Mungkin mereka tak dianggap sebagai yang terbaik, tapi jasanya untuk tim yang mereka bela pada masanya tetap harus dikenang dan dihormati.
Liga Premier bisa seperti sekarang juga tak lepas dari peranan pemain-pemain berkelas yang pernah merumput di sana. Dimulai dari Cristiano Ronaldo, Thierry Henry hingga Luis Suarez. Kesemuanya menuliskan tinta emas di persepakbolaan Inggris, bahkan perdebatan tentang siapa pemain terbaik dalam sejarah Liga Premier masih terus berlangsung.
28 tahun sejak didirikan tahun 1992, banyak juga pemain hebat yang terlupakan namanya di Liga Premier, mungkin mereka tak dianggap sebagai yang terbaik, tapi jasanya untuk tim yang mereka bela pada masanya tetap harus dikenang dan dihormati. Berikut 10 pahlawan Liga Inggris yang terlupakan:
1. Mustapha Hadji
Dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Afrika pada tahun 1998 setelah penampilannya yang mengesankan untuk timnas Maroko di Piala Dunia di tahun yang sama, Mustapha Hadji melanjutkan perjalanannya ke Liga Premier setahun kemudian pada tahun 1999. Biasa ditempatkan sebagai gelandang atau pemain sayap yang sangat terampil serta rutin mencetak gol, Hadji justru lebih memilih bergabung dengan tim medioker.
Pria yang mengemas 63 caps bersama timnas Maroko itu menandatangani kontrak dengan Coventry City. Setibanya di Highfield Road, Hadji langsung menjadi pemain favorit selama disana-sampai para fans dari Coventry memakai fezzes pada pertandingan sebagai penghormatan untuk pria Maroko itu.
Di musim pertama, ia menjadi penggerak utama dalam serangan The Sky Blues, dan membuat timnya menjadi salah satu tim yang paling berbahaya dalam urusan menyerang. Dalam beberapa kesempatan, ia menjadi Man Of The Match, yakni ketika menumbangkan Newcastle United, Aston Villa dan Arsenal. Dia mengakhiri musim dengan enam gol atas namanya dalam 33 penampilan.
Meski begitu, Hadji tetap tidak mampu menyelamatkan Coventry dari jurang degradasi, di akhir musim, ia pindah ke Aston Villa. Hadji menghabiskan tiga musim lagi di Liga Premier di Villa Park, tapi kurang mendapatkan jam terbang yang layak. Hadji kemudian pindah ke Espanyol pada tahun 2003 dan mengakhiri karir Liga Premiernya dengan 97 penampilan dan 14 gol.
2. Bryan Roy
Di tahun 1990-an, semua orang pasti lebih ingat akan sosok seperti Eric Cantona dan Jurgen Klinsmann, tetapi orang lupa bahwa ada satu nama yang tak bisa dilupakan begitu saja, yakni Bryan Roy.
Pemain asal Belanda yang bisa bermain sebagai sayap ataupun penyerang, Roy tampil di Piala Dunia 1994 bersama The Oranje dan mencetak satu gol. Setelah turnamen, ia membuat langkah yang agak mengejutkan pada saat itu, beralih dari klub Serie A Foggia sebelum ke Nottingham Forest yang pada waktu itu baru saja promosi.
Penandatanganan mantan pemain Ajax itu berdampak terhadap performa Forest. Roy membentuk kemitraan dengan striker Stan Collymore, dan bersama dengan pemain-pemain lain seperti Steve Stone dan Ian Woan, tim Frank Clark berubah menjadi kuda hitam yang paling berbahaya di Liga Premier.
Roy mengakhiri musim pertamanya di sana dengan 13 gol dalam 37 penampilan dan sukses membawa Forest finis di posisi ketiga. Collymore kemudian pergi ke Liverpool pada musim panas 1995, tetapi Roy tetap tinggal di City Ground. Dia terus mencetak gol di Liga Premier, dan membantu The Forest ke perempat final Piala UEFA musim 1995/96.
