Awalnya berjalan baik. Kemudian berakhir mengecewakan. Masih ingat pemain ini?
Sebagai klub terbaik di Serie A, Juventus dikenal memiliki tradisi bagus dalam mendatangkan pemain. La Vecchia Signora sangat jarang mendatangkan pemain gagal berharga mahal, kecuali yang satu ini. Dia adalah Amauri Carvalho de Oliveira!

Juventus selalu dipenuhi dengan striker hebat kelas dunia. Dari John Charles dan Omar Sivori hingga Gianluca Vialli dan Fabrizio Ravanelli. Kemudian, Filippo Inzaghi, David Trezeguet, Zlatan Ibrahimovic, Carlos Tevez, hingga Gonzalo Higuain. Sekarang, mereka punya Paulo Dybala dan Alvaro Morata.

Tapi, Juventus juga pernah dihancurkan karena skandal Calciopoli 2006. Mereka kehilangan beberapa pemain penting seperti Ibrahimovic dan Lilian Thuram. Tapi, Alessandro del Piero dan Trezeguet bertahan, mencetak banyak gol di Serie B, dan membantu klub kembali ke Serie A hanya dalam 12 bulan, meski mendapat penalti poin.

Kembali ke Serie A, Juventus langsung menggebrak. Pada musim 2007/2008, Del Piero dan Trezeguet mencetak 44 gol membantu La Vecchia Signora mengamankan tempat ketiga di klasemen akhir Serie A.

Dengan bermain di Liga Champions 2008/2009, Juventus membutuhkan tambahan amunisi di lini depan mengingat Del Piero dan Trezeguet sudah termakan usia. Kemudian, Direktur olahraga, Alessio Secco, untuk mencari bala bantuan penyerang. Dan, muncul nama Amauri.

Tanpa pikir panjang, Secco menyetujui transfer Amauri senilai 22,8 juta euro (Rp376 miliar) dari Palermo. Dalam kesepakatan itu juga menyertakan sejumlah pemain lain seperti Antonio Nocerino dan Davide Lanzafame. Kedatangan Amauri seperti pertaruhan besar Secco mengingat finansial Juventus yang hancur setelah dipaksa turun kasta.


Siapa pemain kelahiran Carapicuiba, 3 Juni 1980, itu?

Penyerang kelahiran Brasil berpaspor Italia itu datang ke Turin setelah menikmati musim terbaiknya dengan mencetak 15 gol untuk Palermo. Sudah berusia 28 tahun ketika dia bergabung dengan La Vecchia Signora, Amauri menikmati perjalanan yang benar-benar nomaden sebelum mendarat di Pulau Sicilia.

Itu dimulai ketika tim lokalnya, Santa Catarina, melakukan perjalanan ke Italia untuk mengikuti Turnamen Viareggio. Di sana, penampilan Amauri menarik pencari bakat dari klub Swiss, Bellinzona, untuk merekrutnya.

Amauri kemudian bermain di sejumlah tim selama empat musim berikutnya dan mencetak total enam gol. Dia lalubergabung dengan Chievo Verona pada 2003. Selanjutnya, dia menikmati musim yang luar biasa pada 2005/2006 dengan mencetak 14 gol di semua kompetisi. Itu membuat Palermo memberikan 7 juta euro (Rp115 miliar) kepada Chievo.

Musim debutnya diganggu oleh cedera. Tapi, dia kemudian mencetak 15 gol  pada musim 2007/2008 dan mendorong Juventus membuat langkah mahal yang disesali seumur hidup.

"Penjualan Amauri ke Juventus memungkinkan Palermo mendapatkan keuntungan sebesar 14 juta euro (Rp230 miliar) serta membawa pemain internasional Italia lainnya (Antonio) Nocerino dan yang tidak berjalan dengan baik (Davide) Lanzafame," kata pentolan Ultras Palermo, Lorenzo Vicini, kepada Bleacher Report, beberapa tahun kemudian.

