Empat tahun berlalu kemanakah skuad inti timnas Brasil tersebut? Apakah mereka sukses menjalani karier atau justru terpuruk?
Pada tahun 2016 Brasil menjadi tuan rumah pertandingan Olimpiade, oleh sebab itu mereka mendapatkan tekanan yang cukup besar untuk membawa pulang medali emas.
Apalagi 2 tahun sebelumnya, tepatnya di ajang Piala Dunia 2014 yang juga diselenggarakan di Brasil, Neymar cs dipermalukan oleh timnas Jerman di babak semifinal dengan skor 7-1.
Harapan baru muncul di tangan anggota skuad U-23 kala mampu mencapai babak final Olimpiade 2016, kebetulan lawannya adalah timnas Jerman.
Malam itu menjadi malam yang lebih baik ketimbang 2 tahun sebelumnya, tuan rumah Brasil berhasil membalaskan dendamnya dengan memukul Jerman dengan skor 5-4 melalui babak adu penalti.
Sekarang telah 4 tahun berlalu sejak Brasil menjuarai Olimpiade 2016, lantas kemanakah para skuad inti timnas Brasil tersebut? Apakah mereka sukses menjalani karir masing-masing, atau justru terpuruk?
1. Weverton
Weverton adalah salah satu dari tiga pemain yang dipilih di atas usia 23, ia membantu membawa pengalaman dan membuat seisi ruang ganti agar lebih tenang.
Selama adu penalti, penyelamatannya terbukti menentukan dalam membantu Brasil mengklaim medali emas.
Sekarang ia berusia 32, Weverton telah menikmati bagian kesuksesannya sejak Olimpiade dimana ia bermain 206 kali untuk Athletico Paranaense selama periode lima tahun, dan sekarang bersama Palmeiras di mana dia masih bermain hingga saat ini.
Pada musim pertamanya di bawah asuhan manajer Luiz Felipe Scolari, Weverton membantu Palmeiras mengklaim gelar Liga ke-10 mereka, unggul 8 poin dari penantang terdekat mereka, Flamengo.
Penampilannya yang mengesankan selama Olimpiade diakui oleh pelatih tim nasional Brasil, Tite yang memilihnya pada 2017 untuk Kualifikasi Piala Dunia, namun baru memainkannya dalam dua pertandingan persahabatan melawan Argentina dan Kolombia.
2. Zeca
Pada saat Olimpiade, Zeca masih memperjuangkan tempatnya di tim utama Santos, dan meskipun hanya bermain satu pertandingan sebelum final, Zeca mendapatkan tempatnya dalam pertandingan yang sangat penting dengan Jerman.
Setelah turnamen, kepercayaan diri yang didapat dari memenangkan kompetisi memungkinkan dia untuk dapat memperjuangkan tempatnya di tim utama Santos.
Namun karirnya di Santos bermasalah lantaran dugaan pembayaran yang terlewat dan dia akhirnya pindah ke Internacional pada tahun 2018.
Di Internacional, dia tampil sebanyak 56 kali sejauh ini termasuk membantu klub finis di urutan ke-3 di musim pertama mereka di kompetisi teratas Brasil.
Pada awal musim ini, ia dipinjamkan ke klub ambisius timur laut Bahia di mana ia berharap untuk membangun kembali karirnya.
3. Douglas Santos
Hanya beberapa bulan sebelum Douglas Santos mendapat panggilan ke skuad Olimpiade, dia mewakili tim Senior dalam kemenangan 4-0 atas Panama.
Menyusul penampilan impresif untuk Atlético Mineiro yang membantunya mendapatkan tempat di Tim Terbaik Campeonato Brasileiro Série A 2015, karena itu hal-hal besar diharapkan untuknya di Olimpiade dan dia jelas membuktikan kemampuannya.
Penampilannya memicu minat dari beberapa klub Eropa dan hanya 11 hari setelah turnamen ia menandatangani kontrak dengan Hamburger SV seharga 5,85 juta pounds.