Karier pria Belanda di Inggris berakhir pada tahun 1997 ketika ia pindah ke Hertha Berlin, dan dia mengakhiri waktunya di tanah Ratu Elizabeth dengan 24 gol dalam 84 pertandingan Liga Premier.
3. Dean Ashton
Ketika membahas siapa penyerang terbaik Inggris di era 2000-an, orang pasti akan ingat dengan nama seperti Wayne Rooney, Darren Bent, Jermain Defoe ataupun Peter Crouch yang pada waktu itu memang dalam peforma terbaiknya. Jika bukan karena masalah cedera, maka nama Dean Ashton bisa saja berada dalam posisi sejajar dengan nama-nama sebelumnya.
Menembus tim utama Crewe Alexandar di awal tahun 2000-an, Ashton sukses mencetak 74 gol dalam 177 penampilan sebelum berangkat ke klub Liga Premier bersama Norwich City pada pertengahan musim 2004/05. Ashton langsung menjadi bintang baru di Carrow Road, mencetak gol pada debutnya melawan Middlesbrough dan diikuti dengan gol klasiknya melawan Manchester City. Meski bisa mencetak tujuh gol dalam 16 pertandingan, Ashton tidak mampu menyelamatkan Norwich dari degradasi.
Ia kemudian hengkang ke West Ham pada Januari 2006 dengan mahar 7 juta Poundsterling. Ashton sukses mencetak enam gol dalam 16 pertandingan selama setengah musim pertamanya bersama The Hammers, membantu mereka ke final Piala FA 2006 - di mana dia juga mencetak gol saat kalah dari Liverpool. Kariernya terus melejit hingga mendapat panggilan untuk membela timnas Inggris. Sayangnya, cedera pergelangan kaki yang dideritanya saat bertugas internasional membuatnya absen sepanjang musim 2006/07.
Ashton kembali pada musim 2007/08 dan mencetak 10 gol di Liga Premier, tetapi cedera pergelangan kakinya kambuh lagi di awal musim 200/-09 dan ia hanya mampu tampil dalam empat pertandngan. Akhirnya ia terpaksa pensiun dini karna cedera yang ia derita, yakni pada usia 26 tahun.
4. Michu
Sosok yang diidolakan oleh Erling Haaland ini adalah pemain yang kariernya cepat berkembang di Liga Premier. Pemain asal Spanyol itu bergabung dengan tim asal Wales, Swansea City dari Rayo Vallecano pada musim panas 2012 dengan bayaran yang tidak seberapa, yakni 2 juta Euro. Ia mencetak 15 gol di La Liga pada musim 2011/12, tetapi tak ada yang menyangka bahwa ia akan menjadi pemain penting The Swans di musim berikutnya.
Setelah mencetak gol pertama Liga Premier musim 2012/13, ia terus mencetak gol secara rutin. Di akhir musim, Michu sukses mengemas 18 gol - di belakang Robin van Persie, Luis Suarez, Gareth Bale dan Christian Benteke dalam daftar top skor Liga Premier. Ia juga membantu Swans memenangkan Piala EFL, mencetak gol di semifinal dan final.
Tidak mengherankan, bila Michu dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Swansea. Dan pada musim panas 2013, tim asal Wales berusaha mati-matian unutk menahan Michu hengkang ke Tottenham Hotspur ataupun Liverpool.
Dalam beberapa Laporan, kedua tim elit Inggris itu menawari Michu dengan harga 35 juta Poundsterling.
Namun penampilan impresif Michu hanya bertahan satu musim setelah di musim-musim berikutnya mengalami penurunan peforma, dan pada musim 2014/15, ia dipinjamkan ke Napoli dengan harapan peformanya bisa kembali, tapi keadaan tetap sama. Ia kemudian dikembalikan lagi ke Swansea dan segera dibebaskan oleh Manajemen. Sudah hampir 8 tahun berlalu, nama Michu mungkin sudah dilupakan, tapi untuk satu musim yang luar biasa, ia akan selalu dikenang sebagai pahlawan di South Wales.
