Dua pemain merupakan legenda Manchester United.
Para pemain tersebut telah menciptakan beberapa momen dan rekor tak terlupakan selama bertahun-tahun.
5 Hal yang Wajib Dilakukan Man United Jika Ingin Kembali ke Puncak
#5 Wayne Rooney - Manchester United
Penampilan Wayne Rooney selama waktunya bersama Manchester United sangat luar biasa. Pemain itu mencetak gol dengan kaki kiri, kaki kanan, kepala, dan dengan tembakan dari luar kotak lewat tendangan bebas.
5 Pemain yang Mainnya Mirip dengan Pemain Idolanya
Bisa dibilang musim terbaik yang dimiliki Rooney bersama Man United adalah musim 2009/2010. Namun, Setan Merah hanya berhasil memenangkan Piala Liga Inggris musim itu, menjadi klub pertama yang mempertahankan trofi sejak Nottingham Forest pada 1990.
Rooney memiliki beberapa rekor yang mengesankan. Mantan pemain depan Man United itu mencetak 34 gol dan tujuh assist dalam 44 pertandingan musim itu. Dia menyelesaikan liga dan menjadi pencetak gol terbanyak secara keseluruhan. Sebanyak 26 gol di antaranya terjadi di Liga Premier.
#4 Frank Lampard - Chelsea
Lampard memenangkan tiga gelar Liga Premier, empat Piala FA, satu Liga Champions, dan satu Liga Europa bersama The Blues. Dia mengumpulkan semua trofi itu saat bermain untuk beberapa manajer.
Musim terbaiknya dalam hal penampilan dan statistik terjadi di bawah manajer Portugal, Jose Mourinho, pada musim 2004/2005.
Chelsea memecahkan rekor dengan Lampard memainkan peran penting dalam kesuksesan Liga Premier. Pemain Inggris ini memberikan kontribusi 31 gol dari lini tengah, memainkan semua dari 38 pertandingan Liga Premier musim itu.
Lampard membuat 58 penampilan yang menakjubkan untuk Chelsea musim itu. Dia mencetak 19 gol dan memberikan 21 assist yang luar biasa di berbagai kompetisi. Dari jumlah itu, 13 gol dan 18 assist datang dalam perjalanan Chelsea meraih gelar Liga Premier. Ini tetap menjadi rekor penghitungan assist dalam lima liga besar Eropa.
Namun, yang sangat mengejutkan penggemar Chelsea dan Inggris, Lampard yang diunggulkan untuk mendapatkan penghargaan bergengsi Ballon d'Or justru kalah dari pemain Barcelona, Ronaldinho, meskipun pemain Brasil itu tidak memiliki statistik yang mengesankan seperti Lampard.
Itu membuatnya semakin membingungkan mengapa Ballon d'Or tahun itu tidak diberikan kepada Lampard.
Itu tetap menjadi salah satu penghargaan Ballon d'Or yang paling aneh dari salah satu pemain terbaik Inggris dan Chelsea sepanjang masa.
Chelsea 2004/05 PL Champions:
— LDN (@LDNFootbalI) February 21, 2020
• 95 points
• Just 15 goals conceded in 38 games
• 25 clean sheets
• Frank Lampard 31 G/A’s in 38 games from midfield.
• John Terry PFA POTY
• 29 wins, just one loss
The Greatest Premier League side in history. pic.twitter.com/oEokMrEIdi
#3 Eric Cantona - Manchester United
Eric Cantona dikenang karena sifatnya yang pemarah serta pendekatannya yang provokatif dan agresif terhadap permainan. Namun, kemampuan sepakbolanya tidak ada duanya, terutama dalam hal kreativitas dalam mencetak gol dan menciptakan peluang bagi rekan satu timnya.
Cantona lahir di Marseille pada 1966, dan memulai kariernya di Ligue 1. Dia ditandatangani oleh Leeds United pada Januari 1992 sebagai pemain pinjaman senilai 100.000 pounds (Rp 1,9 miliar) dan kemudian dipermanenkan dengan kesepakatan tambahan 900.000 pounds (Rp 17,2 miliar).
Hanya dalam waktu kurang dari 11 bulan di Leeds, Cantona mencetak 14 gol dan memberikan lima assist dalam 34 pertandingan, yang merupakan masa pertamanya di Inggris. Itu menarik perhatian Manchester United, yang mengontraknya hanya dengan 1,2 juta pounds (Rp 22,9 miliar) pada November 1992.
Pemain Prancis itu kemudian mencetak 81 gol dan memberi 62 assist dalam 180 pertandingan Setan Merah. Musim yang paling menonjol adalah musim 1993/1994. Setelah menempati urutan ketiga dalam peringkat Ballon d'Or pada 1993 bersama Leeds, Cantona diharapkan bisa memenangkannya dengan Manchester United. Dia mencetak 24 gol dan memberikan 13 assist dalam 45 penampilan di semua kompetisi.