Douglas Santos membuat 88 penampilan di semua kompetisi untuk klub Jerman dengan mencetak 3 gol.
Setelah terdegradasi ke Bundesliga 2 pada musim 2017/2018, Santos bertahan selama satu tahun lagi untuk mencoba membantu klub segera bangkit kembali.
Namun, hal-hal itu tidak berjalan sesuai dengan harapannya dimana setelah gagal mencapai promosi, dia pindah ke klub Rusia Zenit St. Petersburg seharga 10,8 juta pounds.
4. Rodrigo Caio
Rodrigo Caio selama Olimpiade bermain enam kali dan juga merupakan pemain yang juga pernah mewakili Brasil di level senior sebelumnya.
Setelah kompetisi Olimpiade selesai, dia bermain untuk negaranya tiga kali lagi, terakhir pada Mei 2017.
Di level klub, setelah mencatatkan 268 penampilan untuk tim masa kecilnya, Sao Paulo, Caio bergabung dengan Flamengo dengan biaya transfer mencapai 6,3 juta pounds pada 2019.
Musim lalu Caio berperan besar dalam kesuksesan Flamengo memenangkan gelar Liga Brasil dan Copa Libertadores dalam satu musim yang sama.
Penampilannya sepanjang musim membuatnya mendapat tempat di Campeonato Brasileiro Série A Team of the Year. Caio bermain di semua pertandingan kecuali satu pertandingan Copa Libertadores saat mereka mereka tampil di partai puncak dengan kemenangan 2-1 atas River Plate di Peru.
5. Marquinhos
Marquinhos adalah sosok kunci untuk lini belakang selama Olimpiade 2016 lantaran sebelumnya ia memang sudah kenyang pengalaman baik di level klub maupun timnas senior Brasil yang telah memainkan 10 caps sebelumnya.
Setelah mengklaim gelar Olimpiade, karirnya telah berkembang secara pesat dari musim ke musim bersama skuad PSG yang bertabur bintang.
Sejak 2016 ia telah mengumpulkan 11 trofi dan telah membangun kemitraan yang tangguh dengan sesama pemain Brasil, Thiago Silva.
Marquinhos hingga saat ini telah mewakili klub Paris sebanyak 179 kali dan Tim Nasional Brasil sebanyak 47 kali.
Marquinhos musim panas lalu memainkan setiap pertandingan sepanjang Copa America dan membantu Brasil merebut gelar tersebut untuk pertama kalinya sejak tahun 2007.
6. Walace
Lahir di kota Salvador, Walace, sebelum Olimpiade telah mewakili Brasil selama Copa America 2016, bermain sekali dalam pembantaian kala menghadapi Haiti 7-1.
Keberuntungan berada di pihak Walace selama Olimpiade karena Shakhtar Donetsk menolak untuk membiarkan Fred pergi ke turnamen sehingga Walace akhirnya pergi menggantikan peran pemain yang kini bermain untuk Manchester United itu.
Di Olimpiade, Walace memainkan lima pertandingan dan setelah turnamen selesai ia bermain untuk Gremio dengan 77 kali penampilan.
Pada 2017 ia membantu klub Porto Alegre mengangkat Copa Do Brasil sebelum akhirnya pindah ke Eropa untuk bergabung dengan klub Jerman, Hamburger SV sekaligus bekerjasama dengan sesama mantan rekannya di Olimpiade 2016, Douglas Santos.
18 bulan kemudian Hamburg terdegradasi dengan Walace tampil sebanyak 18 kali sepanjang musim panas.
Terlepas dari masa-masa sulit di level klub, ia masih dipercaya oleh Tite untuk bermain di level senior.
Setelah degradasi, Walace menghentikan karirnya di Hamburg dengan pindah ke sesama klub Jerman Hannover 96 di mana ia hanya menghabiskan satu musim sebelum akhirnya kembali terdegradasi.
Kini ia bermain bersama klub Liga Italia, Udinese dan berharap tidak lagi terdegradasi untuk ketiga kalinya secara beruntun.