Menjual Amauri ke Juventus adalah langkah yang diperlukan pada waktu itu. Sebab, Amauri sedang mencapai puncak karier di Palermo. Bahkan, tawaran membela Gli Azzurri datang bersamaan dengan rancana Dunga memanggil Amauri ke skuan nasional Brasil.

"Amauri adalah prioritas utama kami. Dia akan membantu tim hebat ini untuk menulis halaman penting lainnya dalam sejarahnya," kata Manajer Umum Juventus pengganti Luciano Moggi, Jean-Claude Blanc, ketika itu, dikutip The Guardian.




Harga beli yang tak sesuai penampilan

Awalnya, ungkapan Blanc adalah keyakinan yang cukup berdasar. Juventus kemudian menyerahkan nomor punggung 8 untuk Amauri. Dia menjawabnya dengan mencetak gol pada debut kandang melawan Udinese. Dia tampil luar biasa untuk menunjukkan harga mahalnya.

Kuat dan memiliki sentuhan pertama yang rapi, Amauri menghancurkan pertahanan lawan saat bermain di sekitar area penalti lawan. Dia mencetak dua gol dalam kemenangan 4-2 yang menakjubkan melawan AC Milan saat menutup jeda musim dingin dengan 11 gol Serie A. Dia juga mencatatkan satu gol dan satu assist dalam kemenangan di fase grup Liga Champions melawan Real Madrid.

Di klub yang diperkuat pengumpan-pengumpan bola jempolan seperti Del Piero, Mauro Camoranesi, dan Pavel Nedved, Amauri tiba-tiba tidak bisa lagi memproduksi gol. Kecuali untuk gol yang dicetak pada Februari 2009 melawan Sampdoria, tidak ada lagi gol yang hadir.

Dari harapan baru, Amauri berubah menjadi musuh bersama. Dia berubah menjadi sosok yang membuat frustrasi para pendukung Juventus. Dia mencona mengatasinya dengan mengganti jersey dari No.8 ke No.11. Itu nomor warisan Nedved yang pensiun di akhir musim.

Hasilnya, sama-sama mengecewakan. "Saya tidak berpikir bahwa saya sedang dalam krisis karena kurangnya gol saya. Saya tidak khawatir dengan kritik. Saya tahu saya bekerja keras. Semua yang hilang adalah gol, tapi saya percaya diri," kata Amauri kepada Tuttosport.

Pelatih Juventus saat itu, Ciro Ferrara dan Luigi del Neri, memberinya waktu bermain yang semakin sedikit. Itu karena mereka lelah melihat Amauri mengangkat tangannya karena frustrasi atau duduk di lapangan mengeluh seolah masalahnya adalah kesalahan orang lain.


Kehidupan setelah meninggalkan Juventus

Kesabaran Juventus akhirnya hilang. Amauri kemudian pergi dengan status pinjaman ke Parma dan gagal mendapatkan kesepakatan permanen. Lalu, saat Antonio Conte datang, karier Amauri di Juventus tamat. Conte mencabut nomor skuadnya dan secara efektif memaksa Amauri keluar dari klub. 

Amauri kemudian bergabung dengan Fiorentina dan Torino. Dia hanya mencetak tiga gol dalam 30 penampilan untuk Torino. Tapi, dia mencetak gol untuk La Viola dalam kemenangan atas AC Milan pada musim 2011/2012. Itu sebuah gol yang membantu Juventus mengamankan gelar pertama dalam enam tahun.

Di Torino, Giampiero Ventura mengikuti jejak Conte saat mengeluarkan Amauri dari skuad. Lalu, pada Februari 2016, manajemen memutuskan membatalkan kontraknya karena performa yang jeblok.

Terbuang dari Italia, Amauri terbang ke Amerika Serikat (AS). Dia bergabung dengan Fort Lauderdale Strikers di North American Soccer League (NASL). Hanya beberapa bulan kemudian, kontraknya diputus dan dia bermain untuk New York Cosmos di kompetisi yang sama. Tapi, dia hanya bertahan beberapa bulan.