Banyak pelatih sepakbola di Eropa yang mengakui kesulitan menghadapi Liverpool.
Sampai saat ini, belum ada pengertian khusus tentang istilah tersebut. Tapi, jika kita mengacu pada musik heavy metal yang menjadi favorit Klopp, kita bisa membayangkan bahwa heavy metal football sebagai taktik yang lugas, cepat, progresif, dan tanpa basa-basi. Faktanya, seperti itulah permainan Liverpool dibawah asuhan Klopp.
Momen Kocak Diego Costa Latihan Tinju dengan Staf Pelatih Chelsea
Tim asuhan Klopp lebih suka menekan lawan untuk membuat kesalahan di atas lapangan dan kemudian, dengan cepat, seperti dalam sekejap mata, mendapatkan kembali penguasaan bola dan mencetak gol bahkan tanpa memberi pemain lawan waktu untuk berkedip.
Starting XI Alternatif Inggris ke Piala Dunia 2022, Tanpa Pemain Bintang
Inti dari semuanya adalah Gegenpressing
Istilah "Gegenpress (Gegenpressing)" memiliki arti "counter-press". Ini juga bisa diasosiasikan dengan Klopp dan mencakup gagasannya tentang heavy metal football. Inti dari pendekatan tim Klopp adalah jika anda segera kehilangan bola, anda harus segera merebutnya kembali.
Strategi ini melibatkan banyak lari dan fokus yang intensif. Garis pertahanan dimainkan tinggi dan para pemain diatur dalam kelompok untuk mendapatkan kembali bola dari kaki lawan. Tujuan akhir dari Gegenpressing adalah harus mendapatkan kembali penguasaan bola setinggi mungkin, memanfaatkan ruang terbuka, dan mencetak gol.
Mereka juga menjadi satu-satunya tim yang memberikan persaingan ketat dengan Manchester City dalam perlombaan untuk memenangkan liga, mencetak lebih dari 84 gol, dan membanggakan selisih gol +64 dan ada di depan pesaing tempat ketiga dengan keunggulan 20 poin .
Gegenpress bekerja dengan harapan bahwa tim yang baru saja kehilangan bola berada dalam kondisi paling rentan. Semakin cepat sebuah tim mengeksploitasi kerentanan itu, di mata Klopp, semakin besar kemungkinan mereka untuk mendapatkan kembali keunggulan dan mencetak gol. Ini terbukti selama kemenangan 4-3 Liverpool yang mendebarkan atas Man City pada Januari 2018.
Saat itu, para pemain Liverpool mampu memaksa pemain-pemain Man City melakukan kesalahan yang menyebabkan tiga gol dicetak dalam 10 menit, memanfaatkan keadaan gelisah dan gugup mereka sebaik mungkin.
Penempatan pemain juga merupakan bagian penting dari Gegenpress. Para pemain Klopp mampu membaca tim dan mengantisipasi gerakan mereka, dan jika berhasil, mencegat permainan. Selama pertandingan Man City, Roberto Firmino menggunakan kecepatan dan kekuatannya untuk mencegat bola dari John Stones dari luar kotak, yang mengarah ke sebuah gol.
Ini diikuti oleh Sadio Mane mencetak gol setelah mendapat umpan dari Mohamed Salah untuk gol ketiga. Pemain Mesir itu mencetak gol keempat setelah kesalahan fatal dari Ederson.
Gol-gol berturut-turut semuanya datang dalam waktu 10 menit. Tekanan tinggi konstan Liverpool dan reaksi cepat membuat para pemain Man City gugup sehingga kehilangan konsentrasi. Jadi, ada elemen psikologis juga. Pemain Liverpool akan memanfaatkan kesalahan lawan untuk mengubahnya menjadi gol.
Ketika sebagian besar pelatih mengikuti filosofi tradisional bahwa bertahan dengan tekanan tinggi pada akhirnya mengarah pada penguasaan kembali, dogma Klopp berbeda. Dia ingin menghilangkan perantara dan segera memulai dengan serangan balik.