7. Renato Augusto
Berkat performa apiknya sebagai pemain terbaik Liga Brasil tahun 2015, akhirnya membawa Renato Augusto ke Olimpiade sebagai salah satu pemain berusia di atas 23 tahun dan sudah memiliki pengalaman internasional.
Dia bermain di seluruh pertandingan Brasil di Olimpiade dan bahkan ia menjadi eksekutor tendangan penalti pertama di final melawan Jerman, memberikan motivasi di awal atas keberhasilannya mengkonversi penalti menjadi gol.
Setelah Olimpiade, Augusto berhasil mengokohkan tempatnya di timnas senior Brasil dan sukses melakukan pekerjaannya dengan baik, bahkan menjadi kapten dalam kemenangan 5-0 melawan Bolivia di Kualifikasi Piala Dunia.
Di Piala Dunia 2018, dia tampil 3 kali sebagai pemain pengganti dan berhasil mencetak gol di Piala Dunia, sayangnya, Brasil harus mengakui keunggulan Belgia di babak perempatfinal.
Secara total, Augusto telah mencatatkan 32 caps untuk negaranya dengan mencetak 6 gol. Sebelum Olimpiade, Augusto pindah ke Beijing Guoan di mana dia masih terus bermain hingga saat ini.
Sejauh ini Renato bermain 129 kali untuk klub China itu dengan mencetak 36 gol di semua kompetisi. Pada 2018 ia meraih trofi pertamanya di klub dengan membantu Beijing Guoan merebut Piala China untuk keempat kalinya.
8. Luan
Luan adalah salah satu pemain terpenting Brasil di Rio 2016, mencetak tiga gol dan mengambil penalti keempat dalam adu tendangan penalti di final.
Pemain berusia 27 tahun itu memilih membela klub di Brasil sejauh ini dan setelah mencetak 75 gol dalam 286 penampilan untuk Gremio, bergabung dengan Corinthians pada 2019.
9. Neymar
Neymar adalah kapten dan ikon timnas Brasil selama Olimpiade 2016 berbekal reputasinya yang telah bermain untuk timnas senior Brasil di ajang Piala Dunia 2014, Piala Konfederasi 2013, dan Olimpiade 2012 di London.
Di Olimpiade London, Neymar dan Brasil mengalami kekalahan mengejutkan dari Meksiko di partai puncak.
Neymar absen dari skuad Copa America 2016 untuk berlaga di Olimpiade. Neymar, setelah mengawali strart awal yang lambat, akhirnya mampu berbuat banyak selama babak sistem gugur turnamen dengan mencetak 4 gol dan memberikan 3 assist.
Lebih penting lagi, dia mencetak gol pembuka laga final dan gol penalti kemenangan.
Setelah turnamen itu selesai, Neymar membantu Barcelona mengangkat trofi Copa del Rey pada tahun 2017, namun gagal juara La Liga Spanyol dan Liga Champions.
Secara individu pada tahun 2017, Neymar dianugerahi Samba Gold untuk kedua kalinya, ini diberikan kepada pemain Brasil dengan kinerja terbaik di Eropa.
Pada tahun yang sama, Neymar mengejutkan semua orang, memutuskan untuk bergabung dengan PSG dengan biaya rekor transfer dunia dengan 220 juta pounds.
Waktunya di klub Paris telah menjadi campuran antara pasang surut terutama karena cedera yang membuatnya absen dalam laga-laga penting PSG
Bersama PSG, Neymar telah memenangkan total tujuh trofi termasuk tiga gelar liga berturut-turut dan rekor mencetak golnya yang fenomenal dengan mencetak 69 gol hanya dalam 80 pertandingan.
10. Gabriel Jesus
Sebelum Olimpiade, diumumkan bahwa Gabriel Jesus akan bergabung dengan klub Inggris Manchester City pada Januari dengan nilai transfer 27 juta pounds.
Setelah Olimpiade, Jesus bergabung dengan tim Senior Brasil di mana dia merupakan bagian dari skuad pemenang Copa America 2019.
Selama turnamen Copa America, dia mencetak dua gol, termasuk di final melawan Peru.
