Bersama Safee Sali, Rajagopal Krishnasamy pernah menjadi orang yang paling dimusuhi pendukung tim nasional Indonesia.
Bersama Safee Sali, Rajagopal Krishnasamy pernah menjadi orang yang paling dimusuhi pendukung tim nasional Indonesia. Penyebabnya, kekalahan menyakitkan pasukan Garuda dari Malaysia di final Piala AFF 2010. Di mana dia sekarang?
Memulai aktivitas sepakbola sebagai penyerang Selangor, Sabah, dan Malaysia pada 1970 hingga 1980-an, Rajagopal memulai karier kepelatihan bersama PKNS pada 1990. Selanjutnya, dia memperkuat Selangor dan Kelantan sebelum bergabung dengan Malaysia junior.
Rajagopal ditunjuk sebagai pelatih Malaysia U-20 pada 2004 dan bekerja hingga hingga 2006. Lalu, menukangi Malaysia U-19 atau Harimau Muda pada 2007-2009. Di Malaysia, Harimau Muda ikut kompetisi domestik. Mereka tampil di Liga Premier Malaysia atau liga kasta kedua pada 2007 hingga 2015.
Di bawah asuhan Rajagopal, Harimau Muda menjuarai Liga Premier Malaysia 2009. Mereka mengalahkan Johor (sekarang JDT) dan Kuala Lumpur (sekarang KL City FC). Tapi, Harimau Muda tidak mendapatkan tiket promosi ke Liga Super Malaysia karena aturan tidak mengizinkan.
Kesuksesan bersama Harimau Muda membuat Rajgopal ditunjuk melatih Malaysia U-23 dan Malaysia senior pada 2009. Tugas pertama Rajagopal adalah SEA Games 2009 di Laos. Tergabung di Grup A, Malaysia memulai kampanye dengan menghajar Timor Leste 11-0. Mereka juga mengalahkan Thailand 2-1, meski menyerah 1-3 melawan Vietnam.
Di semifinal, Malayasia bertemu Laos. Setelah menang 3-1, mereka menentang Vietnam di laga puncak. Lewat taktik jitunya, Rajagopal membantu Malaysia meraih medali emas. Itu prestasi terbaik mereka di SEA Games setelah menanti 20 tahun. Media dan suporter langsung menjuluki Rajagopal sebagai "King Gopal".
Pujian didapatkan bukan karena medali emas saja. Rajagopal dianggap publik Negeri Jiran sebagai pelatih jempolan. Filosofinya untuk mengubah pendekatan taktis dari gaya bermain defensif menjadi ofensif dengan menjadikan Malaysia U-23 maupun Malaysia senior tim yang solid.
Di ear Rajagopal, Malaysia menunjukkan standar penguasaan bola yang tinggi, struktur pertahanan yang baik, dan penyelesaian klinis dalam perjalanan untuk merebut kemenangan-kemenangan bersejarah. Salah satunya bisa dilihat di Jakarta saat Piala AFF 2010 digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno.
Dengan skuad emas SEA Games, Rajagopal memimpin Malaysia di Piala AFF. Tergabung di Grup A bersama Indonesia, Thailand, dan Laos, Harimau Malaya sebenarnya tidak diunggulkan. Itu karena Indonesia punya pemain naturalisasi dalam diri Cristian Gonzales dan pesepakbola lulusan Belanda, Irfan Bachdim.
Anggapan itu hampir terbukti ketika Malaysia bertemu Indonesia pertandingan pertama. Mereka bermain sangat buruk sehingga kesulitan mengimbangi permainan cepat skuad besutan Alfred Riedl. Indonesia menang 5-1 melalui bunuh diri Asraruddin Putra Omar, Gonzales, Muhammad Ridwan, Arif Suyono, dan Bachdim.
