Nomor 6 sampai menjadi pelatih.
Selama bertahun-tahun, kita telah melihat beberapa transfer yang cukup aneh. Para pemain rela menukar kenyamanan di tim sebelumnya dan pindah ke tim baru. Beberapa di antara mereka yang pindah justru menemukan karier yang buruk.
Ada juga beberapa klub besar membeli pemain yang sebenarnya bermain kurang baik bersama tim lamanya. Minggu ini, Dani Alves telah kembali ke Barcelona pada usia 38 tahun, dan kabarnya hanya akan dibayar 1 euro (Rp 16 ribu) sebulan.
Sementara Andy Carroll keluar dari hutan belantara untuk menandatangani kontrak dua bulan bersama Reading.
Berikut adalah beberapa transfer paling aneh yang pernah terjadi menurut kami.
#1 Niklas Bendtner
Pada hari terakhir jendela transfer Agustus 2012, Juventus kekurangan penyerang tengah. Penggemar Arsenal, yang sudah bosan dengan kejenakaan Nicklas Bendtner di luar lapangan, terkejut melihat raksasa Italia itu mengincar striker Denmark mereka. Apalagi, sejak musim sebelumnya dia gagal saat dipinjamkan ke Sunderland.
Namun, hal itu tidak menghalangi Juve berjudi dengan sang pemain. Tetapi, masalah cedera membatasi Bendtner. Dia hanya 11 kali melakukan penampilan serta gagal mencetak gol.
Tidak mengherankan, tim Serie A itu tidak mengambil opsi untuk membelinya secara permanen.
#2 Bojan Krkic
Mark Hughes melakukan kesepakatan yang mengejutkan saat mendatangkan pemain berlabel The Next Messi pada 2014. Mereka hanya mengeluarkan 1,8 juta pounds (Rp 34,5 miliar).
"Siapa pun yang tahu sepakbola Eropa akan menyadari dia sebagai pemain hebat. Dan, melihat masa depannya di Stoke City benar-benar menarik," Hughes berseri-seri saat itu.
Namun kenyataanya tidak seperti itu, Bojan Krkic kemudian bermain untuk tim MLS, Montreal Impact, dengan mencetak 16 gol dalam 85 pertandingan pada 2019.
#3 Steven Caulker
Meski hanya dipinjamkan, Juergen Klopp memboyong Caulker dari QPR pada jendela transfer Januari 2016. Tidak ada yang melihat kontribusinya bersama The Reds.
Namun, bek tengah yang pernah bermain di Tottenham dan memiliki satu caps bersama Inggris ini berhasil memainkan empat pertandingan untuk The Reds.
Yang lebih sulit dipercaya adalah dia diminta bermain di depan. Sayangnya, kontraknya dengan Liverpool harus dibatalkan setelah Caulker dirawat dan direhabilitasi karena kecanduan alkohol.
#4 Tevez dan Mascherano
Ini mungkin salah satu penandatanganan ganda paling berani dalam sejarah Liga Premier. Tidak heran jika bos West Ham, Alan Pardew, tersenyum saat mengarungi awal musim pada pembukaan liga pada 2006.
Duo pemain Argentina ini dibeli dari Korintus, dan hanya tinggal bersama The Hammers selama satu musim. Tevez kemudian bergabung dengan Manchester United dan Mascherano menandatangani kontrak dengan Liverpool.
Yang jelas, Tevez berhasil menulis namanya di buku sejarah The Hammers. Dia mencetak gol penyelamat klub tetap bertahan di Liga Premier.
Pardew kemudian mengungkapkan bahwa dia hanya meminta kepala eksekutifnya untuk membeli James Milner, namun jeda musim ternyata datang lebih awal.
#5 Luther Blissett
Setelah memenangkan Sepatu Emas Divisi Pertama pada 1983, AC Milan membayar 1 juta pounds (Rp 19,1 miliar) untuk membawa Blissett ke Italia.
Tapi, Blissett sulit beradaptasi di Italia. Dia hanya bisa mencetak lima gol dalam 30 penampilan di klub. Ditambah persyaratan diet dari klub juga tidak terpenuhi.