5. Rob Lee
Rob Lee, pemain Inggris yang mengemas 280 penampilan di Liga Premier serta mencetak 34 gol adalah pemain yang berjasa untuk Newcastle United dan Derby Country di era 1990-an hingga awal 2000-an.
Lee bergabung dengan Newcastle ketika The Magpies masih di Divisi Pertama pada musim 1992/93, dan raihan 10 golnya membantu tim untuk promosi ke Liga Premier. Debut pertamanya di Liga Premier berhasil ia persembahkan dengan 7 gol dan suskes membawa The Magpies finis di posisi ketiga.
Meskipun mencetak 14 gol di semua kompetisi pada 1994/95, musim 1995/96 adalah puncak dari peforma Lee di St. James Park, dimana ia berhasil memenangkan penghargaan Player of the Month di bulan November 1995. Penampilan impresifnya bersama Newcastle membuat ia mendapat panggilan ke timnas Inggris. Lee pensiun pada usia 40 tahun setelah bermain di League Two bersama Wycombe Wanderers.
6. John Carew
Striker Norwegia, John Carew bermain untuk beberapa klub terbesar di Eropa selama karirnya, termasuk Valencia, Roma dan Lyon. Tapi di Aston Villa-lah ia membuat penampilan terbanyak - 131 penampilan dalam 5 musim.
Meskipun bukan pencetak gol yang produktif, waktunya bersama The Lions bisa dikatakan cukup membekas di memori para penggemar Aston Villa. Bergabung dengan Villa di pertengahan musim 2006/07, Carew berhasil mencetak tiga gol dalam 11 pertandingan Liga Premier di debutnya.
Secara keseluruhan, Carew berhasil mencetak 13 gol dalam 32 pertandingan, membuatnya sebagai pencetak gol terbanyak Aston Villa dan membantu mereka finis di urutan keenam.
Namun, pada musim 2010/11, cedera dan usia mulai mempengaruhi performanya. Carew hanya membuat 10 penampilan Liga Premier karena secara pribadi ia tak disukai oleh menajer baru saat itu, Gerard Houllier.
Disisa karirnya, Carew bermain untuk Stoke City dan West Ham, dimana ia berhasil memenangkan Kejuaraan EFL musim 2011/12 dan di bulan Oktober 2013 ia resmi pensiun dari lapangan hijau.
7.Patrik Berger
Pada pergelaran Euro 1996, timnas Republik Ceko dipenuhi dengan pemain berbakat, salah satunya adalah Patrik Berger.
Gelandang serang ini telah menghabiskan satu musim di Bundesliga bersama Borussia Dortmund, tetapi kepindahannya ke Liverpool benar-benar menaikkan namanya. Musim pertama Berger di Merseyside sangat fantastis, karena ia sangat cocok dengan budaya klub dan memberikan pengaruh langsung untuk permainan tim. Pemain internasional Ceko itu mencetak sembilan gol di semua kompetisi dan dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Liga Inggris Bulan September 1996.
Mengingat dia dikenang hari ini sebagai bagian dari tim 'Spice Boys', termasuk Robbie Fowler dan Steve McManaman, cukup mengejutkan bahwa Berger benar-benar bermain di Anfield hingga akhir musim 2002-03. Meskipun sering keluar masuk tim utama, Berger banyak memainkan pertandingan penting untuk The Reds - hampir 200 pertandingan - dan membantu The Reds meraih Piala FA dan Piala UEFA di tahun 2001.
Berger meninggalkan Anfield setelah musim 2002-03 karena dilanda cedera, dan hengkang ke Portsmouth sebelum bergabung dengan Aston Villa.
8. Olivier Dacourt
Penampilan Leeds United diakhir 1990-an hingga awal 2000-an banyak mengejutkan para pecinta sepak bola berkat performa yang mereka tunjukkan. Dipenuhi dengan talenta muda, tim asuhan David O'Leary berhasil mencapai semifinal Liga Champions 2000/01, dan itu tidak lepas dari peranan Jonathan Woodgate, Harry Kewell dan Alan Smith. Selain ketiga pemain itu, masih ada satu pemain lagi yang berperan penting yakni Olivier Dacourt.