Di level klub ia membantu Palmeiras merengkuh gelar juara Liga Brasil tahun 2016 sekaligus mendapatkan gelar individu sebagai Campeonato Brasileiro Série A Best Player di 2016 sebelum akhirnya pergi ke Inggris.
Di Liga Premier musim 2016/2017, Jesus tidak membuang waktu untuk beradaptasi, karena ia langsung tampil mengesankan dengan mencetak 7 gol hanya dalam 11 pertandingan pertamanya.
Musim 2017/2018 adalah musim penuh pertamanya di sepak bola Inggris dan dia adalah bagian dari tim Manchester City yang memenangkan gelar dengan rekor total poin 100.
11. Gabriel Barbosa
Terakhir dan tidak kalah pentingnya adalah Gabriel “Gabigol” Barbosa. Gabigol adalah julukan yang diberikan kepadanya karena kemampuannya dalam mencetak gol di level junior.
Bermain melebar selama Olimpiade, Gabigol memainkan seluruh pertandingan yang dijalani Brasil dengan mencetak dua gol sepanjang turnamen (keduanya melawan Denmark).
Segera setelah turnamen, Gabigol bergabung dengan Inter Milian dan kedatangannya yang terlambat membuatnya absen di pramusim yang menjadi awal petaka karirnya bersama Nerazzurri, alhasil ia hanya bermain total dalam 10 pertandingan dengan hanya mencetak 1 gol.
Ini membuatnya dipinjamkan ke Benfica di mana dia sekali lagi berjuang untuk beradaptasi dengan lingkungannya dan pada Januari 2018 dia kembali bermain di Brasil untuk bergabung dengan Santos.
Itu adalah langkah yang membangun karirnya kembali dengan catatan 53 penampilan sepanjang musim dengan mencetak 27 gol. 18 dari 27 golnya datang di liga, dan dia dianugerahi sebagai pencetak gol terbanyak di Liga Brasil.
Ternyata catatannya di tahun 2019 jauh lebih mentereng daripada 2018 dimana ia mampu berperan penting dalam kesuksesan Flamengo meraih tiga trofi sekaligus dalam semusim, yakni kejuaraan negara, Serie-A Brasil, dan Copa Libertadores.
Pada 2019 dalam 59 pertandingan ia mencetak total 43 gol, sekali lagi mempertahankan trofi pencetak gol terbanyak di Brasil dan di Copa Libertadores.
Dia juga mengumpulkan beberapa penghargaan individu termasuk Pemain Terbaik Amerika Selatan Tahun ini sehingga sejak tahun 2020 ini ia telah dikontrak secara permanen oleh Flamengo.
Apalagi 2 tahun sebelumnya, tepatnya di ajang Piala Dunia 2014 yang juga diselenggarakan di Brasil, Neymar cs dipermalukan oleh timnas Jerman di babak semifinal dengan skor 7-1.
BACA FEATURE LAINNYA
25 Transfer Termahal ke Liga Premier Dianggap Gagal, Di Atas Banderol Thiago
25 Transfer Termahal ke Liga Premier Dianggap Gagal, Di Atas Banderol Thiago
BACA BERITA LAINNYA
Patrice Evra Ungkap Penyebab Seringnya Nego Transfer Manchester United Gagal
Patrice Evra Ungkap Penyebab Seringnya Nego Transfer Manchester United Gagal
Selama adu penalti, penyelamatannya terbukti menentukan dalam membantu Brasil mengklaim medali emas.
Pada musim pertamanya di bawah asuhan manajer Luiz Felipe Scolari, Weverton membantu Palmeiras mengklaim gelar Liga ke-10 mereka, unggul 8 poin dari penantang terdekat mereka, Flamengo.
2. Zeca
Pada saat Olimpiade, Zeca masih memperjuangkan tempatnya di tim utama Santos, dan meskipun hanya bermain satu pertandingan sebelum final, Zeca mendapatkan tempatnya dalam pertandingan yang sangat penting dengan Jerman.