Tapi, Malaysia bangkit dengan menahan imbang Thailand dan mengalahkan Laos. Dibantu kemenangan Indonesia atas Thailand, Malaysia akhirnya lolos ke semifinal. Keputusan Indonesia untuk menyingkirkan Thailand dan membiarkan Malaysia lolos pada akhirnya disesali para pemain seumur hidup.
Di babak 4 besar, Malaysia menunjukkan keperkasaannya dengan menghajar Vietnam. Puncaknya ketika menggulung Indonesia di final. Menang 3-0 di Kuala Lumpur dan kalah 1-2 di Jakarta. Kemenangan yang direspons negatif Indonesia. Lagu kebangsaan Malaysia disoraki dan para pemain harus meninggalkan stadion dengan menumpang panser.
Selama bertahun-tahun setelah pertandingan final, Rajagopal dijadikan bahan hinaan oleh suporter Indonesia di dunia maya lewat berbagai meme maupun karikatur melecehkan. Dia bertahan di timnas hingga 2013. Sempat menganggur, Rajagopal ditujuk melatih Sarawak dan PKNS.
Ditugaskan meloloskan Brunei Darussalam ke Piala AFF 2021
Selanjutnya, sejak 1 Desember 2020, Rajagopal dikontra Asosiasi Sepakbola Brunei Darussalam (BAFA) sebagai pelatih timnas. Tugas utamanya meloloskan tim senior ke putaran final Piala AFF 2020 yang ditunda menjadi 11 April-8 Mei 2021.
"Saya menantikan tantangannya. Ini pasti akan sulit. Tapi, bukan berarti tidak mungkin. Saya berharap saya bisa berada di Brunei lebih lama untuk mengamati para pemain dan menyusun rencana untuk tim," ujar pelatih kelahiran Kuala Lumpur, 10 Juli 1956, tersebut kepada The Star.
"Sebagai orang Malaysia, merupakan hak istimewa dan kehormatan besar untuk diberi kesempatan memimpin tim nasional asing dan saya ingin berterima kasih kepada Asosiasi Sepakbola Nasional Brunei Darussalam atas kepercayaan mereka pada saya. Saya harap saya bisa membawa kejayaan bagi sepak bola Brunei," tambah Rajagopal.
Tugas terakhir Rajagopal adalah di PKNS untuk Liga Super Malaysia 2019. Kontraknya tidak diperpanjang setelah nama timnya diganti menjadi Selangor II dan bermain di Liga Premier 2020 sebagai tim satelit.
"Saya siap untuk sepak bola setelah istirahat 1 tahun. Saya yakin Brunei memiliki pemain-pemain berbakat. Klub mereka (DPMM), adalah juara Liga Singapura 2019. Jadi, kami perlu melihat bagaimana kami bisa meningkatkan para pemain lebih jauh," tambah Rajagopal.
"Yang paling mereka butuhkan adalah bimbingan yang tepat dan pertandingan yang lebih kompetitif. Ini adalah beberapa hal yang sedang direncanakan menjelang kualifikasi Piala AFF," lanjut Rajagopal.
Bagaimana jika Brunei lolos ke fase grup dan bertemu Indonesia? Itu akan menjadi pertandingan nostalgia bagi Rajagopal dan pendukung Merah-Putih. Bukan tidak mungkin peruntungan Malaysia di Piala AFF 2010 akan menular ke Brunei di kompetisi antarnegara Asia Tenggara tersebut tahun ini.
Memulai aktivitas sepakbola sebagai penyerang Selangor, Sabah, dan Malaysia pada 1970 hingga 1980-an, Rajagopal memulai karier kepelatihan bersama PKNS pada 1990. Selanjutnya, dia memperkuat Selangor dan Kelantan sebelum bergabung dengan Malaysia junior.
BACA FEATURE LAINNYA
10 Tim dengan Trofi Domestik Terbanyak di Eropa, Real Madrid Cuma No 9
10 Tim dengan Trofi Domestik Terbanyak di Eropa, Real Madrid Cuma No 9
Pujian didapatkan bukan karena medali emas saja. Rajagopal dianggap publik Negeri Jiran sebagai pelatih jempolan. Filosofinya untuk mengubah pendekatan taktis dari gaya bermain defensif menjadi ofensif dengan menjadikan Malaysia U-23 maupun Malaysia senior tim yang solid.