Gelandang bertahan yang ulet dan tekun, Dacourt memulai kariernya di Inggris pada musim 1998/99 bersama Everton, dan semusim kemudian ia kembali lagi ke Prancis bersama Lens. Penampilannya di Ligue 1 dengan cepat meyakinkan manajemen Leeds untuk membawanya kembali ke Liga Premier, dan di musim panas tahun 2000, The Peacocks memecahkan rekor transfer dengan mengeluarkan biaya sebesar 7 juta Poundsterling untuk jasanya.
Dampaknya di Elland Road sangat terasa. Dacourt cocok dengan lini tengah Leeds, bermain bersama orang-orang seperti Lee Bowyer dan David Batty untuk memberi tim O'Leary keseimbangan di lapangan tengah. Dia membuat 48 penampilan di semua kompetisi - 33 di Liga Premier - dan fakta menarik bahwa ia adalah pemain yan paling banyak mendapatkan kartu kuning di tim.
Sejak O'Leary di pecat pada akhir musim 2001/02, peran Dacourt mulai berkurang, apa lagi ia tak begitu disukai oleh Terry Venables dan pada musim panas 2003, ia pindah ke AS Roma.
9. John Arne Riise
Salah satu pemain kunci Liverpool ketika memenangkan Liga Champions tahun 2005 selain Xbai Alonso dan Steven Gerrad adalah John Arne Riise.
Mampu bermain sebagai bek tengah, bek sayap kiri dan sayap kiri, Riise bergabung dengan Liverpool hanya dengan mahar 4 juta Poundsterling dari Monaco pada musim panas 2001. Dampaknya langsung terlihat saat ia bermain di pertandingan debutnya, ia mencetak tujuh gol - termasuk gol ke gawang Arsenal dan Manchester United.
Pemain asal Norwegia itu tetap hadir selama enam musim berikutnya di Anfield. Dia sangat dicintai oleh penggemar The Reds karena stamina dan akselerasinya yang luar biasa, jangan lupa juga dengan tendangan free kick-nya.
Meskipun menjadi anggota tim Benitez yang dapat diandalkan - ia menjadi starter di final Liga Champions 2005 dan final Piala FA 2006 - pada musim 2007/08, posisi Riise di tim utama mulai terancam. Penandatanganan Fabio Aurelio membuat Riise lama kelamaan tergeser dari tim utama dan tidak heran bila ia lebih memilih hengkang ke AS Roma waktu itu.
Namun, Riise sempat kembali ke Liga Premier bersama Fulham pada 2011, dan menghabiskan tiga musim di Craven Cottage. Meskipun tidak sesukses di Liverpool, ia tetap menjadi pemain favorit para fans. Secara keseluruhan, Riise mengemas 321 penampilan dan mencetak 21 gol di Liga Premier, ia tetap menjadi salah satu bek terbaik di Liga Premier hingga sekarang.
10. Georgi Kinkladze
Berkat dana yang melimpah milik Grup Abu Dhabi, Manchester City sekarang menjadi salah satu klub sepak bola terkaya dan terkuat di dunia. The Citizens secara rutin menarik beberapa pemain terbaik dunia ke Etihad Stadium, seperti Aguero, Silva hingga De Bruyne.
Tetapi jika kita kembali ke belakang, hal-hal semacam itu tidak akan pernah kita lihat, apalagi di era tahun 1990-an. City berjuang untuk mendapatkan daya tarik sepanjang tahun pada awal Liga Premier, dan mengalami degradasi beberapa kali, yang paling memalukan adalah pada musim 1995/96. Tidak mengherankan, penggemar City hampir tidak melihat periode itu dengan rasa suka.
Meski begitu, ada satu nama yang paling menonjol, yakni Georgi Kinkladze. Seorang pemain asal Georgia, Kinkladze telah bermain di beberapa klub dari berbagai belahan dunia sebelum menandatangani kontrak di City dengan bayaran sekitar 2 juta Poundsterling pada musim panas 1995. Dan meskipun penampilan City buruk, permainan Kinkladze telah membuat fans The Cityzens jatuh hati.
