olivier Giroud, Si Tua Garang Setelah Ibrahimovic di AC Milan
Jadi, ini seperti kejatuhan durian runtuh. Para pendukung Coventry hampir tidak bisa mempercayai keberuntungan mereka. Skuad Gordon Strachan saat itu memiliki banyak pemain Liga Premier yang dapat diandalkan. Tapi, mereka bukanlah barisan pemain berbakat bertabur bintang.
Tampil Bagus di Klub Peminjam, Apakah Arsenal Tertarik Memulangkan Wiliam Saliba?
Di Liga Premier, cara seperti itu pernah dilakukan ketika Wolverhampton Wanderers membuat peminjaman Benik Afobe dari Bournemouth permanen pada musim panas 2018. Kemudian, mereka menjual sang striker ke Stoke City, beberapa hari kemudian, untuk mendapat keuntungan.
Meski itu alasannya, satu pertanyaan besar tetap ada, yaitu mengapa yang dipilih Coventry? Bayangkan, Madrid adalah klub terbesar di dunia. Sementara Coventry adalah tim kecil yang mengeluarkan dana besar untuk pemain Piala Dunia. Harap diingat bahwa 2,6 juta pounds pada 1998 adalah angka yang sangat besar.
Lalu, siapa diantara petinggi Madrid yang memutuskan bahwa Strachan adalah orang yang tepat untuk memuluskan skenario tersebut?
Sulit untuk mengetahui apa yang harus dipercaya dalam situasi ini. Tapi, sampai beberapa tahun kemudian, sampai sang pemain pensiun, mereka menyatakan bahwa kepindahan Jarni ke Coventry adalah asli. Hanya karena keluarganya enggan pindah ke Inggris, maka dia memutuskan mudik ke Spanyol.
"Strachan ingin saya mendatangkan saya ke Coventry. Dia menyukai cara saya bermain. Dia menyukai penampilan saya di klub dan timnas. Tapi, setelah saya menerima tawaran dari Madrid, saya memutuskan untuk bergabung bersama mereka sebagai gantinya," kata Jarni kepada Herald Sport pada 2013.
"Saya tidak akan mengatakan itu adalah keputusan istri saya. Tapi, itu adalah keputusan keluarga. Keluarga saya menentang saat saya ingin pindah ke Inggris. Kami memiliki anak kecil, putri saya masih duduk di sekolah dasar di Spanyol, dan kami lebih suka tinggal di sana daripada pindah ke Inggris," tambah Jarni.
"Saya jujur tentang itu. Ketika saya memberi tahu Strachan, dia bisa mengerti.Dia paham dengan situasi saya," ucap Jarni.
Keduanya, bertemu lagi 15 tahun setelah transfer. Saat itu, Strachan memimpin Skotlandia melawan Kroasia. Sementara Jarni bekerja untuk Hajduk Split. Mereka bertemu dan berbincang-bincang hangat layaknya kawan lama yang tidak pernah bertemu.
"Jalan kami mengambil arah yang berbeda. Kami tidak bertemu satu sama lain dan berbicara satu sama lain untuk waktu yang cukup lama. Tapi, saya Tahu kami akan tinggal di hotel yang sama dan saya sangat menantikan bertemu dengannya lagi," ungkap Jarni.
"Terlepas dari tinggi badannya, dia adalah pria yang besar. Saya ingat saat Gordon Strachan menjalani hari-harinya sebagai pemain. Dia selalu bertekad, penuh kemauan dan keinginan," tambah Jarni.
Lalu, bagaimana karier Jarni di Madrid? Ternyata, dia hanya menghabiskan satu musim di Estadio Bernabeu karena berjuang untuk masuk ke starting line-up. Salah satunya karena Los Blancos punya Roberto Carlos, yang dikemudian hari menjelma menjadi bek kiri terbaik di planet ini.
Jarni kemudian turun ke divisi bawah dan bergabung dengan Las Palmas sebelum pensiun dengan Panathinaikos pada 2002.
⚽️ Robert Jarni cumple hoy 53 años. Que jugadorazo. Le vimos defender 44 veces los colores de la @UDLP_Oficial ? ? pic.twitter.com/m4U6cn4csk
— Juanjo Toledo (@Juanjo_Toledo) October 26, 2021