Kisah Karier Fabrizio Ravanelli di Middlesbrough, Singkat Tapi Berkesan

"Sepakbola Inggris yang masih ada di dalam hati."

Analisis | 16 December 2021, 02:26
Kisah Karier Fabrizio Ravanelli di Middlesbrough, Singkat Tapi Berkesan

Libero.id - Fabrizio Ravanelli mewujudkan mimpinya dengan bermain bersama Juventus, namun dia masih menyesali keputusannya saat pergi meninggalkan Middlesbrough.

Pada 22 Mei 1996, Ravanelli mencetak gol melawan Ajax untuk membantu Juventus memenangkan Liga Champions untuk kedua kalinya. Dia juga menambahkan trofi lain, seperti gelar Piala UEFA, Serie A, Coppa Italia, dan Supercoppa Italia yang dimenangkannya dalam tiga musim bersama klub Turin.

Sosok legenda yang berusia 27 tahun saat itu menjadi pencetak gol terbanyak Juve musim itu dan bermain untuk Italia di Kejuaraan Eropa musim panas. Tetapi, final Liga Champions menjadi penampilan terakhirnya bersama Nyonya Tua.

Hebatnya, dia meninggalkan salah satu klub terbesar di dunia untuk bergabung dengan Middlesbrough.

Menengok ke belakang, Ravanelli mengakui dia melakukan kesalahan saat meninggalkan Juventus, tapi dia jelas tidak menyesali kepindahannya ke Teesside.

“Yang pasti, saya seharusnya tidak pergi, sekarang saya tahu itu. Tetapi, pada saat itu, saya dalam suasana hati yang sangat istimewa. Saya yakin untuk menjadi sangat kuat, saya harus meninggalkan Juventus dan melakukan yang lebih baik lagi,” katanya.

“Saya menunjukkan bahwa saya bisa karena saya melakukannya dengan sangat baik di Middlesbrough dan OM. Tetapi, ketika Anda bermain untuk Juventus, Anda harus berpikir ratusan kali sebelum meninggalkan klub yang begitu kuat dan penting. Saya tidak melakukannya dan saya masih menyesali pilihan itu," ungkapnya. “Tapi, saya menyukai segalanya saya bersama The Boro."

“Sayangnya, kami terdegradasi pada akhir musim sehingga saya harus berganti tim, tetapi saya masih memiliki beberapa kenangan khusus di sepakbola Inggris, dan setiap kali saya kembali ke Inggris, seseorang masih mengenali dan menyapa saya," timpalnya.

“Saya masih memiliki penggemar Boro di hati saya dan saya yakin saya ada di hati mereka," cetusnya. “Saya memiliki beberapa momen emosional yang sangat istimewa musim itu, pertandingan Premier pertama dimana saya mencetak tiga gol melawan Liverpool dan juga gol di final Piala Liga di Wembley, dan kemudian memiliki kesempatan untuk mencetak lebih banyak lagi bersama tim terbaik."

“Saya mencetak 31 gol, tidak buruk untuk musim pertama di kejuaraan baru," kenangnya.
“Tetapi, yang paling saya banggakan adalah saya berkontribusi pada perkembangan Middlesbrough. Saya berasal dari klub seperti Juventus yang terorganisir dengan sangat baik, jadi saya membuat beberapa saran yang diikuti oleh manajemen Boro, seperti membangun kompleks pelatihan baru untuk tim," paparnya.

“Saya senang mereka memahami dan mengikuti saran saya, dan saya tahu bahwa sekarang Middlesbrough adalah salah satu klub terkemuka di Inggris, bahkan sekalipun mereka sekarang bermain di Championship," imbuhnya. “Saya yakin mereka akan segera kembali ke level tertinggi. Ayo Boro!”

Ravanelli telah memulai karirnya dengan klub kota kelahirannya, Perugia, di kasta ketiga Italia dan masih bermain di Serie B untuk Reggiana pada usia 23 tahun ketika dia menarik perhatian Juventus.

“Itu adalah mimpi yang menjadi kenyataan,” katanya. “Saya selalu menjadi penggemar Juventus, dan ketika saya tahu bahwa mereka tertarik pada saya, itu seperti saya menemukan kekuatan ekstra."

