Salah satunya terkait kartu kuning yang tumben tidak diterima pemain. Yang lainnya apa?
Indonesia menghadapi Australia pada leg pertama Kualifikasi Piala AFC U-23 di Republican Central Stadium, Dushanbe, Tajikistan, Selasa (26/10/2021) malam WIB. Sempat menahan tandangan penalti Patrick Wood, gawang Ernando Ari Sutaryadi baru jebol tiga kali di babak kedua melalui Marc Tokich, Wood, dan Nicholas Suman.
Momen Nicolas Pepe Terpeleset Kehilangan Bola, Bikin Malu Arsenal
1. Cara bermain umpan pendek
Saat melawan Australia, para pemain Indonesia terlihat sangat disiplin menerapkan strategi yang diminta Tae-yong. Mereka bertahan dengan sangat disiplin di area pertahanan sendiri sambil sesekali mencoba mencuri bola dari kaki pemain-pemain Australia yang berpostur tinggi.
Milan Catatkan Start Impresif Sejak 1954, Ini Komentar Stefano Pioli
2. Mantalitas lebih berani
Beberapa tahun lalu saat Peter Withe dan Ivan Kolev menjadi pelatih timnas, keluhannya hanya satu, yaitu pemain-pemain Indonesia tidak berani menatap wajah lawannya. Itu membuktikan bahwa pemain sudah menyerah sebelum bertanding. Mereka takut menghadapi pemain-pemain dengan postur tinggi.
3. Semangat juang tinggi
Dua gol timnas U-23 ke jala Jordan Courtney-Perkins dalam skoar akhir 2-3 sudah cukup membuktikan bahwa para pemain muda ini memiliki semangat juang yang layak diacungi dua jempol. Tertinggal 0-1, mereka mencoba melawan. Begitu pula saat 0-2 maupun 1-3.
Tentu saja semangat itu muncul dari suntikan motivasi yang diberikan pelatih di ruang ganti. Selain itu, metode latihan fisik yang benar dan asupan gizi bagus juga menunjang pemain untuk bermain tanpa rasa lelah.
Situasi itu berbeda dengan masa lalu. Dulu, para pemain Indonesia dikenal sangat mudah menyerah. Mereka akan bermain bagus saat unggul. Sebaliknya, ketika tertinggal gol, apalagi di babak kedua, mental langsung jatuh. Pemain akan tampil ala kadarnya, grogi, terburu-buru, dan umpan-umpan panjang jadi solusi. Akibatnya, kekalahan telak gampang terjadi.
4. Tidak mudah terpancing emosi
Mengakhiri pertandingan tanpa dicatat wasit dengan kartu kuning atau merah adalah perubahan yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Pasalnya, kultur Liga Indonesia yang keras dan fisik yang lemah telah membuat pemain-pemain Indonesia dikenal di Asia Tenggara sebagai timnas yang sering main kasar.
Sepanjang sejarah, sangat jarang timnas mengakhiri pertandingan internasional tanpa ada kartu kuning yang dibawa pulang. Biasanya, hukuman itu didapatkan karena hal sepele atau pelanggaran-pelanggaran yang kurang penting.
Saat melawan Australia, stereotip negatif itu sama sekali hilang. Para pemain terlihat tenang. Mereka tidak terpancing emosi maupun provokasi lawan. Mereka juga tidak mudah melakukan pelanggaran yang tidak penting. Justru, tiga pemain Young Socceroos: Luke Duzel, Fabian Monge, dan Jacob Italiano, yang dapat kartu kuning.
Potret aksi perjuangan Timnas Indonesia U-23 pada laga kontra Australia, tadi malam.
— PSSI (@PSSI) October 27, 2021
Terus berproses, Garuda Muda! ❤️??#KitaGaruda #MeraihImpian pic.twitter.com/V8jGe3WC0j