Dengan penguasaan bola yang hampir tak tertandingi di Liga Premier saat itu, pemain asal Georgia itu mencetak salah satu gol paling spektakuler di era tersebut melawan Southampton.
Sayangnya, hanya satu musim yang dilihat penggemar Liga Premier dari Kinkladze. Terlepas dari upaya terbaiknya, City terdegradasi pada akhir musim. Dan alih-alih melompat ke tim Liga Premier lain, pemain Georgia itu tetap di Maine Road, di mana ia terus berperan secara aktif di sana. Setelah dicap sebagai pemain City terhebat sepanjang masa oleh gitaris Oasis - dan penggemar City, Noel Gallagher, Kinkladze hanya mencatatkan 37 pertandingan Liga Premier dan sekarang sebagian besar para pecinta sepak bola Inggris telah melupakan namanya, khususnya fans Manchester City.
28 tahun sejak didirikan tahun 1992, banyak juga pemain hebat yang terlupakan namanya di Liga Premier, mungkin mereka tak dianggap sebagai yang terbaik, tapi jasanya untuk tim yang mereka bela pada masanya tetap harus dikenang dan dihormati. Berikut 10 pahlawan Liga Inggris yang terlupakan:
BACA FEATURE LAINNYA
8 Anak Ajaib Portugal yang Masuk Putaran Final Golden Boy Award
8 Anak Ajaib Portugal yang Masuk Putaran Final Golden Boy Award
Di musim pertama, ia menjadi penggerak utama dalam serangan The Sky Blues, dan membuat timnya menjadi salah satu tim yang paling berbahaya dalam urusan menyerang. Dalam beberapa kesempatan, ia menjadi Man Of The Match, yakni ketika menumbangkan Newcastle United, Aston Villa dan Arsenal. Dia mengakhiri musim dengan enam gol atas namanya dalam 33 penampilan.
BACA FEATURE LAINNYA
3 Momen Langka Ketika Starting Line-up Belanda Tanpa Nama 'Van'
3 Momen Langka Ketika Starting Line-up Belanda Tanpa Nama 'Van'
2. Bryan Roy
Di tahun 1990-an, semua orang pasti lebih ingat akan sosok seperti Eric Cantona dan Jurgen Klinsmann, tetapi orang lupa bahwa ada satu nama yang tak bisa dilupakan begitu saja, yakni Bryan Roy.
Penandatanganan mantan pemain Ajax itu berdampak terhadap performa Forest. Roy membentuk kemitraan dengan striker Stan Collymore, dan bersama dengan pemain-pemain lain seperti Steve Stone dan Ian Woan, tim Frank Clark berubah menjadi kuda hitam yang paling berbahaya di Liga Premier.
Roy mengakhiri musim pertamanya di sana dengan 13 gol dalam 37 penampilan dan sukses membawa Forest finis di posisi ketiga. Collymore kemudian pergi ke Liverpool pada musim panas 1995, tetapi Roy tetap tinggal di City Ground. Dia terus mencetak gol di Liga Premier, dan membantu The Forest ke perempat final Piala UEFA musim 1995/96.
Karier pria Belanda di Inggris berakhir pada tahun 1997 ketika ia pindah ke Hertha Berlin, dan dia mengakhiri waktunya di tanah Ratu Elizabeth dengan 24 gol dalam 84 pertandingan Liga Premier.
3. Dean Ashton
Ketika membahas siapa penyerang terbaik Inggris di era 2000-an, orang pasti akan ingat dengan nama seperti Wayne Rooney, Darren Bent, Jermain Defoe ataupun Peter Crouch yang pada waktu itu memang dalam peforma terbaiknya. Jika bukan karena masalah cedera, maka nama Dean Ashton bisa saja berada dalam posisi sejajar dengan nama-nama sebelumnya.
