Salah satu negara yang cukup banyak mengirimkan pelatih ke kompetisi Indonesia adalah Belanda.
Sejak kompetisi profesional digelar pada 1994 dengan tajuk Liga Indonesia, pelatih asing datang dan pergi slih berganti. Ada yang berhasil menghadirkan prestasi membanggakan, tapi tidak sedikit yang gagal total.
Pelatih-pelatih asing yang bekerja di Indonesia cukup merata. Tidak hanya Eropa, mereka juga berasal dari Amerika Latin seperti Brasil, Argentina, Chile, hingga Uruguay. Ada pula dari Afrika. Pelatih-pelatih dari Asia seperti Malaysia dan Singapura juga ada. Bahkan, nakhoda tim nasional Indonesia saat ini datang dari Korea Selatan.
Salah satu negara yang cukup banyak mengirimkan arsitek ke kompetisi Indonesia adalah Belanda. Pelatih-pelatih tersebut menukangi sejumlah klub. Ada pula yang sempat mengenyam kesempatan menjadi nakhoda tim Merah-Putih. Berikut ini 8 diantaranya:
1. Henk Wullems
Sosok yang baru menghembuskan napas terakhir pada 15 Agustus 2020 itu dikenal sebagai pelatih Belanda yang sukses di Indonesia. Menukangi Bandung Raya pada 1995, Wullems langsung mempersembahkan gelar juara Liga Indonesia Divisi Utama 1995/1996. Sukses itu otomatis mengantarkan dirinya melatih timnas. Sayang, Wullems hanya bisa membawa pasukan Garuda mendapatkan medali perak SEA Games 1997 di Jakarta.
2. Albert Fafie
Ketika Wullems dibajak PSSI, manajemen BR tetap konsisten mempekerjakan pelatih asing asal Belanda. Saat itu, Fafie dikontrak pada 1996. Wullems sendirilah yang langsung merekomendasikan Fafie. Sayang, BR harus terhenti di final Liga Indonesia 1996/1997. Di kompetisi Asia, BR mewakili Indonesia di Piala Winners Asian 1996/1997. Setelah sukses menekuk Pahang FA di putaran I, langkah mereka terhenti di putaran II dari South China. Sayang, akibat krisis ekonomi 1998, BR bubar. Akhirnya, Fafie serta sejumlah pemain bintang BR pindah ke Persija Jakarta.
3. Dick Buitelaar
Buitelaar merupakan pelatih veteran yang sudah malang melintang di sepakbola Indonesia sejak lama. 17 September 1938 itu pernah melatih Perseden Denpasar dan Persitara Jakarta Utara. Meski tidak ada gelar juara yang dipersembahkan, Buitelaar memiliki jasa terhadap kemajuan sepakbola Indonesia. Bahkan, mantan pelatih Persebaya Surabaya, Wolfgang Pikal, sempat mengaku bahwa Buitelaar yang mendorong dirinya kembali ke sepakbola sebagai arsitek.
4. Fritz Korbach
Korbach datang ke Indonesia pada 2005 untuk menjadi nakhoda PSM Makassar. Dia ditunjuk menggantikan Miroslav Janu yang memutuskan pulang ke negara asalnya, Republik Ceko, untuk menjadi asisten pelatih di Slavia Praha. Saat menangani PSM, Korbach didampingi Mustari Ato, Assegaf Razak, dan Herman Kadiaman. Meski hanya satu musim, Korbach mampu membawa Juku Eja menembus Babak 8 Besar Liga Indonesia. Sebagai pelatih, Korbach dikenal sebagai pribadi yang disiplin dan tegas.
5. Richard Azreg Rachid
Nasib Rachid di sepakbola Indonesia cukup tragis. Dia datang pertama kali untuk menukangi Persitara Jakarta Utara pada Indonesia Super League 2008/2009. Sayang, Rachid hanya bertahan sampai putaran pertama karena mengaku tidak dibayar oleh manajemen Laskar Si Pitung. Posisi Rachid lalu digantikan Jacksen Tiago. Jacksen pada akhirnya juga hengkang ke Persipura Jayapura karena masalah kontrak yang tidak jelas dengan Persitara.
6. Willy Scheepers
Scheepers melatih ketika sepakbola Indonesia dilanda dualisme antara Indonesia Super League (ISL) dengan Liga Primer Indonesia (LPI). Nakhoda kelahiran 8 April 1961 tersebut datang pada 2010 untuk menukangi Bali Devata di LPI. Namun, karena LPI dianggap kompetisi ilegal oleh PSSI saat itu, Scheepers terpaksa pergi dari Indonesia. Dia tidak bersedia kembali, meski situasi sudah normal. Scheepers trauma dengan apa yang terjadi di PSSI.
7. Wim Rijsbergen
Punya CV yang sangat bagus sebagai pemain dan pelatih, Rijsbergen datang ke Indonesia dalam situasi yang kurang tepat. Pria kelahiran Leiden, 18 Januari 1952, itu datang di waktu yang salah. Menukangi PSM Makassar yang membelot ke LPI, Rijsbergen kemudian diangkat menjadi pelatih timnas.
Masalahnya, dengan dualisme yang sedang terjadi, mantan nakhoda Trinidad and Tobago itu tidak bisa memaksimalkan semua talenta terbaik Indonesia. Akibatnya, setelah memimpin 11 pertandingan skuad Garuda, Rijsbergen hanya menghasilkan 2 kemenangan, 3 hasil imbang, dan 6 kekalahan. Akibatnya, Rijsbergen digeser menjadi direktur teknik PSSI dan posisi pelatih diberikan kepada Aji Santoso.
