"Dia pemain yang bertalenta. Dia sangat cepat, kuat, dan memiliki fisik prima," kata Capello ketika itu. Anaknya meneruskan kariernya.
Ketika Serie A berstatus kompetisi sepakbola yang digemari para penghuni bumi, Gianluigi Lentini sempat menjadi pemain termahal di dunia. Sayang, sebuah kecelakaan lalu-lintas mengubah nasib mantan pemain AC Milan tersebut.
Sebelum bergabung dengan I Rossoneri dengan transfer 18,5 miliar lira atau setara 13 juta pounds pada 1992, Lentini adalah bagian penting dalam perjalanan Torino. Melihat prospek bagus Lentini, tim asal Kota Mode yang saat itu sedang berada dalam era kejayaan memutuskan merogoh kocek dalam-dalam memecahkan rekor transfer dunia.
Milan jatuh cinta karena, saat bersama Torino, Lentini berhasil promosi ke Serie A. Pemain sayap kelahiran Carmagnola itu juga sukses membawa Il Toro menembus final Piala UEFA dan duduk di peringkat 3 Serie A 1991/1992.
Bermain sebagai sayap kiri, Lentini mendapatkan didikan langsung dari Fabio Capello. Hasilnya, dia ikut memenangi gelar Serie A 1992/1993, 1993/1994, 1995/1996, serta Supercoppa Italiana 1992, 1993, 1994. Dia juga membantu Milan berjaya di level internasional dengan menggondol trofi Liga Champions 1993/1994.
"Dia pemain yang bertalenta. Dia sangat cepat, kuat, dan memiliki fisik prima. Dia pemain yang sangat bagus," kata Capello ketika itu, dilansir World Soccer.
Sayang, semua kehebatan Lentini berubah pada 3 Agustus 1993. Hari itu, Lentini sedang berada di sebuah tempat bernama Villafranca d'Asti. Lokasinya 160 km timur Milan dan 30 km tenggara Turin. Saat itu, Lentini baru saja mengganti ban mobilnya, Porsche 911. Dia tidak menyadari bahwa mobil sport Jerman berperforma tinggi itu tidak boleh melaju di atas 70 km/jam dengan ban baru.
Saat hari kejadian, Lentini justru memacu kendaraannya 200 km/jam di jalanan yang memiliki aspal mulus dan sepi. Akibatnya sangat fatal. Ban mobil Lentini selip. Mobil mewahnya menabrak pembatas jalan, masuk ke parit, terpental, terbalik, dan terbakar. Mirip adegan dalam film Hollywood yang menjadi kegemarannya.
Beruntung, Lentini masih hidup. Dia diselamatkan oleh seorang pengemudi truk yang kebetulan melintas di tempat itu. Sopir itu langsung membawa Lentini ke rumah sakit lokal di Villafranca d'Asti, Cardinal Massaia Hospital, sebelum dibawa ke Turin mengunakan ambulans.
Dokter menemukan fakta bahwa tulang tengkorak Lentini retak. Begitu pula kulit di mata kirinya yang sobek. Pesepakbola kelahiran 27 Maret 1969 tersebut dikirim ke rumah sakit dalam kondisi kritis. Dia koma beberapa hari.
"Perlahan-lahan dia terbangun dan mulai mengenali ayahnya serta beberapa teman yang mengunjunginya. Seharusnya tidak ada yang menghalangi dia untuk kembali ke sepak bola. Tapi, tolong jangan tanya saya kapan," kata Carmelo del Giudice, direktur medis di rumah sakit di Turin tempat pemain internasional Italia tersebut dirawat, dikutip The Independent.
Ucapan simpati mengalir deras dari para punggawa Milan dan komunitas sepakbola Italia. "Kami bersama Lentini. Saya berharap dia kuat menghadapi semua ini. Saya yakin dia akan pulih secepatnya dan bermain sepakbola lagi," ujar Silvio Berlusconi waktu itu.
Kecelakaan memang tidak membuat Lentini pensiun. Tapi, kemampuannya di lapangan hijau menurun drastis. Penglihatan dan sarafnya agak sedikit terganggu dan dia tidak mampu lagi mengeluarkan dribel-dribel magis yang biasa dilakukan sebelum cedera.
Lentini lalu menghabiskan kontraknya di Milan dengan menjadi pemain biasa-biasa saja, meski memenangkan beberapa trofi. Dia bermain untuk Atalanta Bergamo pada 1996/1997 sebelum kembali ke rumah lamanya di Torino. Lentini bermain hingga 2001 dan merumput 93 kali di Serie A.