Menembus tim utama Crewe Alexandar di awal tahun 2000-an, Ashton sukses mencetak 74 gol dalam 177 penampilan sebelum berangkat ke klub Liga Premier bersama Norwich City pada pertengahan musim 2004/05. Ashton langsung menjadi bintang baru di Carrow Road, mencetak gol pada debutnya melawan Middlesbrough dan diikuti dengan gol klasiknya melawan Manchester City. Meski bisa mencetak tujuh gol dalam 16 pertandingan, Ashton tidak mampu menyelamatkan Norwich dari degradasi.
Ia kemudian hengkang ke West Ham pada Januari 2006 dengan mahar 7 juta Poundsterling. Ashton sukses mencetak enam gol dalam 16 pertandingan selama setengah musim pertamanya bersama The Hammers, membantu mereka ke final Piala FA 2006 - di mana dia juga mencetak gol saat kalah dari Liverpool. Kariernya terus melejit hingga mendapat panggilan untuk membela timnas Inggris. Sayangnya, cedera pergelangan kaki yang dideritanya saat bertugas internasional membuatnya absen sepanjang musim 2006/07.
Ashton kembali pada musim 2007/08 dan mencetak 10 gol di Liga Premier, tetapi cedera pergelangan kakinya kambuh lagi di awal musim 200/-09 dan ia hanya mampu tampil dalam empat pertandngan. Akhirnya ia terpaksa pensiun dini karna cedera yang ia derita, yakni pada usia 26 tahun.
4. Michu
Sosok yang diidolakan oleh Erling Haaland ini adalah pemain yang kariernya cepat berkembang di Liga Premier. Pemain asal Spanyol itu bergabung dengan tim asal Wales, Swansea City dari Rayo Vallecano pada musim panas 2012 dengan bayaran yang tidak seberapa, yakni 2 juta Euro. Ia mencetak 15 gol di La Liga pada musim 2011/12, tetapi tak ada yang menyangka bahwa ia akan menjadi pemain penting The Swans di musim berikutnya.
Setelah mencetak gol pertama Liga Premier musim 2012/13, ia terus mencetak gol secara rutin. Di akhir musim, Michu sukses mengemas 18 gol - di belakang Robin van Persie, Luis Suarez, Gareth Bale dan Christian Benteke dalam daftar top skor Liga Premier. Ia juga membantu Swans memenangkan Piala EFL, mencetak gol di semifinal dan final.
Tidak mengherankan, bila Michu dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Swansea. Dan pada musim panas 2013, tim asal Wales berusaha mati-matian unutk menahan Michu hengkang ke Tottenham Hotspur ataupun Liverpool.
Dalam beberapa Laporan, kedua tim elit Inggris itu menawari Michu dengan harga 35 juta Poundsterling.
Namun penampilan impresif Michu hanya bertahan satu musim setelah di musim-musim berikutnya mengalami penurunan peforma, dan pada musim 2014/15, ia dipinjamkan ke Napoli dengan harapan peformanya bisa kembali, tapi keadaan tetap sama. Ia kemudian dikembalikan lagi ke Swansea dan segera dibebaskan oleh Manajemen. Sudah hampir 8 tahun berlalu, nama Michu mungkin sudah dilupakan, tapi untuk satu musim yang luar biasa, ia akan selalu dikenang sebagai pahlawan di South Wales.
5. Rob Lee
Rob Lee, pemain Inggris yang mengemas 280 penampilan di Liga Premier serta mencetak 34 gol adalah pemain yang berjasa untuk Newcastle United dan Derby Country di era 1990-an hingga awal 2000-an.
Lee bergabung dengan Newcastle ketika The Magpies masih di Divisi Pertama pada musim 1992/93, dan raihan 10 golnya membantu tim untuk promosi ke Liga Premier. Debut pertamanya di Liga Premier berhasil ia persembahkan dengan 7 gol dan suskes membawa The Magpies finis di posisi ketiga.
Meskipun mencetak 14 gol di semua kompetisi pada 1994/95, musim 1995/96 adalah puncak dari peforma Lee di St. James Park, dimana ia berhasil memenangkan penghargaan Player of the Month di bulan November 1995. Penampilan impresifnya bersama Newcastle membuat ia mendapat panggilan ke timnas Inggris. Lee pensiun pada usia 40 tahun setelah bermain di League Two bersama Wycombe Wanderers.