Namun, Cantona tidak finis di tiga besar perebutan Ballon d'Or. Pemain Barcelona, Hristo Stoichkov, memenangkan penghargaan, dengan Roberto Baggio dari Juventus dan Paolo Maldini dari AC Milan masing-masing finis kedua dan ketiga.
Itu adalah kejutan besar, mengingat eksploitasinya di musim sebelumnya. Tapi, aman untuk mengatakan bahwa itu tidak menghalangi Cantona menjadi kapten dan pemain kelas dunia untuk raksasa Liga Premier.
#2 Virgil van Dijk - Liverpool
Virgil van Dijk lahir di Breda, Belanda, pada 1991. Dia berhasil melewati jajaran klub lokal Groningen sebelum pindah ke raksasa Skotlandia, Glasgow Celtic.
Pendekatan taktis dan fisiknya yang dominan dalam permainan membuatnya mendapatkan perhatian dari Liga Premier, di mana Southampton menandatangani pemain itu pada 2015.
Selama waktunya disana, Van Dijk menunjukkan kepada pihak lain mengapa dia dihargai begitu tinggi. Dia membuat kemitraan yang solid dengan Jose Fonte.
Pada 2018, Liverpool datang dan menawar 75 juta pounds (Rp 1,4 triliun) untuk mengamankan jasanya. Pemain asal Belanda itu membuat dampak instan dan jitu di Anfield.
Selama musim penuh pertamanya (2018/2019), Van Dijk bermain di 38 pertandingan Liga Premier bersama Liverpool. Dia rata-rata melakukan 1,0 tekel, 1,1 intersepsi, 1,1 offside, dan 5,2 clearance luar biasa per game. Pemain asal Belanda itu juga berperan dalam kemenangan keenam Liverpool di Liga Champions.
Penampilan itu membuatnya mendapatkan pujian dari seluruh dunia, dengan banyak yang menyebut Van Dijk sebagai favorit untuk memenangkan penghargaan Ballon d'Or dan akan menjadi bek pertama sejak Fabio Cannavaro (2006) yang memenangkannya.
Namun, Van Dijk berada di urutan kedua pada pemungutan suara terakhir. Dia kalah dari Lionel Messi dengan hanya selisih tujuh suara. Kalau dipikir-pikir, dia mungkin akan memilih 4-0 di Anfield daripada penghargaan.
?? Virgil van Dijk in 2018/19 ?
— UEFA Champions League (@ChampionsLeague) August 30, 2019
? #UCL + #SuperCup winner ?
? UEFA Men's Player of the Year
? #UCL Defender of the Season
? #UCL Squad of the Season
? Nations League Team of the Tournament#UCLawards pic.twitter.com/UhXsOmHNuT
#1 Thierry Henry - Arsenal
Thierry Henry adalah salah satu striker terbaik dalam sejarah Liga Inggris. Dia memang memiliki sifat arogansi, tetapi tidak sekali pun dia gagal memenuhi targetnya. Henry ditandatangani oleh manajer Arsenal, Arsene Wenger, seharga 11 juta pounds (Rp 210 miliar) dari Juventus pada 1999.
Henry kemudian mencetak 228 gol dan memberikan 106 assist yang mengejutkan dalam 376 pertandingan The Gunners.
Selama berada di London, Henry memenangkan dua gelar Liga Inggris dan dua Piala FA bersama Arsenal. Dia juga membantu mereka menjalani seluruh musim liga tanpa terkalahkan dalam kemenangan bersejarah Liga Premier 2003/2004.
Pria Prancis itu juga mengantongi empat penghargaan Sepatu Emas Liga Premier. Dia dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Liga Premier Musim dua kali, dan dinobatkan dalam Tim PFA of The Year enam kali berturut-turut di awal 2000-an.
Henry merupakan pencetak gol terbanyak sepanjang masa untuk tim nasional Prancis, mencetak 51 gol dalam 123 penampilan. Dia memenangkan Piala Dunia 1998 dan gelar Euro 2000 bersama Prancis.
Namun, pada 2002/2003, dunia sepakbola harus menyaksikan sesuatu yang membingungkan. Pavel Nedved dianugerahi penghargaan Ballon d'Or mengungguli Henry. Cukup aneh mengingat musim itu Henry mencetak 32 gol dan memberikan 28 assist untuk rekan satu tim. Sebagai perbandingan, dia memiliki 29 kontribusi gol lebih banyak daripada Nedved.
Henry mencapai sesuatu setahun setelah penghargaanya dicuri di Ballon d'Or pada 2003. Tidak terkalahkan sepanjang musim liga adalah sesuatu yang hanya bisa diimpikan oleh banyak pemain di masa lalu dan sekarang.
Arsene Wenger’s Arsenal are the only team to go through a PL season unbeaten, on way to winning the 2003-04 PL title
— Sky Sports Statto (@SkySportsStatto) April 20, 2018
Record:
P38 W26 D12 L0 F73 A26 Pts 90
Most apps: Lehmann (38), Henry (37), Toure (37), Pires (36)
Top goalscorers – Henry (30), Pires (14)#PL pic.twitter.com/6ljTEl1v0D