Nurhidayat
Libero.id - Dengan bangga Nurhidayat berpose memamerkan jersey PSIM Yogyakarta dalam sebuah postingan di akun Instagram resminya. Dia meminta izin menjadi bagian dari salah satu klub paling bersejarah di Indonesia, yang akan tampil pada babak 8 besar Liga 2 2021/2022.
"Dengan keredahan dan ketulusan hati, saya memohon dukungan serta doa dari para pendukung, staf, pelatih, dan rekan-rekan setim. Aku Yakin Dengan Kamu #AYDK, kalimat yang betul-betul diteriakan pecinta #PSIM dari lubuk hati yang paling dalam. Kalimat itu sangat penuh makna. Bukan sekadar kata-kata atau teriakan semata," tulis Hidayat.
"Meski keberadaan pendukung belum sepenuhnya diizinkan untuk mendukung langsung #LaskarMataram tetapi Aku Yakin Dengan Kalian dalam situasi sesulit apapun spirit para pendukung PSIM di manapun berada akan tetap ada dan selalu punya tempat istimewa dalam hati dan pikiran para pemain yang berjuang di atas lapangan," tambah Nurhidayat.
"Perjuangan di depan tidaklah mudah tetapi dengan keyakinan, mari kita catatkan sejarah baru untuk klub yang berusia hampir satu abad ini, PSIM Yogyakarta. Saya sudah tidak sabar menunggu untuk mengenakan seragam kebesaran Biru Mataram di atas lapangan," beber Nurhidayat.
Keberadaan Nurhidayat di PSIM tentu saja membuat banyak orang kaget. Pasalnya, sebelum ini, mantan pemain Bhayangkara FC itu bermain untuk AHHA PS Pati. Klub milik Atta Halilintar itu gagal di babak penyisihan dengan menempati posisi kelima Grup C.
Namun, jika melihat aturan yang berlaku di kompetisi kasta kedua itu, kepindahan Nurhidayat tidak mengejutkan. Pasalnya, PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) selalu memiliki peraturan yang aneh, berbeda, dan antimainstream.
Normalnya, di sebuah liga, setiap klub yang memiliki dua kali jendela transfer. Terlepas dari format kompetisi, klub hanya diizinkan mendaftarkan pemain dua kali pada awal musim dan pertengahan musim, atau pada musim panas dan musim dingin (di Eropa). Itu juga berlaku di Liga 1.
Sebaliknya, di Liga 2, jendela transfer dibuka tiga kali, yaitu pada awal musim (Putaran 1), tengah musim (Putaran 2), dan babak 8 besar. Aneh? Tentu saja! Pemain yang sama bisa bermain di tiga klub berbeda dalam satu musim yang sama di kompetisi yang sama.
Dengan regulasi seperti ini, otomatis akan mematikan "pembinaan" dan menyuburkan "pembajakan". Klub akan lebih pragmatis dengan mengumpulkan pemain-pemain bintang dari beberapa tim yang sudah dipastikan gagal ke babak 8 besar.
Konsekuensinya, pemain-pemain muda atau anggota skuad lama yang berjuang sejak putaran pertama bisa saja didepak sewaktu-waktu demi selembar tiket promosi ke Liga 1. Penggantinya, pemain-pemain seperti Nurhidayat, yang klubnya sudah masuk kotak.
Bagaimana dengan sistem di negara lain? Musim lalu, Liga Super China juga menggunakan format yang mirip Liga 2 karena pandemi Covid-19. Total, 16 tim dibagi menjadi dua grup dengan masing-masing diisi delapan peserta.
Empat tim terbaik di masing-masing grup akan melaju ke fase knock-out untuk memperebutkan tiket juara dimulai dari perempat final, semifinal, dan final. Hal yang sama berlaku pada empat tim terbawah masing-masing grup yang akan bertanding di fase knock-out untuk menghindari degradasi.
Beda dengan Liga 2, jendela transfer hanya dibuka dua kali, yaitu pada awal Putaran 1 dan awal Putaran 2 atau saat semua tim menyelesaikan tujuh pertandingan. Untuk fase knock-out tidak ada klub yang diizinkan mendaftarkan pemain baru.
Jadwal pertandingan PSIM Jogja di babak 8 besar! ?
Mohon doa dan dukungan seluruh masyarakat Yogyakarta untuk Laskar Mataram ?#LaskarMataram#AYDK pic.twitter.com/lACQophC8f
— PSIM Jogja (@PSIMJOGJA) December 7, 2021
(andri ananto/anda)
Kisah Jersey ala Cristiano Ronaldo di Barito Putera, Kini Puncaki Klasemen Liga 1
Apakah ini akan bertahan lama atau sementara?Gokil! Marselino Ferdinan Cetak 2 Gol Lawan FC Groningen di Laga Pramusim KMSK Deinze
Sayang, skor akhir tidak memihak Lino dkk. Cek videonya!Mundur atau Dipecat Persib Bandung? Ini Penjelasan Lengkap Luis Milla
Sepakbola dianggap mie instan. Baru 3 laga langsung pisah.Analisis Masa Depan 3 Pemain Timnas U-23 yang Dihukum AFC di Era Shin Tae-yong
Masih dipanggil atau tidak? Ini prediksinya.
Opini