"Momen terbaik untuk memenangkan bola adalah segera setelah tim anda kehilangannya. Lawan masih mencari orientasi ke mana harus mengoper bola. Dia akan mengalihkan pandangannya dari permainan untuk melakukan tekel atau intersepsi dan dia akan menghabiskan energi. Keduanya membuatnya rentan," kata Klopp.
Pelatih asal Jerman itu juga telah menjelaskan bahwa dia lebih memilih untuk tidak mendominasi penguasaan bola jika timnya tidak memiliki tujuan untuk ditunjukkan. Sebaliknya, dia lebih suka timnya menunggu di sayap. Itu untuk menekan lawan dan kemudian melancarkan serangan mematikan.
"Saya tidak suka menang dengan 80 persen (penguasaan bola). Maaf itu tidak cukup bagi saya. Fighting football, bukan ketenangan sepakbola. Itulah yang saya suka," ucap Klopp.
Klopp menggunakan formasi yang dipelopori oleh trio penyerang andalannya, Salah, Mane, dan Firmino, dengan posisi sayap diisi full back yang memiliki kecenderungan maju seperti Andy Robertson dan Trent Alexander-Arnold.
Ketika bertahan, Klopp memiliki lini belakang tinggi yang mengisi lini tengah, yang memungkinkan anggota tim lainnya untuk menekan bola melalui tengah sebagai area yang rentan. Lalu, menekan mereka agar kehilangan penguasaan bola.
Namun, agar Gegenpress bekerja dengan sempurna, diperlukan sejumlah besar fokus, kesadaran, dan kebugaran. Pemain harus bisa bergerak cepat untuk menutup ruang terbuka, serta memberikan tekanan pada lawan mereka tanpa melakukan tantangan yang layak untuk dilanggar, atau membiarkan rekan satu tim anda benar-benar terbuka dan bertanggung jawab sehingga lawan dapat melawan.
Jurgen Klopp and his heavy metal football. pic.twitter.com/b5CfA4wmve
— Sky Sports Retro (@SkySportsRetro) December 6, 2020
Kunci dari sistem penekan cepat adalah bergantung pada seluruh tim yang bekerja bersama-sama. Jika salah satu roda penggerak tim tidak melakukan tugasnya, seluruh desain bisa berantakan.
Misalnya, tidak akan efektif jika sembilan pemain outfield memberikan tekanan, tapi yang pemain kesepuluh berada dalam posisi yang terganggu yang bisa melihat bentuknya dibongkar oleh satu umpan sederhana lawan.
Setiap pemain harus menyadari keberadaan rekan satu timnya selain memahami peran mereka dalam setiap peristiwa menyerang atau bertahan. Mereja juga harus beradaptasi dengan cepat untuk selalu menjaga lawan di bawah tekanan. Ketika dikerahkan secara efektif, Gegenpress mengimbangi ancaman serangan balik potensial yang biasanya akan berhasil pada tim yang memiliki pendekatan yang lebih defensif.
Gegenpress membutuhkan fokus dan organisasi yang luar biasa, dan ketika salah, seluruh permainan bisa berantakan. Tapi, ketika dieksekusi dengan baik, Gegenpress sangat sulit untuk dikendalikan. Lawan yang mencoba untuk menekan mereka akan mengalami kesulitan untuk mendapatkan kembali fokus.
Tim asuhan Klopp selalu dipuji karena memainkan sepakbola menyerang. Mereka tidak pernah senang untuk menunggu atau bermain bertahan melawan tim yang agresif.
Beberapa tim, ketika ditugasi dengan tantangan untuk menjaga kekuatan menyerang Man City, biasanya akan tergoda untuk menggunakan formasi yang sepenuhnya bertahan. Tapi, Klopp ketika melihat ancaman serangan, justru akan meningkatkannya delapan kali lipat.
On this day in 2015, Liverpool hired Jurgen Klopp.
— CBS Sports Golazo ⚽️ (@CBSSportsGolazo) October 8, 2021
A Premier League and #UCL title later, heavy metal football has Anfield rocking ? pic.twitter.com/68JLTtSnlT