6. John Carew
Striker Norwegia, John Carew bermain untuk beberapa klub terbesar di Eropa selama karirnya, termasuk Valencia, Roma dan Lyon. Tapi di Aston Villa-lah ia membuat penampilan terbanyak - 131 penampilan dalam 5 musim.
Meskipun bukan pencetak gol yang produktif, waktunya bersama The Lions bisa dikatakan cukup membekas di memori para penggemar Aston Villa. Bergabung dengan Villa di pertengahan musim 2006/07, Carew berhasil mencetak tiga gol dalam 11 pertandingan Liga Premier di debutnya.
Secara keseluruhan, Carew berhasil mencetak 13 gol dalam 32 pertandingan, membuatnya sebagai pencetak gol terbanyak Aston Villa dan membantu mereka finis di urutan keenam.
Namun, pada musim 2010/11, cedera dan usia mulai mempengaruhi performanya. Carew hanya membuat 10 penampilan Liga Premier karena secara pribadi ia tak disukai oleh menajer baru saat itu, Gerard Houllier.
Disisa karirnya, Carew bermain untuk Stoke City dan West Ham, dimana ia berhasil memenangkan Kejuaraan EFL musim 2011/12 dan di bulan Oktober 2013 ia resmi pensiun dari lapangan hijau.
7.Patrik Berger
Pada pergelaran Euro 1996, timnas Republik Ceko dipenuhi dengan pemain berbakat, salah satunya adalah Patrik Berger.
Gelandang serang ini telah menghabiskan satu musim di Bundesliga bersama Borussia Dortmund, tetapi kepindahannya ke Liverpool benar-benar menaikkan namanya. Musim pertama Berger di Merseyside sangat fantastis, karena ia sangat cocok dengan budaya klub dan memberikan pengaruh langsung untuk permainan tim. Pemain internasional Ceko itu mencetak sembilan gol di semua kompetisi dan dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Liga Inggris Bulan September 1996.
Mengingat dia dikenang hari ini sebagai bagian dari tim 'Spice Boys', termasuk Robbie Fowler dan Steve McManaman, cukup mengejutkan bahwa Berger benar-benar bermain di Anfield hingga akhir musim 2002-03. Meskipun sering keluar masuk tim utama, Berger banyak memainkan pertandingan penting untuk The Reds - hampir 200 pertandingan - dan membantu The Reds meraih Piala FA dan Piala UEFA di tahun 2001.
Berger meninggalkan Anfield setelah musim 2002-03 karena dilanda cedera, dan hengkang ke Portsmouth sebelum bergabung dengan Aston Villa.
8. Olivier Dacourt
Penampilan Leeds United diakhir 1990-an hingga awal 2000-an banyak mengejutkan para pecinta sepak bola berkat performa yang mereka tunjukkan. Dipenuhi dengan talenta muda, tim asuhan David O'Leary berhasil mencapai semifinal Liga Champions 2000/01, dan itu tidak lepas dari peranan Jonathan Woodgate, Harry Kewell dan Alan Smith. Selain ketiga pemain itu, masih ada satu pemain lagi yang berperan penting yakni Olivier Dacourt.
Gelandang bertahan yang ulet dan tekun, Dacourt memulai kariernya di Inggris pada musim 1998/99 bersama Everton, dan semusim kemudian ia kembali lagi ke Prancis bersama Lens. Penampilannya di Ligue 1 dengan cepat meyakinkan manajemen Leeds untuk membawanya kembali ke Liga Premier, dan di musim panas tahun 2000, The Peacocks memecahkan rekor transfer dengan mengeluarkan biaya sebesar 7 juta Poundsterling untuk jasanya.
Dampaknya di Elland Road sangat terasa. Dacourt cocok dengan lini tengah Leeds, bermain bersama orang-orang seperti Lee Bowyer dan David Batty untuk memberi tim O'Leary keseimbangan di lapangan tengah. Dia membuat 48 penampilan di semua kompetisi - 33 di Liga Premier - dan fakta menarik bahwa ia adalah pemain yan paling banyak mendapatkan kartu kuning di tim.
