Pernah dia izin ikut Karnaval Rio. Pelatih Johan Cruyff bilang kalau kamu mencetak gol, kamu boleh pergi. Dia bikin gol dan langsung ke bandara 20 menit setelah laga usai.
Sepanjang tahun 1990-an, Romario merupakan salah satu ikon sepakbola dunia. Striker timnas Brasil itu adalah sosok yang menarik baik di dalam maupun di luar lapangan. Sebagai pesepakbola, Romario adalah seorang maestro, ia diberkati dengan kecepatan dan insting mencetak gol yang tinggi.
Sepanjang karier sepakbolanya, FIFA secara resmi mencatat 929 gol yang disarangkan laki-laki kelahiran 29 Januari 1966 itu.
Ia lahir dan dibesarkan di salah satu daerah kumuh terbesar di Rio de Janeiro dan Romario kini menjalani hidup dengan sederhana, dan itu menjadikannya sosok yang menawan dan banyak menuai pujian di antara orang-orang Brasil.
Di luar lapangan hijau, hasrat Romario untuk mencetak gol hampir diimbangi dengan keinginannya untuk mencari waktu yang baik; entah itu berpesta di klub malam, menggoda wanita, atau sekedar melakukan hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan oleh seorang olahragawan profesional.
Romario adalah seorang ‘pejantan’ ia memiliki jiwa yang bebas. Salah satu cerita yang mashur terjadi ketika ia bermain untuk Barcelona, Romario pernah kedapatan meminta cuti 2 hari kepada Johan Cruyff agar dia bisa menghadiri Karnaval Rio de Janeiro.
Mendengar permintaan itu, Cruyff dengan bijak berkata, “Jika Anda mencetak gol besok, saya akan memberi Anda libur tambahan, lebih banyak dibandingkan dengan pemain lain.”
Keesokan harinya, Romario benar-benar mencetak gol. 20 menit setelah pertandingan selesai, ia memberi isyarat kepada pelatih untuk segera pergi.
“Dia mengatakan kepada saya: ‘Pelatih, pesawat saya akan berangkat dalam satu jam ini’. Saya tidak punya pilihan selain membiarkan Romário pergi, karena ia telah memenuhi syarat,” kata Johan Cruyff.
Romário digambarkan oleh Diego Maradona sebagai salah satu dari dua pemain terhebat yang pernah dia lihat, nama lain adalah Marco van Basten. Sementara itu Johan Cruyff memujinya dengan kalimat ringkas ‘jenius di area gawang’, sebuah pujian yang tinggi.
Atas semua puja puji itu, Romário sempat berseloroh bahwa “Hanya ada satu Pele, hanya ada satu Maradona, dan hanya akan ada satu Romário.”
Perjalanan Karier dan Gol demi Gol Romario
Pada tahun 1985, Romario memulai karir sepakbolanya di klub lokal Brazil, Vasco da Gama, saat itu ia masih remaja, tetapi lihatlah berapa jumlah gol yang ia torehkan untuk klub yang berjuluk Gigante da Colina? 80 gol dalam 141 pertandingan. Sebuah capaian yang tak bisa dikatakan biasa.
Bakatnya itu kemudian makin menjadi, ketika pada tahun 1988, Guus Hiddink memintanya bergabung dengan PSV Eindhoven. Keterampilan yang telah diasah Romario di jalanan favela makin dipoles dan disempurnakan di Belanda.
Selama berseragam PSV Eindhoven, Romario makin menggila, ia mencetak 165 gol dari 168 pertandingan, itu lebih dari cukup untuk membantu Rood-witten memenangkan 3 gelar Eredivisie dan 2 gelar Piala KNVB.
Kehebatan Romario itu telah membuat Barcelona kepincut, pada tahun 1993, ia bergabung dengan salah satu klub elit Eropa dan melengkapi apa yang disebut oleh Johan Cruyff sebagai ‘Tim Impian’, sebelumnya klub Catalunya itu sudah mengumpulkan bakat-bakat hebat lain seperti Michael Laudrup, Pep Guardiola dan Jose Mari Bakero, dan Hristo Stoichkov.