Setelah turnamen, kepercayaan diri yang didapat dari memenangkan kompetisi memungkinkan dia untuk dapat memperjuangkan tempatnya di tim utama Santos.
Namun karirnya di Santos bermasalah lantaran dugaan pembayaran yang terlewat dan dia akhirnya pindah ke Internacional pada tahun 2018.
Di Internacional, dia tampil sebanyak 56 kali sejauh ini termasuk membantu klub finis di urutan ke-3 di musim pertama mereka di kompetisi teratas Brasil.
Pada awal musim ini, ia dipinjamkan ke klub ambisius timur laut Bahia di mana ia berharap untuk membangun kembali karirnya.
3. Douglas Santos
Hanya beberapa bulan sebelum Douglas Santos mendapat panggilan ke skuad Olimpiade, dia mewakili tim Senior dalam kemenangan 4-0 atas Panama.
Menyusul penampilan impresif untuk Atlético Mineiro yang membantunya mendapatkan tempat di Tim Terbaik Campeonato Brasileiro Série A 2015, karena itu hal-hal besar diharapkan untuknya di Olimpiade dan dia jelas membuktikan kemampuannya.
Penampilannya memicu minat dari beberapa klub Eropa dan hanya 11 hari setelah turnamen ia menandatangani kontrak dengan Hamburger SV seharga 5,85 juta pounds.
Douglas Santos membuat 88 penampilan di semua kompetisi untuk klub Jerman dengan mencetak 3 gol.
Setelah terdegradasi ke Bundesliga 2 pada musim 2017/2018, Santos bertahan selama satu tahun lagi untuk mencoba membantu klub segera bangkit kembali.
Namun, hal-hal itu tidak berjalan sesuai dengan harapannya dimana setelah gagal mencapai promosi, dia pindah ke klub Rusia Zenit St. Petersburg seharga 10,8 juta pounds.
4. Rodrigo Caio
Rodrigo Caio selama Olimpiade bermain enam kali dan juga merupakan pemain yang juga pernah mewakili Brasil di level senior sebelumnya.
Setelah kompetisi Olimpiade selesai, dia bermain untuk negaranya tiga kali lagi, terakhir pada Mei 2017.
Di level klub, setelah mencatatkan 268 penampilan untuk tim masa kecilnya, Sao Paulo, Caio bergabung dengan Flamengo dengan biaya transfer mencapai 6,3 juta pounds pada 2019.
Musim lalu Caio berperan besar dalam kesuksesan Flamengo memenangkan gelar Liga Brasil dan Copa Libertadores dalam satu musim yang sama.
Penampilannya sepanjang musim membuatnya mendapat tempat di Campeonato Brasileiro Série A Team of the Year. Caio bermain di semua pertandingan kecuali satu pertandingan Copa Libertadores saat mereka mereka tampil di partai puncak dengan kemenangan 2-1 atas River Plate di Peru.
5. Marquinhos
Marquinhos adalah sosok kunci untuk lini belakang selama Olimpiade 2016 lantaran sebelumnya ia memang sudah kenyang pengalaman baik di level klub maupun timnas senior Brasil yang telah memainkan 10 caps sebelumnya.
Setelah mengklaim gelar Olimpiade, karirnya telah berkembang secara pesat dari musim ke musim bersama skuad PSG yang bertabur bintang.
Sejak 2016 ia telah mengumpulkan 11 trofi dan telah membangun kemitraan yang tangguh dengan sesama pemain Brasil, Thiago Silva.
Marquinhos hingga saat ini telah mewakili klub Paris sebanyak 179 kali dan Tim Nasional Brasil sebanyak 47 kali.
Marquinhos musim panas lalu memainkan setiap pertandingan sepanjang Copa America dan membantu Brasil merebut gelar tersebut untuk pertama kalinya sejak tahun 2007.
6. Walace
Lahir di kota Salvador, Walace, sebelum Olimpiade telah mewakili Brasil selama Copa America 2016, bermain sekali dalam pembantaian kala menghadapi Haiti 7-1.