"Tidak peduli berapa banyak uang yang Anda miliki di sini, Anda sepertinya tidak bisa mendapatkan Rice Krispies," katanya.
#6 Edgar Davids
Sangat mengejutkan melihat Edgar Davids berakhir di Barnet, apalagi mengingat dia adalah satu gelandang terbaik di generasinya.
Bagaimanapun, ia adalah mantan pemain internasional Belanda yang telah memenangkan Liga Champions bersama Ajax, dan bermain untuk AC Milan, Juventus, Inter Milan, dan Barcelona dalam karier bertabur bintang.
Namun, pada tahun 2012, dia menjadi manajer Barnet yang berkompetisi di League Two.
Karier manajerialnya yang aneh terungkap ketika dia memutuskan mengenakan jersey nomor 1 yang biasanya dikenakan oleh penjaga gawang. Dia bersikeras membuat tren bagi gelandang untuk mengenakan nomor itu. Namun, dia akhirnya mengundurkan diri pada 2014.
#7 Fernando Hierro, Youri Djorkaeff, Jay Jay Okocha
Tidak diragukan lagi Sam Allardyce punya rencana besar untuk Bolton Wanderers. Meskipun mereka berada di usia senja, antara 2002-2004, legenda Real Madrid, Fernando Hierro, Youri Djorkaeff, dan Jay-Jay Okocha, semuanya bermain untuk Bolton pada waktu yang sama.
Okocha bergabung dari PSG dengan status bebas transfer, dan segera menjadi favorit penggemar. Djorkaeff mencetak 21 gol dari 87 pertandingan dari lini tengah. Sedangkan Hierro mengakhiri kariernya bermain untuk Wanderers pada usia 37 tahun.
#8 Roberto Mancini
Mancini menikmati karier cemerlang di Sampdoria, di mana dia berhasil membantu mereka memenangkan Serie A, empat gelar Coppa Italia, serta Piala Winners Eropa.
Dia kemudian melanjutkan tiga tahun bermain di Lazio, tetapi tidak ada yang bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Mancini bergabung dengan Leicester City asuhan Peter Taylor dengan status pinjaman, melakukan debutnya melawan Arsenal pada 2001 di usia 36 tahun.
Namun, dia gagal menyelesaikan 90 menit penuh dalam lima pertandingannya untuk klub. Hingga akhirnya kontraknya dicabut pada Februari, ketika Mancini memutuskan ingin melatih Fiorentina.
Ada juga beberapa klub besar membeli pemain yang sebenarnya bermain kurang baik bersama tim lamanya. Minggu ini, Dani Alves telah kembali ke Barcelona pada usia 38 tahun, dan kabarnya hanya akan dibayar 1 euro (Rp 16 ribu) sebulan.
BACA BIOGRAFI LAINNYA
7 Pemain Naturalisasi dan Keturunan Malaysia Proyeksi Piala AFF 2020
7 Pemain Naturalisasi dan Keturunan Malaysia Proyeksi Piala AFF 2020
Pada hari terakhir jendela transfer Agustus 2012, Juventus kekurangan penyerang tengah. Penggemar Arsenal, yang sudah bosan dengan kejenakaan Nicklas Bendtner di luar lapangan, terkejut melihat raksasa Italia itu mengincar striker Denmark mereka. Apalagi, sejak musim sebelumnya dia gagal saat dipinjamkan ke Sunderland.
Tidak mengherankan, tim Serie A itu tidak mengambil opsi untuk membelinya secara permanen.
BACA BERITA LAINNYA
Karim Adeyemi: Bintang Muda Salzburg yang Ditaksir Xavi
Karim Adeyemi: Bintang Muda Salzburg yang Ditaksir Xavi
Mark Hughes melakukan kesepakatan yang mengejutkan saat mendatangkan pemain berlabel The Next Messi pada 2014. Mereka hanya mengeluarkan 1,8 juta pounds (Rp 34,5 miliar).
"Siapa pun yang tahu sepakbola Eropa akan menyadari dia sebagai pemain hebat. Dan, melihat masa depannya di Stoke City benar-benar menarik," Hughes berseri-seri saat itu.