Duetnya bersama Hristo Stoichkov menjadi momok bagi tim-tim lawan, Romario mencetak 32 dari 47 pertandingan, ia ikut berperan besar dalam menghantarkan Barca meraih gelar La Liga 4 musim berturut-turut dan sukses mencapai final Piala Eropa.
Namun sayang, konflik dingin dengan Johan Cruyff membuat Romario memilih kembali ke Brasil lalu bermain untuk Flamengo. Dan ia belum habis, gol demi gol terus mengalir, selama 4 tahun memperkuat klub raksasa Brazil itu, Romario mencetak 184 gol hanya dalam 163 pertandingan.
Sebagian besar karier sepakbola Romario, ia habiskan dengan cara berpindah-pindah, selain memperkuat beberapa klub di liga Brasil dan Spanyol, ia juga sempat berlaga di Qatar, AS, dan Australia.
Tetapi untuk urusan negara, Romario adalah pemain yang paling loyal dan berdedikasi tinggi dalam melayani tanah airnya: Brasil.
Bersama tim Samba, ia menghabiskan 13 tahun dengan 70 caps dan mencetak 50 gol, dan itu menjadikannya sebagai pencetak gol terbanyak ketiga untuk timnas Brazil.
Capaian tertinggi Romario di panggung internasional adalah ikut mempersembahkan gelar Piala Dunia 1994. Sepanjang turnamen yang digelar di Amerika Serikat itu, Romario mencetak 5 gol dan dinobatkan sebagai pemain terbaik turnamen.
Romario dan Politik
Setelah gantung sepatu, Romario mencoba peruntungan di dunia politik, jelang Piala Dunia 2014, dimana Brasil jadi tuan rumah, Romario secara terbuka mengkritik pemerintah karena telah menggelontorkan dana yang menurut Romario kelewat banyak, dan pemerintah Brazil telah mengabaikan sektor kesehatan dan pendidikan publik.
“Ketakutan saya mengenai hajatan besar Piala Dunia ini hanya akan memperdalam masalah yang sudah negara ini tanggung,” kata Romario pada tahun 2013.
Tenyata Romario tak cuman dicintai rakyat Brazil ketika mengenakan Jersey sepakbola, di politik pun ternyata demikian, ia terpilih menjadi bagian dari Senat Brasil, mewakili daerahnya Rio de Janeiro.
Terpilihnya Romario sebagai Senator atau wakil rakyat di Brazil tak lain merupakan upaya agar ia tetap bisa berkontribusi bagi negaranya. Di wilayah pemilihannya, Romario mengantongi suara terbanyak, dan fokus utamanya ialah menangani korupsi.
Pada tahun 2018, ia sempat mencalonkan diri sebagai Walikota, sebelum akhirnya ia menarik diri dan menyatakan dukungan pada sosok lain. Dan kini Romario tercatat masih aktif di politik, ia menjabat deputi pengurus federal Partai Podemos. Partai yang berhaluan politik sentris.
Sepanjang karier sepakbolanya, FIFA secara resmi mencatat 929 gol yang disarangkan laki-laki kelahiran 29 Januari 1966 itu.
BACA FEATURE LAINNYA
Ini Alasan Mengapa Cristiano Ronaldo Tidak Bertato, Sungguh Mulia
Ini Alasan Mengapa Cristiano Ronaldo Tidak Bertato, Sungguh Mulia
Keesokan harinya, Romario benar-benar mencetak gol. 20 menit setelah pertandingan selesai, ia memberi isyarat kepada pelatih untuk segera pergi.
BACA FEATURE LAINNYA
10 Pengguna Nomor Punggung 7 Terbaik Sepanjang Masa
10 Pengguna Nomor Punggung 7 Terbaik Sepanjang Masa
Romário digambarkan oleh Diego Maradona sebagai salah satu dari dua pemain terhebat yang pernah dia lihat, nama lain adalah Marco van Basten. Sementara itu Johan Cruyff memujinya dengan kalimat ringkas ‘jenius di area gawang’, sebuah pujian yang tinggi.