“Saya bermain di Reggiana, saya sudah mencetak banyak gol, tetapi ketika mereka mengatakan bahwa Juventus melihat saya, saya mulai bermain lebih baik. Saya tahu itu adalah kesempatan terbaik dalam hidup saya dan saya tidak ingin menyia-nyiakannya."

“Untungnya, semuanya berjalan sesuai rencana dan ketika saya bergabung dengan Juventus, saya menjadi orang yang paling bersemangat di dunia."

“Bayangkan saja, seorang pria yang selalu bermimpi bermain sepakbola akan bermain untuk salah satu tim terbaik di dunia, dan lebih jauh lagi, tim yang pernah dia dukung. Itu di luar semua harapan saya.”

Juve tentu saja adalah klub paling sukses di Italia, tetapi Ravenelli hanya memenangkan Piala UEFA dalam dua musim pertamanya di Turin.

Namun, dia memenangkan Serie A dan Coppa Italia di bawah asuhan Marcello Lippi sebelum mengangkat trofi Liga Champions pada musim terakhirnya.

“Juventus selalu menjadi salah satu klub terbaik di dunia,” kata Ravanelli. “Mereka selalu menang dan mereka akan selalu menang."

“Mereka tidak pernah mengubah pemiliknya, mereka memiliki identitas dan filosofi yang kuat. Itulah rahasia pertama kesuksesan mereka.”

Juve juga memiliki Roberto Baggio, Gianluca Vialli, Alessandro del Piero dan Andreas Moller yang dimainkan di berbagai titik dari empat musim Ravanelli bersama klub. Namun, mereka tampil kurang baik pada periode itu mengingat bakat yang mereka miliki.

Ravanelli juga berpendapat bahwa tim Lippi sebenarnya lebih besar dari pada yang orang katakan.
“Jika kita berbicara tentang tim tempat saya bermain, atmosfer yang kami dapatkan di dalam tim terasa istimewa,” katanya.

“Kami mungkin tampil di atas nilai sebenarnya dari para pemain tunggal karena kami bekerja bersama, mengikuti pedoman Lippi, dan tidak pernah menyerah."

“Saya bangga dengan Liga Champions, Scudetto, dan Piala UEFA yang saya menangkan, dan mungkin benar bahwa Juventus menang lebih sedikit di Eropa daripada yang bisa mereka dapatkan dalam sejarah mereka."

“Tapi, tetap saja, mereka telah mencapai final Liga Champions sembilan kali, yang berarti di Eropa mereka adalah pemimpin. Final adalah pertandingan yang sangat sulit, semuanya bisa terjadi dan tidak akan mudah untuk menang.”

#Cintanya untuk Inggris

Setelah meninggalkan Boro dan pindah ke Marseille pada 1997 dan kemudian pulang ke Italia bersama Lazio, di mana dia memenangkan gelar Serie A dan Coppa Italia, Ravanelli kembali ke Inggris pada 2001 bersama Derby County.

Sekali lagi dia mengalami degradasi dari Liga Premier, tetapi dia tidak memiliki apa-apa selain hal-hal hebat tentang sepakbola Inggris dan merasa sedikit menyesal karena dia tidak bertahan lebih lama.

“Ini sepakbola yang nyata, sangat kuat tetapi adil,” kata Ravanelli. “Para penggemar sangat bersemangat, mereka mendukung Anda ketika segala sesuatunya berjalan dengan cara yang benar, dan bahkan lebih ketika segala sesuatunya berjalan dengan cara yang salah."

“Kami harus melihat mereka dan mengambil pelajaran. Tidak ada tempat dimana Anda bisa hidup seperti di Inggris."

“Saya pergi ke OM, di sana saya disambut dengan sangat baik, saya melakukannya dengan baik. Sampai hari ini penggemar OM mencintai saya dan saya mencintai mereka, tetapi mungkin saya harus tinggal di Inggris beberapa tahun lagi."

“Saya memiliki kesempatan untuk pergi ke Tottenham setelah Boro terdegradasi, tetapi saya memilih OM. Itu tidak salah, karena OM dulu masih menjadi salah satu tim terbaik di Eropa, dan saya masih merindukan atmosfer sepakbola Inggris."

"Sepakbola Inggris adalah yang teratas, dan saya akan melakukan segalanya untuk kembali," tutupnya.

(diaz alvioriki/yul)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0% Suka
  • 0% Lucu
  • 0% Sedih
  • 0% Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network