#3 Steven Caulker
Meski hanya dipinjamkan, Juergen Klopp memboyong Caulker dari QPR pada jendela transfer Januari 2016. Tidak ada yang melihat kontribusinya bersama The Reds.
Yang lebih sulit dipercaya adalah dia diminta bermain di depan. Sayangnya, kontraknya dengan Liverpool harus dibatalkan setelah Caulker dirawat dan direhabilitasi karena kecanduan alkohol.
#4 Tevez dan Mascherano
Ini mungkin salah satu penandatanganan ganda paling berani dalam sejarah Liga Premier. Tidak heran jika bos West Ham, Alan Pardew, tersenyum saat mengarungi awal musim pada pembukaan liga pada 2006.
Duo pemain Argentina ini dibeli dari Korintus, dan hanya tinggal bersama The Hammers selama satu musim. Tevez kemudian bergabung dengan Manchester United dan Mascherano menandatangani kontrak dengan Liverpool.
Yang jelas, Tevez berhasil menulis namanya di buku sejarah The Hammers. Dia mencetak gol penyelamat klub tetap bertahan di Liga Premier.
Pardew kemudian mengungkapkan bahwa dia hanya meminta kepala eksekutifnya untuk membeli James Milner, namun jeda musim ternyata datang lebih awal.
#5 Luther Blissett
Setelah memenangkan Sepatu Emas Divisi Pertama pada 1983, AC Milan membayar 1 juta pounds (Rp 19,1 miliar) untuk membawa Blissett ke Italia.
Tapi, Blissett sulit beradaptasi di Italia. Dia hanya bisa mencetak lima gol dalam 30 penampilan di klub. Ditambah persyaratan diet dari klub juga tidak terpenuhi.
"Tidak peduli berapa banyak uang yang Anda miliki di sini, Anda sepertinya tidak bisa mendapatkan Rice Krispies," katanya.
#6 Edgar Davids
Sangat mengejutkan melihat Edgar Davids berakhir di Barnet, apalagi mengingat dia adalah satu gelandang terbaik di generasinya.
Bagaimanapun, ia adalah mantan pemain internasional Belanda yang telah memenangkan Liga Champions bersama Ajax, dan bermain untuk AC Milan, Juventus, Inter Milan, dan Barcelona dalam karier bertabur bintang.
Namun, pada tahun 2012, dia menjadi manajer Barnet yang berkompetisi di League Two.
Karier manajerialnya yang aneh terungkap ketika dia memutuskan mengenakan jersey nomor 1 yang biasanya dikenakan oleh penjaga gawang. Dia bersikeras membuat tren bagi gelandang untuk mengenakan nomor itu. Namun, dia akhirnya mengundurkan diri pada 2014.
#7 Fernando Hierro, Youri Djorkaeff, Jay Jay Okocha
Tidak diragukan lagi Sam Allardyce punya rencana besar untuk Bolton Wanderers. Meskipun mereka berada di usia senja, antara 2002-2004, legenda Real Madrid, Fernando Hierro, Youri Djorkaeff, dan Jay-Jay Okocha, semuanya bermain untuk Bolton pada waktu yang sama.
Okocha bergabung dari PSG dengan status bebas transfer, dan segera menjadi favorit penggemar. Djorkaeff mencetak 21 gol dari 87 pertandingan dari lini tengah. Sedangkan Hierro mengakhiri kariernya bermain untuk Wanderers pada usia 37 tahun.
#8 Roberto Mancini
Mancini menikmati karier cemerlang di Sampdoria, di mana dia berhasil membantu mereka memenangkan Serie A, empat gelar Coppa Italia, serta Piala Winners Eropa.
Dia kemudian melanjutkan tiga tahun bermain di Lazio, tetapi tidak ada yang bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Mancini bergabung dengan Leicester City asuhan Peter Taylor dengan status pinjaman, melakukan debutnya melawan Arsenal pada 2001 di usia 36 tahun.
Namun, dia gagal menyelesaikan 90 menit penuh dalam lima pertandingannya untuk klub. Hingga akhirnya kontraknya dicabut pada Februari, ketika Mancini memutuskan ingin melatih Fiorentina.