Sejak O'Leary di pecat pada akhir musim 2001/02, peran Dacourt mulai berkurang, apa lagi ia tak begitu disukai oleh Terry Venables dan pada musim panas 2003, ia pindah ke AS Roma.
9. John Arne Riise
Salah satu pemain kunci Liverpool ketika memenangkan Liga Champions tahun 2005 selain Xbai Alonso dan Steven Gerrad adalah John Arne Riise.
Mampu bermain sebagai bek tengah, bek sayap kiri dan sayap kiri, Riise bergabung dengan Liverpool hanya dengan mahar 4 juta Poundsterling dari Monaco pada musim panas 2001. Dampaknya langsung terlihat saat ia bermain di pertandingan debutnya, ia mencetak tujuh gol - termasuk gol ke gawang Arsenal dan Manchester United.
Pemain asal Norwegia itu tetap hadir selama enam musim berikutnya di Anfield. Dia sangat dicintai oleh penggemar The Reds karena stamina dan akselerasinya yang luar biasa, jangan lupa juga dengan tendangan free kick-nya.
Meskipun menjadi anggota tim Benitez yang dapat diandalkan - ia menjadi starter di final Liga Champions 2005 dan final Piala FA 2006 - pada musim 2007/08, posisi Riise di tim utama mulai terancam. Penandatanganan Fabio Aurelio membuat Riise lama kelamaan tergeser dari tim utama dan tidak heran bila ia lebih memilih hengkang ke AS Roma waktu itu.
Namun, Riise sempat kembali ke Liga Premier bersama Fulham pada 2011, dan menghabiskan tiga musim di Craven Cottage. Meskipun tidak sesukses di Liverpool, ia tetap menjadi pemain favorit para fans. Secara keseluruhan, Riise mengemas 321 penampilan dan mencetak 21 gol di Liga Premier, ia tetap menjadi salah satu bek terbaik di Liga Premier hingga sekarang.
10. Georgi Kinkladze
Berkat dana yang melimpah milik Grup Abu Dhabi, Manchester City sekarang menjadi salah satu klub sepak bola terkaya dan terkuat di dunia. The Citizens secara rutin menarik beberapa pemain terbaik dunia ke Etihad Stadium, seperti Aguero, Silva hingga De Bruyne.
Tetapi jika kita kembali ke belakang, hal-hal semacam itu tidak akan pernah kita lihat, apalagi di era tahun 1990-an. City berjuang untuk mendapatkan daya tarik sepanjang tahun pada awal Liga Premier, dan mengalami degradasi beberapa kali, yang paling memalukan adalah pada musim 1995/96. Tidak mengherankan, penggemar City hampir tidak melihat periode itu dengan rasa suka.
Meski begitu, ada satu nama yang paling menonjol, yakni Georgi Kinkladze. Seorang pemain asal Georgia, Kinkladze telah bermain di beberapa klub dari berbagai belahan dunia sebelum menandatangani kontrak di City dengan bayaran sekitar 2 juta Poundsterling pada musim panas 1995. Dan meskipun penampilan City buruk, permainan Kinkladze telah membuat fans The Cityzens jatuh hati.
Dengan penguasaan bola yang hampir tak tertandingi di Liga Premier saat itu, pemain asal Georgia itu mencetak salah satu gol paling spektakuler di era tersebut melawan Southampton.
Sayangnya, hanya satu musim yang dilihat penggemar Liga Premier dari Kinkladze. Terlepas dari upaya terbaiknya, City terdegradasi pada akhir musim. Dan alih-alih melompat ke tim Liga Premier lain, pemain Georgia itu tetap di Maine Road, di mana ia terus berperan secara aktif di sana. Setelah dicap sebagai pemain City terhebat sepanjang masa oleh gitaris Oasis - dan penggemar City, Noel Gallagher, Kinkladze hanya mencatatkan 37 pertandingan Liga Premier dan sekarang sebagian besar para pecinta sepak bola Inggris telah melupakan namanya, khususnya fans Manchester City.