Diego Forlan
Libero.id - Normalnya, pemain hanya dikenang karena kesuksesaan bersama klub. Tapi, bagaimana jika dia biasa-biasa saja, tapi aksinya justru masih diingat suporter hingga hari ini? Pengalaman aneh itu dialami Diego Forlan bersama Manchester United.
Bagi fans Setan Merah, Forlan adalah penyerang yang selalu ada di hati. Namanya sejajar dengan Andy Cole, Dwight Yorke, Ole Gunnar Solskjaer, Teddy Sheringham, atau Wayne Rooney. Padahal, penyerang Uruguay tersebut hanya bermain empat musim dengan 98 pertandingan dan 17 gol.
Kontribusi Forlan untuk MU juga diakui Sir Alex Ferguson. Nakhoda legendaris itu bahkan menyebut Forlan sebagai "pemain tangguh yang hebat", meski Gary Neville dalam buku autobiografinya menyamakan Forlan dengan Kleberson, David Bellion, atau Liam Miller sebagai "pemain gagal".
Terlepas dari apakah dia dinilai atau tidak, Forlan tetap dihormati oleh orang-orang di Stretford End selama bertahun-tahun kemudian. Terbukti, lagu tentang Forlan masih dinyanyikan di sekitar Old Trafford, khususnya di hari pertandingan melawan Liverpool.
"Saya mendengar 3.000 penggemar di akhir pertandingan dengan keras dan jelas menyanyikan nama saya: 'Diego'. Mereka bernyanyi: 'Wooahh, Diego, wooaah. Dia datang dari Uruguay, dia membuat Scousers menangis'. Saya merasa tersanjung," kata Forlan pada 2016 dalam wawancara dengan The National.
Momen itu terjadi pada pertandingan melawan Liverpool. "Saya membiarkan diri saya sejenak untuk menikmati momen ini. Para penggemar ini bernyanyi dengan aksen Manchester mereka lebih keras dari apa pun yang bisa dilakukan oleh para penggemar Liverpool," tambah Forlan.
"Ketika mereka menyanyikan lagu indah itu dan mereka masih nyanyikan sampai hari ini, saya berpikir: 'Saya adalah pria yang beruntung'. Ini adalah jenis momen yang anda impikan sebagai anak laki-laki, jenis hal yang telah saya kerjakan dengan sangat keras," ungkap Forlan.
Kecintaan fans MU pada Forlan bukan karena jumlah gol yang banyak. Bukan pula assist segudang. Dia juga hanya menyumbang satu gelar Liga premier pada 2002/2003. Suporter Setan Merah menyukai Forlan karena sebuah momen, yaitu mencetak dua gol di Anfield.
Momen indah bersejarah itu tercipta pada 1 Desember 2002. Saat itu, Forlan mencetak dua gol untuk membawa MU menang di Anfield. Banyak pemain MU yang mencetak gol di Anfield. Banyak pula yang lebih bagus. Tapi, entah mengapa suporter menganggap dua gol Forlan benar-benar penting.
"Saat itu, saya berlari (merayakan gol) ke sektor (suporter) tandang (tempat fans MU berada) dan para penggemar menjadi gila. Wajah tampak seperti akan meledak. Rekan satu tim saya senang, untuk tim, dan untuk saya karena mereka tahu saya mengalami masa sulit. Petugas keamanan bergegas ke depan untuk mendorong kami menjauh dari para penggemar," kenang Forlan.
"Ryan Giggs, yang mengumpan untuk gol saya. Dia mengatakan kepada petugas dengan jaket oranye terang ke mana mereka harus pergi. Saya mengulangi apa yang dikatakan Giggs. Tidak ada yang menghentikan kami menikmati momen ini. Bukan siapa-siapa," beber Forlan.
"Saya ingin melompati pagar (pembatas) itu dan masuk (ke tribun) dengan para penggemar, yang tidak bertanggung jawab. Tapi, saya sangat senang dan adrenalin saya terpompa," tambah Forlan.
Diego Forlan brace vs. Liverpool at Anfield #mufc
— Harsha (@VintageMUFC) October 19, 2018
That second goal though ? pic.twitter.com/YdLLIPlqYM
Meski menjadi pahlawan di laga itu, karier Forlan di Old Trafford tidak mulus secara keseluruhan. Forland dibiarkan pergi ke Villarreal pada 2004 dengan kerugian hampir 5 juta pounds (Rp95 miliar). Tapi, dia bangkit di Spanyol untuk menunjukkan kelasnya sebagai pemain hebat.
Pemain Uruguay itu memenangkan trofi El Pichichi dan Sepatu Emas Eropa masing-masing dua kali sebelum mencapai puncaknya pada usia 31. Dia juga mencetak dua gol di final Liga Europa bersama Atletico Madrid sebelum memenangkan Bola Emas untuk pemain terbaik Piala Dunia 2010.
Jadi, pertanyaannya, apakah dia benar-benar gagal di MU? Lalu, mengapa dia tidak berhasil di Old Trafford? Teka-teki itu terjawab beberapa tahun kemudian ketika Ferguson pensiun.
Menurut Ferguson, Forlan "berlari melawan masalah singularitas Ruud van Nistelrooy". Itu karena dia bermain di era yang sama dengan penyerang Belanda tersebut. "Ruud ingin menjadi finisher nomor satu. Itu sifatnya. Forlan tidak terdaftar di radarnya sama sekali. Jadi, ketika anda menempatkan mereka berdua di lapangan, tidak ada chemistry," ungkap Ferguson.
"Diego lebih baik dengan pasangan. Tapi, dia mencetak beberapa gol yang tak ternilai harganya. Dia adalah pemain yang bagus dan profesional yang hebat," tambah nakhoda asal Skotlandia itu.
Setengah musim pertama Forlan di klub membuatnya tampil tujuh kali sebagai starter dan 11 penampilan sebagai pemain pengganti. Tapi, striker itu menyelesaikan kampanye tanpa gol, dengan MU tanpa trofi.
All the best in your retirement, @DiegoForlan7, and thanks for the memories! #MUFC pic.twitter.com/KHgBoplvu6
— Manchester United (@ManUtd) August 7, 2019
(atmaja wijaya/anda)
Kenalkan Kenzo Riedewald, Pemain Berdarah Suriname-Indonesia yang Siap Bela Timnas U-17
Bima Sakti berencana memasukan namanya ke timnas U-17.Profil Ellie Carpenter, Pemain yang Mampu Saingi Lemparan ke Dalam Pratama Arhan
Dia adalah pemain Timnas Wanita Australia...Profil Julian Schwarzer, Penjaga Gawang Filipina yang Kini Bermain Bersama Arema FC
Pernah bermain di Inggris bersama Fulham...Profil Amara Diouf, Pemain Muda Senegal yang Dianggap Sebagai The Next Sadio Mane
Pada Piala Dunia U-17 2023 Amara Diouf bisa jadi ancaman berbahaya...
Opini