Keberuntungan berada di pihak Walace selama Olimpiade karena Shakhtar Donetsk menolak untuk membiarkan Fred pergi ke turnamen sehingga Walace akhirnya pergi menggantikan peran pemain yang kini bermain untuk Manchester United itu.
Di Olimpiade, Walace memainkan lima pertandingan dan setelah turnamen selesai ia bermain untuk Gremio dengan 77 kali penampilan.
Pada 2017 ia membantu klub Porto Alegre mengangkat Copa Do Brasil sebelum akhirnya pindah ke Eropa untuk bergabung dengan klub Jerman, Hamburger SV sekaligus bekerjasama dengan sesama mantan rekannya di Olimpiade 2016, Douglas Santos.
18 bulan kemudian Hamburg terdegradasi dengan Walace tampil sebanyak 18 kali sepanjang musim panas.
Terlepas dari masa-masa sulit di level klub, ia masih dipercaya oleh Tite untuk bermain di level senior.
Setelah degradasi, Walace menghentikan karirnya di Hamburg dengan pindah ke sesama klub Jerman Hannover 96 di mana ia hanya menghabiskan satu musim sebelum akhirnya kembali terdegradasi.
Kini ia bermain bersama klub Liga Italia, Udinese dan berharap tidak lagi terdegradasi untuk ketiga kalinya secara beruntun.
7. Renato Augusto
Berkat performa apiknya sebagai pemain terbaik Liga Brasil tahun 2015, akhirnya membawa Renato Augusto ke Olimpiade sebagai salah satu pemain berusia di atas 23 tahun dan sudah memiliki pengalaman internasional.
Dia bermain di seluruh pertandingan Brasil di Olimpiade dan bahkan ia menjadi eksekutor tendangan penalti pertama di final melawan Jerman, memberikan motivasi di awal atas keberhasilannya mengkonversi penalti menjadi gol.
Setelah Olimpiade, Augusto berhasil mengokohkan tempatnya di timnas senior Brasil dan sukses melakukan pekerjaannya dengan baik, bahkan menjadi kapten dalam kemenangan 5-0 melawan Bolivia di Kualifikasi Piala Dunia.
Di Piala Dunia 2018, dia tampil 3 kali sebagai pemain pengganti dan berhasil mencetak gol di Piala Dunia, sayangnya, Brasil harus mengakui keunggulan Belgia di babak perempatfinal.
Secara total, Augusto telah mencatatkan 32 caps untuk negaranya dengan mencetak 6 gol. Sebelum Olimpiade, Augusto pindah ke Beijing Guoan di mana dia masih terus bermain hingga saat ini.
Sejauh ini Renato bermain 129 kali untuk klub China itu dengan mencetak 36 gol di semua kompetisi. Pada 2018 ia meraih trofi pertamanya di klub dengan membantu Beijing Guoan merebut Piala China untuk keempat kalinya.
8. Luan
Luan adalah salah satu pemain terpenting Brasil di Rio 2016, mencetak tiga gol dan mengambil penalti keempat dalam adu tendangan penalti di final.
Pemain berusia 27 tahun itu memilih membela klub di Brasil sejauh ini dan setelah mencetak 75 gol dalam 286 penampilan untuk Gremio, bergabung dengan Corinthians pada 2019.
9. Neymar
Neymar adalah kapten dan ikon timnas Brasil selama Olimpiade 2016 berbekal reputasinya yang telah bermain untuk timnas senior Brasil di ajang Piala Dunia 2014, Piala Konfederasi 2013, dan Olimpiade 2012 di London.
Di Olimpiade London, Neymar dan Brasil mengalami kekalahan mengejutkan dari Meksiko di partai puncak.
Neymar absen dari skuad Copa America 2016 untuk berlaga di Olimpiade. Neymar, setelah mengawali strart awal yang lambat, akhirnya mampu berbuat banyak selama babak sistem gugur turnamen dengan mencetak 4 gol dan memberikan 3 assist.
Lebih penting lagi, dia mencetak gol pembuka laga final dan gol penalti kemenangan.
