Dia lahir di pengungsian. Sebagai pengungsi, masa kecilnya sempat mengalami kekurangan gizi.
Dalam beberapa tahun terakhir, pemain-pemain asing yang datang ke Indonesia tidak hanya menjadi monopoli Amerika Latin dan Afrika. Pesepakbola-pesepakbola dari anggota AFC juga banyak yang mengadu nasib di Liga 1. Brwa Nouri contohnya.

Memiliki paspor ganda Irak dan Swedia, pemuda dengan nama lengkap Brwa Hekmat Nouri tersebut menjadi salah satu pemain kunci Bali United saat meraih gelar juara Liga 1 2019. Sebagai gelandang, Nouri mampu membuat permainan Serdadu Tridatu stabil sepanjang musim lalu.

Sebagai orang Irak dari etnis Kurdi, Nouri ternyata punya kisah menarik yang layak dibagikan kepada suporter di Bali. Nouri menjalani masa kecil yang sangat menyedihkan. Di era Saddam Husein, keluarga Nouri sempat menjadi korban pelanggaran HAM.

Lahir di Urmia, sebuah kota di Iran, pada 23 Januari 1987, Nouri langsung tinggal di tempat pengungsian. Orang tua Nouri ada di tempat tersebut setelah melarikan diri dari kampung halaman di Kurdistan, Irak Utara. Sebagai pengungsi, Nouri kecil sempat mengalami kekurangan gizi.

Dari tempat mengungsi di Iran, keluarga Nouri mendapatkan suaka ke Swedia. "Saya tidak ingat tentang hal itu (perang). Saya lahir di Iran karena terjadi perang di negara asal saya (Irak). Dia (Saddam) menghancurkan kota saya beserta orang-orangnya sehingga kami harus mengungsi. Kami pindah ke Iran dan saya lahir di situ," ujar Nouri di situs resmi Serdadu Tridatu.

Sebagai pengungsi korban perang, hidup keluarga Nouri sangat memprihatinkan dan jauh dari kata layak. "Kami harus berpindah-pindah ke beberapa negara. Kami tinggal di Suriah. Lalu, ke Yordania, Yunani, Turki, hingga akhirnya ke Swedia," tambah pemilik 9 caps untuk timnas Irak tersebut.

Pemain yang mengawali karier profesional bersama klub Swedia, Grondals IK, pada 2008 itu mengaku bersyukur karena keluarganya hijrah ke Eropa. Di Swedia, Nouri dan keluarga diperlakukan layak. Mereka mendapatkan kewarganegaraan Swedia dan hidup normal seperti warga negara yang sudah menetap bertahun-tahun.

"Itu (Swedia) negara yang sangat bagus. Saya merasa beruntung bisa berada di sana," ucap pesepakbola yang sempat mendapatkan kesempatan memperkuat Swedia U-17 dan U-19 itu.

Di Swedia, Nouri tidak hanya membela Grondals dan timnas junior. Dia juga pernah bermain untuk beberapa klub. Sebut saja Atvidabergs, Vasby United, Dalkurd, hingga Ostersunds. Bersama Ostersunds, Nouri merasakan tampil di Liga Eropa dan berhadapan dengan klub-klub papan atas Benua Biru seperti Galatasaray dan Arsenal.

Kesempatan berharga yang didapatkan di Eropa membuat Nouri diminta membela Irak. Meski memiliki paspor Swedia, dia bersedia kembali ke kampung leluhurnya. Akhirnya, dia dipanggil pada 2016 untuk mengikuti Kualifikasi Piala Dunia 2018 Zona Asia.

"Saat pertama kali bergabung (dengan timnas), ada banyak sekali perbedaan. Mulai dari bahasa dan hal-hal lainnya. Kebanyakan teman-teman baru saya tidak bagus berbicara dalam Bahasa Inggris. Tapi, buat saya, tidak ada masalah dengan perbedaan. Saya sudah terbiasa dengan hal itu," papar Nouri.

Setelah puas di Eropa, Nouri mendapatkan tawaran bermain di Indonesia pada pertengahan musim 2018. Saat proposal datang, dia mengaku antusias karena tahu Indonesia adalah negara yang indah. Sejak bergabung dengan Serdadu Tridatu, satu posisi di lini tengah berhasil dikuasainya. Hingga kini dia menjadi penopang lini tengah bersama Fadil Sausu, Paulo Sergio, dan Stefano Lilipaly.



Liga 1 2019 menjadi musim yang spesial bagi Nouri. Dia menjadi salah satu pemain penting dalam sukses Bali menjadi klub terbaik di Indonesia. Nouri bermain 27 laga, meski tidak mencetak gol. 

Untuk musim 2020, Nouri sebenarnya bersemangat menyambut kompetisi. Sayang, pandemi Covid-19 membuat semua rencana berantakan. Setelah dipastikan akan berlanjut, Nouri mengaku semakin bahagia. Seusai menjalani empat pekan sesi latihan bersama tim, dia bertambah optimistis Bali akan bisa mempertahankan trofi.

"Senang rasanya bisa kembali melakukan kegiatan yang paling saya sukai karena ini adalah hobi dan pekerjaan. Saya bekerja keras dan berusaha bersama rekan tim dalam menerima keadaan yang berbeda dan tidak mudah seperti biasanya," kata Nouri.

Lebih lanjut, pemain yang mengaku vegetarian tersebut ikut bicara terkait pola makanan pemain sepakbola profesional di Indonesia. Menurutnya, atlet tidak bisa mengonsumsi makanan secara sembarangan. 

"Bagi saya, makanan sangat mempengaruhi kualitas atlet. Tubuh yang dimiliki atlet adalah alat mereka bekerja. Apa yang dimakan dan masuk ke dalam tubuh sangat mempengaruhi bakat mereka dalam bekerja sebagai atlet. Tidak hanya soal makanan. Begitu juga soal istirahat. Pola pemulihan pascacedera adalah hal penting lainnya dalam mendukung kinerja atlet, terutama di sepakbola," pungkas Nouri.