Dua tahun lalu masih di kasta kedua. Musim ini, tampil di final kompetisi Amerika Latin.
Raksasa minuman asal Austria yang didirikan Dietrich Mateschitz itu pertama kali mengakuisisi klub sepakbola pada 2005. Klub itu adalah SV Austria Salzburg di Bundesliga Austria.
Kabar Transfer, Lozano Bakal Hengkang dari Napoli?
Tapi, seperti Red Bull di Jerman, "Toro Loko" (Banteng Merah) di Brasil juga mempunyai target menggusur dominasi klub-klub tradisional seperti Sao Paulo, Corinthians, Flamengo, Fluminense, Santos, Palmeiras, Gremio, Internacional, hingga Cruzeiro.
Barter Pjanic-Arthur Musim Lalu Disebut Ilegal, Kok Bisa?
"Campinas besar, tapi tidak dapat menerima klub ketiga (setelah Ponte Preta dan Guarani), terutama klub yang diciptakan dari nol oleh perusahaan asing," kata Jurnalis peliput Brgantino dari Correio de Atibaia, Rodrigo Seixas.
Jadi, pada 2019, Red Bull memutuskan langkah itu. Rumah baru mereka harus berada di negara bagian Sao Paulo. Tapi, tidak di ibu kotanya yang homonim. Negara bagian adalah mesin ekonomi Brasil, menyumbang 31,8% dari PDB nasional pada 2019, dan memiliki jaringan transportasi dan infrastruktur terbaik. Tapi, ibukota Sao Paulo terlalu penuh karena ada Corinthians, Sao Paulo, dan Palmeiras.
Bagi Kepala Operasi Sepakbola Red Bull Brasil, Thiago Scoro, dua Red Bull di Brasil adalah kombinasi yang sempurna. Red Bull Brasil sengaja dibiarkan eksis sebagai akademi dan tim satelit. Sementara Bragantino telah menjadi pusat operasi dengan tujuan prestasi dan bisnis.
Langkah itu mereka ambil karena Red Bull Brazil gagal menjadi tim yang diharapkan. Jadi, mereka membela Bragantino sebagai klub kedua. Awalnya, Bragantino tetap mempertahankan statusnya dengan nama maupun logo. Hanya sponsor Red Bull yang terpampang di jersey.
Tapi, ketika Red Bull Brazil ternyata tidak bisa diharapkan, maka secara otomatis Bragantino berubah total. "Kami harus berinvestasi pada pemain, staf teknis, teknologi, dan peralatan untuk meningkatkan operasional kami di sepakbola," kata Scoro.
Efeknya langsung terasa. "Toro Loko" memimpin setelah pertandingan ketujuh Serie B 2019 dan tidak pernah melepaskannya. Setelah 38 pertandingan, mereka tetap di puncak untuk mendapatkan tiket promosi ke Serie A.
Pada musim perdana Bragantino di kasta tertinggi, hasilnya juga tidak mengecewakan. Mereka finish di posisi 10 dan berhak mendapatkan kesempatan tampil di fase grup Copa Sudamericana 2021. Itu adalah kompetisi sekelas Liga Europa di Eropa atau Piala AFC di Asia.
Bagaimana dengan 2021? Hasilnya jauh lebih moncer. Di Serie A, Bragantino menempati posisi keempat klasemen sementara dari 34 pertandingan. Masih ada empat pertandingan lagi untuk mendapatkan tiket otomatis fase grup Copa Libertadores 2022. Sebab, untuk juara sudah tidak mungkin karena secara matematika hanya menyisakan Atletico Mineiro dan Flamengo.
Untuk trofi, Bragantino bisah berharap pada Copa Sudamericana. Di ajang ini, mereka tergabung di Grup G bersama Emelec (Ekuador), Talleres (Argentina), dan Deportes Tolima (Kolombia). Hasilnya, memuncaki grup dan lolos ke fase knock-out.
Langkah "Toro Loko" berlanjut ke babak 16 besar dengan mengalahkan Independiente del Valle (Ekuador). Kemudian, berlanjut di perempat final dengan menyingkirkan Rosario Central (Argentina). Di semifinal, giliran Libertad (Paraguay) yang dipulangkan.