Setelah turnamen itu selesai, Neymar membantu Barcelona mengangkat trofi Copa del Rey pada tahun 2017, namun gagal juara La Liga Spanyol dan Liga Champions.
Secara individu pada tahun 2017, Neymar dianugerahi Samba Gold untuk kedua kalinya, ini diberikan kepada pemain Brasil dengan kinerja terbaik di Eropa.
Pada tahun yang sama, Neymar mengejutkan semua orang, memutuskan untuk bergabung dengan PSG dengan biaya rekor transfer dunia dengan 220 juta pounds.
Waktunya di klub Paris telah menjadi campuran antara pasang surut terutama karena cedera yang membuatnya absen dalam laga-laga penting PSG
Bersama PSG, Neymar telah memenangkan total tujuh trofi termasuk tiga gelar liga berturut-turut dan rekor mencetak golnya yang fenomenal dengan mencetak 69 gol hanya dalam 80 pertandingan.
10. Gabriel Jesus
Sebelum Olimpiade, diumumkan bahwa Gabriel Jesus akan bergabung dengan klub Inggris Manchester City pada Januari dengan nilai transfer 27 juta pounds.
Setelah Olimpiade, Jesus bergabung dengan tim Senior Brasil di mana dia merupakan bagian dari skuad pemenang Copa America 2019.
Selama turnamen Copa America, dia mencetak dua gol, termasuk di final melawan Peru.
Di level klub ia membantu Palmeiras merengkuh gelar juara Liga Brasil tahun 2016 sekaligus mendapatkan gelar individu sebagai Campeonato Brasileiro Série A Best Player di 2016 sebelum akhirnya pergi ke Inggris.
Di Liga Premier musim 2016/2017, Jesus tidak membuang waktu untuk beradaptasi, karena ia langsung tampil mengesankan dengan mencetak 7 gol hanya dalam 11 pertandingan pertamanya.
Musim 2017/2018 adalah musim penuh pertamanya di sepak bola Inggris dan dia adalah bagian dari tim Manchester City yang memenangkan gelar dengan rekor total poin 100.
11. Gabriel Barbosa
Terakhir dan tidak kalah pentingnya adalah Gabriel “Gabigol” Barbosa. Gabigol adalah julukan yang diberikan kepadanya karena kemampuannya dalam mencetak gol di level junior.
Bermain melebar selama Olimpiade, Gabigol memainkan seluruh pertandingan yang dijalani Brasil dengan mencetak dua gol sepanjang turnamen (keduanya melawan Denmark).
Segera setelah turnamen, Gabigol bergabung dengan Inter Milian dan kedatangannya yang terlambat membuatnya absen di pramusim yang menjadi awal petaka karirnya bersama Nerazzurri, alhasil ia hanya bermain total dalam 10 pertandingan dengan hanya mencetak 1 gol.
Ini membuatnya dipinjamkan ke Benfica di mana dia sekali lagi berjuang untuk beradaptasi dengan lingkungannya dan pada Januari 2018 dia kembali bermain di Brasil untuk bergabung dengan Santos.
Itu adalah langkah yang membangun karirnya kembali dengan catatan 53 penampilan sepanjang musim dengan mencetak 27 gol. 18 dari 27 golnya datang di liga, dan dia dianugerahi sebagai pencetak gol terbanyak di Liga Brasil.
Ternyata catatannya di tahun 2019 jauh lebih mentereng daripada 2018 dimana ia mampu berperan penting dalam kesuksesan Flamengo meraih tiga trofi sekaligus dalam semusim, yakni kejuaraan negara, Serie-A Brasil, dan Copa Libertadores.
Pada 2019 dalam 59 pertandingan ia mencetak total 43 gol, sekali lagi mempertahankan trofi pencetak gol terbanyak di Brasil dan di Copa Libertadores.
Dia juga mengumpulkan beberapa penghargaan individu termasuk Pemain Terbaik Amerika Selatan Tahun ini sehingga sejak tahun 2020 ini ia telah dikontrak secara permanen oleh Flamengo.