Panggung sepakbola wanita sempat digegerkan dengan penjaga gawang Iran, Zohreh Koudaei, yang dituduh sebagai laki-laki saat pertandingan Kualifikasi Piala Asia Wanita 2022 melawan Yordania. Asosiasi Sepakbola Yordania (FAJ) meminta Konfederasi Sepakbola Asia (AFC) menggelar tes gender untuk Koudaei.
Kasus aneh ini dimulai pada 25 September 2021 selama pertandingan di Taskhent, Uzbekistan. Menghadapi Yordania, Koudaei melakukan dua penyelamatan hebat saat meraih kemenangan di adu penalti yang menegangkan.
Penampilan heroik pemain berusia 31 tahun itu membantu Iran mengamankan tempat di putaran final Piala Asia Wanita untuk pertama kalinya dalam sejarah mereka. Kompetisi sendiri akan digelar pada 20 Januari-6 Februari 2022 di India dan juga diikuti Indonesia.
Uniknya, beberapa bulan kemudian, kemenangan Iran ternyata diungkit kembali. Presiden FAJ, Pangeran Ali bin Al-Hussein, mengajukan permintaan verifikasi gender untuk Koudaei kepada AFC.
Dalam pengajuannya, Pangeran Ali menyatakan bahwa meski verifikasi gender tidak wajib diselenggarakan, ada ketentuan yang memungkinkan FAJ untuk meminta seorang pemain diperiksa jenis kelaminnya. Dia juga mengatakan bahwa itu adalah masalah yang sangat serius jika benar.
Mendapatkan tuduhan dari Yordania, Koudaei membantah. Dirinya mengatakan sedang mengambil tindakan hukum terhadap FAJ atau klaim sepihak dan "intimidasi" yang dilakukan. "Saya wanita tulen. Ini intimidasi dari Yordania. Saya akan menuntut FAJ," ujar Koudaei dalam wawancara dengan media Turki, Hurriyet.
Pejabat Asosiasi Sepakbola Iran (IRIFA) juga memastikan membela Koudaei menyusul tuduhan serius tersebut. Mereka menyatakan Yordania mengada-ada dan tidak terima dengan kekalahan dua bulan lalu.
"Staf medis telah dengan cermat memeriksa setiap pemain di tim nasional (wanita) dalam hal hormon untuk menghindari masalah. Jadi, saya memberi tahu semua penggemar untuk tidak khawatir," kata Pelatih Iran, Maryam Irandoost, kepada Varzesh3.
"Kami akan memberikan dokumentasi apa pun yang diinginkan AFC tanpa membuang waktu. Tuduhan ini hanya alasan untuk tidak menerima kekalahan melawan tim kami," ujar Irandoost.
"Yordania menganggap diri mereka sebagai favorit besar untuk lolos ke putaran final. Jadi, ketika mereka kalah, itu wajar untuk mencari kambing hitam dengan alasan palsu dan untuk melarikan diri dari tanggung jawab atas kegagalan tersebut," tambah Iramdoost.
Laporan menyebut, AFC belum mengambil sikap atas masalah ini. Mereka sedang mengumpulkan bukti lebih lanjut. "AFC tidak mengomentari penyelidikan dan/atau proses yang sedang berlangsung, baik aktual maupun potensial," bunyi pernyataan resmi AFC di situsnya.