Pada pertandingan puncak Minggu (21/11/2021) pagi WIB, Bragantino sudah ditantang klub senegara Athletico Paranaense. Laga akan digelar satu kali di Estadio Centenario, Montevideo, Uruguay.
9.4 - Red Bull Bragantino have scored 47 goals in the Brasileirão 2021 with an expected goals (xG) tally of 37.6. It's the highest positive difference between goals scored and expected goals in the current season of the tournament (9.4). Efficiency. pic.twitter.com/AzACgmXZ1v
— OptaJoao (@OptaJoao) November 9, 2021
Pakar keuangan sepakbola Brasil, Rodrigo Capelo, pernah menulis di Globo Esporte pada 2021 tentang pujian terhadap Brgantino. "Di Brasil, mereka adalah satu-satunya klub yang mengadopsi praktik transparansi. Di era Bragantino, anda jarang melihat orang berjalan-jalan dengan mengenakan kaus. Di era Red Bull, anda akan melihat lima atau enam orang setiap hari dengan seragam klub," kata Capelo.
"Red Bull telah mempromosikan donor darah. Mereka telah mempromosikan program untuk merawat hutan di wilayah tersebut. Mereka mengadakan acara. Red Bull telah berhasil membawa tim lebih dekat ke penggemar," tambah Capelo.
Tentu saja langkah Red Bull di Brasil yang berhasil dipertanyakan mengapa berbeda hasilnya di Eropa. Di Jerman, Red Bull bahkan menjadi musuh bersama semua pendukung tradisional klub sepakbola karena dianggap merusak tradisi 50+1.
Padahal, di Brasil, klub sepakbola sebenarnya hampir mirip dengan Jerman. Meski tidak seesktrim sistem 50+1, sebagian besar klub Brasil adalah asosiasi nirlaba dengan anggota yang memilih presiden. Akibatnya, klub sudah seperti lembaga politik. Agar terpilih kembali, presiden klub sering menghambuskan uang untuk pencitraan dirinya dan bukan mengembangkan klub. Bahkan, terjerat utang.
Cruzeiro adalah contoh paling jelas dari banyak contoh "klub politik" di Brasil. Mereka pernah menjadi kekuatan dominan di sepakbola Brasil. Tapi, mereka pada 2022 akan menghabiskan musim ketiga berturut-turut di Serie B. Pada 2020, total utang mereka 897 juta real (Rp2,2 triliun).
"Red Bull menciptakan budaya baru (di sepakbola Brasil) dan menyelamatkan kredibilitas (sepakbola) Brasil," ucap Scoro.
Sukses terus berlanjut, berkat masukan uang tunai Red Bull dan operasi internasional yang sangat profesional. Seperti klub mana pun yang menjadi bagian dari grup yang lebih besar, Bragantino tiba-tiba memiliki akses ke statistik tingkat lanjut, metode taktis dan pelatihan, jaringan kepanduan, serta kontak tanpa akhir.
Mereka sudah mendatangkan lusinan pemain. Kebanyakan anak muda yang tidak mendapat kesempatan bermain di klub besar tradisional Brasil. Tapi, ada juga pemain dari Venezuela, Ekuador, Kolombia, Uruguay, dan Argentina. Para pemuda terpikat oleh fasilitas yang ditawarkan, janji waktu bermain dan gagasan bahwa mereka akan berada di etalase untuk tim Eropa.
"Ini adalah bagian dari strategi kami sebagai klub dan sebagai grup. Kami ingin Red Bull Bragantino menjadi pusat bakat untuk Amerika Selatan," kata Scoro.
Jadi, jika mereka bisa mengalahkan Athletico dan menjuarai Copa Sudamericana untuk pertama kalinya dalam sejarah, ini akan menjadi langkah awal bagi masa depan Bragantino. Bukan tidak mungkin musim-musim berikutnya mereka akan menjuarai Serie A, Copa Libertadores, hingga Piala Dunia Antarklub.
Qual é o melhor mascote dos clubes da Red Bull?
— FutDades (@FutDades) November 18, 2021
- RB Bragantino
- RB Leipzg
- RB Salzburg
- RB Brasil pic.twitter.com/q7n1k6OyRt