BACA BIOGRAFI LAINNYA
George Graham, Pelatih Terakhir Bawa Arsenal Juara di Eropa, Kariernya Berakhir Tragis
George Graham, Pelatih Terakhir Bawa Arsenal Juara di Eropa, Kariernya Berakhir Tragis
Dengan skuad emas SEA Games, Rajagopal memimpin Malaysia di Piala AFF. Tergabung di Grup A bersama Indonesia, Thailand, dan Laos, Harimau Malaya sebenarnya tidak diunggulkan. Itu karena Indonesia punya pemain naturalisasi dalam diri Cristian Gonzales dan pesepakbola lulusan Belanda, Irfan Bachdim.
Tapi, Malaysia bangkit dengan menahan imbang Thailand dan mengalahkan Laos. Dibantu kemenangan Indonesia atas Thailand, Malaysia akhirnya lolos ke semifinal. Keputusan Indonesia untuk menyingkirkan Thailand dan membiarkan Malaysia lolos pada akhirnya disesali para pemain seumur hidup.
Selama bertahun-tahun setelah pertandingan final, Rajagopal dijadikan bahan hinaan oleh suporter Indonesia di dunia maya lewat berbagai meme maupun karikatur melecehkan. Dia bertahan di timnas hingga 2013. Sempat menganggur, Rajagopal ditujuk melatih Sarawak dan PKNS.
Ditugaskan meloloskan Brunei Darussalam ke Piala AFF 2021
Selanjutnya, sejak 1 Desember 2020, Rajagopal dikontra Asosiasi Sepakbola Brunei Darussalam (BAFA) sebagai pelatih timnas. Tugas utamanya meloloskan tim senior ke putaran final Piala AFF 2020 yang ditunda menjadi 11 April-8 Mei 2021.
"Saya menantikan tantangannya. Ini pasti akan sulit. Tapi, bukan berarti tidak mungkin. Saya berharap saya bisa berada di Brunei lebih lama untuk mengamati para pemain dan menyusun rencana untuk tim," ujar pelatih kelahiran Kuala Lumpur, 10 Juli 1956, tersebut kepada The Star.
"Sebagai orang Malaysia, merupakan hak istimewa dan kehormatan besar untuk diberi kesempatan memimpin tim nasional asing dan saya ingin berterima kasih kepada Asosiasi Sepakbola Nasional Brunei Darussalam atas kepercayaan mereka pada saya. Saya harap saya bisa membawa kejayaan bagi sepak bola Brunei," tambah Rajagopal.
Tugas terakhir Rajagopal adalah di PKNS untuk Liga Super Malaysia 2019. Kontraknya tidak diperpanjang setelah nama timnya diganti menjadi Selangor II dan bermain di Liga Premier 2020 sebagai tim satelit.
"Saya siap untuk sepak bola setelah istirahat 1 tahun. Saya yakin Brunei memiliki pemain-pemain berbakat. Klub mereka (DPMM), adalah juara Liga Singapura 2019. Jadi, kami perlu melihat bagaimana kami bisa meningkatkan para pemain lebih jauh," tambah Rajagopal.
"Yang paling mereka butuhkan adalah bimbingan yang tepat dan pertandingan yang lebih kompetitif. Ini adalah beberapa hal yang sedang direncanakan menjelang kualifikasi Piala AFF," lanjut Rajagopal.
Bagaimana jika Brunei lolos ke fase grup dan bertemu Indonesia? Itu akan menjadi pertandingan nostalgia bagi Rajagopal dan pendukung Merah-Putih. Bukan tidak mungkin peruntungan Malaysia di Piala AFF 2010 akan menular ke Brunei di kompetisi antarnegara Asia Tenggara tersebut tahun ini.