jleague.co
Libero.id - Diakui atau tidak, Indonesia mengenal sepakbola jauh lebih dulu dibanding Jepang. Sepakbola di Indonesia, lebih sepuh dibanding Jepang. Namun, sepakbola Jepang bisa bangkit di saat sepakbola Indonesia masih baru berniat bangkit.
Jepang mengenal sepakbola pasca Perang Dunia II, circa 1950. Sementara di tahun yang sama, di sudut-sudut kampung di Indonesia sudah ramai permainan tarkam. Maklum, Indonesia mengenal sepakbola jauh sebelum Jepang mengenalnya.
Bahkan, pada 1930, Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) sudah lahir di Jogjakarta. Kelahiran PSSI tentu dampak dari besarnya antusiasme masyarakat pada sepakbola.
Namun anehnya, meski lebih dahulu mengenal sepakbola, Jepang begitu progresif memajukan liga. Update terbaru dirilis FIFA pada 19 November 2021, Indonesia berada di posisi 166 sementara Jepang di posisi 26 klasemen FIFA.
Meski Jepang sudah berupaya mati-matian ikut berbagai turnamen internasional sejak 1960-an, sepakbolanya belum juga menemukan momentum kebangkitan. Baru, memasuki era 1990, Jepang melakukan revolusi pembenahan birokrasi sepak bola.
Jepang membangun rencana dan konsep secara teratur, bahkan rencana jangka panjang sejak hulu ke hilir. Sebuah konsep yang dikenal dengan 100 Year Vision itu, membuahkan hasil berupa kompetisi yang tertata secara professional dan rapi.
Dan pada 1991, kompetisi semi-profesional Japan Soccer League sempat dibubarkan dan diganti dengan J League yang menjadi liga sepak bola profesional Jepang hingga saat ini.
Dua tahun pasca merevolusi tata kelola liga, berujung pada prestasi tim nasional Negeri Sakura di pentas internasional. Jepang berhasil menjadi juara Piala Asia pada 1992 di mana saat itu mereka tampil sebagai tuan rumah.
Enam tahun setelah menjuarai Piala Asia, untuk kali pertama, Jepang toreh sejarah meloloskan diri ke Piala Dunia 1998 yang digelar di Perancis. Sejak 1998, Jepang selalu lolos ke Piala Dunia dengan pencapaian terbaik menembus babak 16 besar pada edisi 2002 (tuan rumah bersama Korea Selatan), 2010, dan teraktual 2018 silam.
Di level Asia, Jepang kembali jadi juara Piala Asia pada 2000, 2004, dan 2011. Dengan empat trofi, Jepang pun jadi negara dengan koleksi gelar Piala Asia terbanyak. Tentu saja, raihan itu tak mustahil didapat Indonesia, asal bisa disiplin menerapkan liga yang professional.
Di internal negara, Jepang tak hentinya membombardir sisi psikologis anak-anak remaja dengan berbagai macam giat motivasional. Satu diantaranya film. Ada banyak film anime Jepang tentang sepak bola. Paling terkenal tentu saja, The Kickers dan Captain Tsubasa.
Berkat film yang terkesan “mengada-ada” itu, diakui atau tidak, meningkatkan kecintaan remaja Jepang pada sepak bola. Bahkan, tak hanya meningkatkan antusiasme sepak bola di Jepang, tapi juga anak-anak Indonesia kala itu.
Anime Captain Tsubasa punya peran membangkitkan imajinasi anak-anak di Jepang pada masa itu, untuk berprestasi di dunia sepak bola. Ia punya peran mensuport sisi psikologis anak-anak remaja untuk berani tampil di dunia. Dan apa yang kini diraih Jepang, tentu berkah dari imajinasi itu.
Selain harus merevolusi tatanan kompetisi dan liga, Indonesia tampaknya butuh pelecut imajinasi generasi penerus. Sehingga kelak, ada kemungkinan sepak bola Indonesia bisa berjaya. Meski, hasilnya baru bisa dilihat puluhan atau ratusan tahun ke depan.
(wahyu rizkiawan/zq)
Profil Frank Wormuth, Pria Jerman yang Akan Bantu Bima Sakti di Piala Dunia U-17 2023
Semoga berhasil menjalankan tugas.Lawan Pemuncak Klasemen, Persik Kediri Malah Kehilangan 3 Pemain Andalan
Pertandingan yang diramal akan menarik.Bertandang ke Markas Sendiri, Begini Persiapan Bali United Hadapi Arema FC
Pertandingan yang cukup unik bagi Bali United.Beda dengan Piala Dunia Pria, FIFA Sebut Piala Dunia Wanita Justru Rugi
Piala Dunia Wanita 2023 akan kick-off dalam hitungan hari.Unik! 5 Pemain Timnas Indonesia Bakal Dilatih Park Hang-seo Jika Gabung Persib Bandung
Semuanya baru sebatas rumor. Bisa benar, bisa salah.
Opini