8. Robert Alberts
Datang ke Indonesia pada 2009, Alberts sanggup bertahan hingga musim ini. Hal tersebut tidak bisa dilepaskan dari tangan dingin mantan pelatih Serawak FA tersebut. Pada musim pertamanya, dia mampu membawa Arema menjuarai ISL 2009/2020. Setelah itu, Alberts sempat menukangi PSM dalam dua periode. Sejak 2019, pria berusia 65 tahun tersebut tercatat sebagai juru mudi Persib Bandung.
Pelatih-pelatih asing yang bekerja di Indonesia cukup merata. Tidak hanya Eropa, mereka juga berasal dari Amerika Latin seperti Brasil, Argentina, Chile, hingga Uruguay. Ada pula dari Afrika. Pelatih-pelatih dari Asia seperti Malaysia dan Singapura juga ada. Bahkan, nakhoda tim nasional Indonesia saat ini datang dari Korea Selatan.
BACA BERITA LAINNYA
Klub Milik Orang Nigeria Ini Pertama Kali dalam Sejarah Promosi Serie A
Klub Milik Orang Nigeria Ini Pertama Kali dalam Sejarah Promosi Serie A
1. Henk Wullems
2. Albert Fafie
Ketika Wullems dibajak PSSI, manajemen BR tetap konsisten mempekerjakan pelatih asing asal Belanda. Saat itu, Fafie dikontrak pada 1996. Wullems sendirilah yang langsung merekomendasikan Fafie. Sayang, BR harus terhenti di final Liga Indonesia 1996/1997. Di kompetisi Asia, BR mewakili Indonesia di Piala Winners Asian 1996/1997. Setelah sukses menekuk Pahang FA di putaran I, langkah mereka terhenti di putaran II dari South China. Sayang, akibat krisis ekonomi 1998, BR bubar. Akhirnya, Fafie serta sejumlah pemain bintang BR pindah ke Persija Jakarta.
BACA FEATURE LAINNYA
6 Pesepakbola yang memiliki Phobia Aneh, Ada yang Phobia Sunyi
6 Pesepakbola yang memiliki Phobia Aneh, Ada yang Phobia Sunyi
3. Dick Buitelaar
Buitelaar merupakan pelatih veteran yang sudah malang melintang di sepakbola Indonesia sejak lama. 17 September 1938 itu pernah melatih Perseden Denpasar dan Persitara Jakarta Utara. Meski tidak ada gelar juara yang dipersembahkan, Buitelaar memiliki jasa terhadap kemajuan sepakbola Indonesia. Bahkan, mantan pelatih Persebaya Surabaya, Wolfgang Pikal, sempat mengaku bahwa Buitelaar yang mendorong dirinya kembali ke sepakbola sebagai arsitek.
4. Fritz Korbach
Korbach datang ke Indonesia pada 2005 untuk menjadi nakhoda PSM Makassar. Dia ditunjuk menggantikan Miroslav Janu yang memutuskan pulang ke negara asalnya, Republik Ceko, untuk menjadi asisten pelatih di Slavia Praha. Saat menangani PSM, Korbach didampingi Mustari Ato, Assegaf Razak, dan Herman Kadiaman. Meski hanya satu musim, Korbach mampu membawa Juku Eja menembus Babak 8 Besar Liga Indonesia. Sebagai pelatih, Korbach dikenal sebagai pribadi yang disiplin dan tegas.
5. Richard Azreg Rachid
Nasib Rachid di sepakbola Indonesia cukup tragis. Dia datang pertama kali untuk menukangi Persitara Jakarta Utara pada Indonesia Super League 2008/2009. Sayang, Rachid hanya bertahan sampai putaran pertama karena mengaku tidak dibayar oleh manajemen Laskar Si Pitung. Posisi Rachid lalu digantikan Jacksen Tiago. Jacksen pada akhirnya juga hengkang ke Persipura Jayapura karena masalah kontrak yang tidak jelas dengan Persitara.
6. Willy Scheepers
Scheepers melatih ketika sepakbola Indonesia dilanda dualisme antara Indonesia Super League (ISL) dengan Liga Primer Indonesia (LPI). Nakhoda kelahiran 8 April 1961 tersebut datang pada 2010 untuk menukangi Bali Devata di LPI. Namun, karena LPI dianggap kompetisi ilegal oleh PSSI saat itu, Scheepers terpaksa pergi dari Indonesia. Dia tidak bersedia kembali, meski situasi sudah normal. Scheepers trauma dengan apa yang terjadi di PSSI.
7. Wim Rijsbergen
Punya CV yang sangat bagus sebagai pemain dan pelatih, Rijsbergen datang ke Indonesia dalam situasi yang kurang tepat. Pria kelahiran Leiden, 18 Januari 1952, itu datang di waktu yang salah. Menukangi PSM Makassar yang membelot ke LPI, Rijsbergen kemudian diangkat menjadi pelatih timnas.
Masalahnya, dengan dualisme yang sedang terjadi, mantan nakhoda Trinidad and Tobago itu tidak bisa memaksimalkan semua talenta terbaik Indonesia. Akibatnya, setelah memimpin 11 pertandingan skuad Garuda, Rijsbergen hanya menghasilkan 2 kemenangan, 3 hasil imbang, dan 6 kekalahan. Akibatnya, Rijsbergen digeser menjadi direktur teknik PSSI dan posisi pelatih diberikan kepada Aji Santoso.
8. Robert Alberts
Datang ke Indonesia pada 2009, Alberts sanggup bertahan hingga musim ini. Hal tersebut tidak bisa dilepaskan dari tangan dingin mantan pelatih Serawak FA tersebut. Pada musim pertamanya, dia mampu membawa Arema menjuarai ISL 2009/2020. Setelah itu, Alberts sempat menukangi PSM dalam dua periode. Sejak 2019, pria berusia 65 tahun tersebut tercatat sebagai juru mudi Persib Bandung.