Namun, Lentini tidak lagi bermain sebagus sebelum kecelakaan. Kemudian, dia kehilangan status sebagai pemain Serie A setelah membela Cosenza, Canelli, Saviglianese, dan Nicese. Lentini pensiun pada akhir musim 2011/2012 sebagai pemain Carmagnola.
Selain mewarisi kenangan sebagai mantan pesepakbola termahal dunia, Lentini juga memiliki putra yang beraksi di lapangan hijau. Nicholas Lentini adalah putra semata wayangnya hasil pernikahan dengan wanita Swedia, Alexandra Carlsson. Tapi, tidak seperti sang ayah, Lentini junior bermain sebagai kiper.
Lentini junior juga tidak sepopuler ayahnya. Meski dididik di Akademi Torino, dia hanya bermain di klub-klub level bawah di Italia. Sebut saja Carmagnola, Gozzano, Stresa, hingga Bellinzago.
Sebelum bergabung dengan I Rossoneri dengan transfer 18,5 miliar lira atau setara 13 juta pounds pada 1992, Lentini adalah bagian penting dalam perjalanan Torino. Melihat prospek bagus Lentini, tim asal Kota Mode yang saat itu sedang berada dalam era kejayaan memutuskan merogoh kocek dalam-dalam memecahkan rekor transfer dunia.
BACA BIOGRAFI LAINNYA
5 Fakta Bintang Lini Depan Everton Dominic Calvert-Lewin, 8 Gol dalam 5 Laga
5 Fakta Bintang Lini Depan Everton Dominic Calvert-Lewin, 8 Gol dalam 5 Laga
Sayang, semua kehebatan Lentini berubah pada 3 Agustus 1993. Hari itu, Lentini sedang berada di sebuah tempat bernama Villafranca d'Asti. Lokasinya 160 km timur Milan dan 30 km tenggara Turin. Saat itu, Lentini baru saja mengganti ban mobilnya, Porsche 911. Dia tidak menyadari bahwa mobil sport Jerman berperforma tinggi itu tidak boleh melaju di atas 70 km/jam dengan ban baru.
BACA FEATURE LAINNYA
6 Pemain Yang Kariernya Menurun Setelah Bergabung dengan Real Madrid
6 Pemain Yang Kariernya Menurun Setelah Bergabung dengan Real Madrid
Dokter menemukan fakta bahwa tulang tengkorak Lentini retak. Begitu pula kulit di mata kirinya yang sobek. Pesepakbola kelahiran 27 Maret 1969 tersebut dikirim ke rumah sakit dalam kondisi kritis. Dia koma beberapa hari.
Ucapan simpati mengalir deras dari para punggawa Milan dan komunitas sepakbola Italia. "Kami bersama Lentini. Saya berharap dia kuat menghadapi semua ini. Saya yakin dia akan pulih secepatnya dan bermain sepakbola lagi," ujar Silvio Berlusconi waktu itu.
Kecelakaan memang tidak membuat Lentini pensiun. Tapi, kemampuannya di lapangan hijau menurun drastis. Penglihatan dan sarafnya agak sedikit terganggu dan dia tidak mampu lagi mengeluarkan dribel-dribel magis yang biasa dilakukan sebelum cedera.
Lentini lalu menghabiskan kontraknya di Milan dengan menjadi pemain biasa-biasa saja, meski memenangkan beberapa trofi. Dia bermain untuk Atalanta Bergamo pada 1996/1997 sebelum kembali ke rumah lamanya di Torino. Lentini bermain hingga 2001 dan merumput 93 kali di Serie A.
Namun, Lentini tidak lagi bermain sebagus sebelum kecelakaan. Kemudian, dia kehilangan status sebagai pemain Serie A setelah membela Cosenza, Canelli, Saviglianese, dan Nicese. Lentini pensiun pada akhir musim 2011/2012 sebagai pemain Carmagnola.
Selain mewarisi kenangan sebagai mantan pesepakbola termahal dunia, Lentini juga memiliki putra yang beraksi di lapangan hijau. Nicholas Lentini adalah putra semata wayangnya hasil pernikahan dengan wanita Swedia, Alexandra Carlsson. Tapi, tidak seperti sang ayah, Lentini junior bermain sebagai kiper.
Lentini junior juga tidak sepopuler ayahnya. Meski dididik di Akademi Torino, dia hanya bermain di klub-klub level bawah di Italia. Sebut saja Carmagnola, Gozzano, Stresa, hingga Bellinzago.