Perjalanan Karier dan Gol demi Gol Romario
Pada tahun 1985, Romario memulai karir sepakbolanya di klub lokal Brazil, Vasco da Gama, saat itu ia masih remaja, tetapi lihatlah berapa jumlah gol yang ia torehkan untuk klub yang berjuluk Gigante da Colina? 80 gol dalam 141 pertandingan. Sebuah capaian yang tak bisa dikatakan biasa.
Selama berseragam PSV Eindhoven, Romario makin menggila, ia mencetak 165 gol dari 168 pertandingan, itu lebih dari cukup untuk membantu Rood-witten memenangkan 3 gelar Eredivisie dan 2 gelar Piala KNVB.
Kehebatan Romario itu telah membuat Barcelona kepincut, pada tahun 1993, ia bergabung dengan salah satu klub elit Eropa dan melengkapi apa yang disebut oleh Johan Cruyff sebagai ‘Tim Impian’, sebelumnya klub Catalunya itu sudah mengumpulkan bakat-bakat hebat lain seperti Michael Laudrup, Pep Guardiola dan Jose Mari Bakero, dan Hristo Stoichkov.
Duetnya bersama Hristo Stoichkov menjadi momok bagi tim-tim lawan, Romario mencetak 32 dari 47 pertandingan, ia ikut berperan besar dalam menghantarkan Barca meraih gelar La Liga 4 musim berturut-turut dan sukses mencapai final Piala Eropa.
Namun sayang, konflik dingin dengan Johan Cruyff membuat Romario memilih kembali ke Brasil lalu bermain untuk Flamengo. Dan ia belum habis, gol demi gol terus mengalir, selama 4 tahun memperkuat klub raksasa Brazil itu, Romario mencetak 184 gol hanya dalam 163 pertandingan.
Sebagian besar karier sepakbola Romario, ia habiskan dengan cara berpindah-pindah, selain memperkuat beberapa klub di liga Brasil dan Spanyol, ia juga sempat berlaga di Qatar, AS, dan Australia.
Tetapi untuk urusan negara, Romario adalah pemain yang paling loyal dan berdedikasi tinggi dalam melayani tanah airnya: Brasil.
Bersama tim Samba, ia menghabiskan 13 tahun dengan 70 caps dan mencetak 50 gol, dan itu menjadikannya sebagai pencetak gol terbanyak ketiga untuk timnas Brazil.
Capaian tertinggi Romario di panggung internasional adalah ikut mempersembahkan gelar Piala Dunia 1994. Sepanjang turnamen yang digelar di Amerika Serikat itu, Romario mencetak 5 gol dan dinobatkan sebagai pemain terbaik turnamen.
Romario dan Politik
Setelah gantung sepatu, Romario mencoba peruntungan di dunia politik, jelang Piala Dunia 2014, dimana Brasil jadi tuan rumah, Romario secara terbuka mengkritik pemerintah karena telah menggelontorkan dana yang menurut Romario kelewat banyak, dan pemerintah Brazil telah mengabaikan sektor kesehatan dan pendidikan publik.
“Ketakutan saya mengenai hajatan besar Piala Dunia ini hanya akan memperdalam masalah yang sudah negara ini tanggung,” kata Romario pada tahun 2013.
Tenyata Romario tak cuman dicintai rakyat Brazil ketika mengenakan Jersey sepakbola, di politik pun ternyata demikian, ia terpilih menjadi bagian dari Senat Brasil, mewakili daerahnya Rio de Janeiro.
Terpilihnya Romario sebagai Senator atau wakil rakyat di Brazil tak lain merupakan upaya agar ia tetap bisa berkontribusi bagi negaranya. Di wilayah pemilihannya, Romario mengantongi suara terbanyak, dan fokus utamanya ialah menangani korupsi.
Pada tahun 2018, ia sempat mencalonkan diri sebagai Walikota, sebelum akhirnya ia menarik diri dan menyatakan dukungan pada sosok lain. Dan kini Romario tercatat masih aktif di politik, ia menjabat deputi pengurus federal Partai Podemos. Partai yang berhaluan politik sentris.