Kisah Poznan Dance, Selebrasi Suporter Sepakbola Paling Populer di Bumi

"Selebrasi ini sudah ada sejak 1961. Jauh sebelum Mexican Wave yang legendaris."

Biografi | 21 January 2022, 04:36
Kisah Poznan Dance, Selebrasi Suporter Sepakbola Paling Populer di Bumi

Libero.id - Sepakbola telah menjadi olahraga paling populer di dunia. Salah satunya karena memberikan banyak momen dramatis melalui pertunjukkan ikonik dan aksi di lapangan. Baik dari pemain maupun suporter. Salah satu pertunjukkan suporter yang mendunia adalah "Poznan Dance".

The Poznan atau Grecque adalah bentuk perayaan olahraga yang melibatkan para pendukung yang berdiri dengan punggung menghadap ke lapangan, menghubungkan bahu berdampingan, dan melompat di tempat secara bersamaan.

Dan, jika anda penggemar Liga Premier, pasti sangat biasa melihat para pendukung Manchester City melompat-lompat di tribun dengan membelakangi lapangan. Biasanya, itu mereka lakukan saat unggul. 

Berdasarkan kesaksian sejumlah media Inggris, gerakan itu belum lama dilakukan pendukung The Citizens.  Fans Man City mulai menggunakannya setelah 21 Oktober 2010 ketika di Etihad Stadium kedatangan tamu, sebuah klub Polandia, Lech Poznan, pada laga Liga Europa. Saat itu, fans Poznan melompat-lompat, meski timnya menyerah 1-3.

Pertemuan itu ternyata jadi momen tak terlupakan bagi para pendukung Man City. Menurut mereka, hal yang dilakukan pendukung Poznan adalah hal terbaik yang pernah dilakukan pendukung tim tamu di Etihad Stadium. Mereka terkesan dengan gemuruh suara, organisasi gerakan, dan kreativitas para pendukung Poznan.

Mereka kemudian mulai meniru tarian tersebut pada beberapa kesempatan. Dimulai dari kemenangan 2-0 melawan West Bromwich Albion, beberapa minggu setelah pertandingan melawanPoznan. Kemudian, mereka melakukannya lagi pada babak ketiga Piala FA melawan Leicester City.

Poznan Dance atau The Poznan melibatkan para penggemar yang berpaling dari lapangan, bergandengan tangan, dan melakukan lompatan-lompatan kecil secara bersamaan. Dari kejauhan tampak seperti air terjun yang berantakan.

Tapi, bukan hanya Man City yang mengadopsi Poznan Dance. Cardiff City adalah salah satu tim Inggris yang meniru langkah The Citizena. 

Di luar Inggris, selebrasi ini sebenarnya lebih dulu dilakukan oleh klub Australia, Western Sydney Wanderers, yang menamai suporter mereka The Red and Black Bloc. Mereka melakukannya saat pertandingan pertama mereka yang berlangsung di Sydney pada 1980. Setelah itu, beberapa stadion di dunia mulai menirukan gerakan yang menyerupai gelombang air tak beraturan ini.

Ada lagi suporter Glasgow Celtic. Mereka juga melakukan gerakan serupa. Tapi, mereka menamai gerakan tersebut dengan sebutan "The Huddle" karena tak memiliki keterkaitan dengan tarian ala Poznan. Mereka saling merangkul satu sama lain dan membelakangi lapangan sambil berteriak keras.

Mereka pertama kali melakukannya pada 2009 ini lebih ditujukan untuk memperingati momen ketika Tony Mowbray, pelatih Celtic saat itu, memperkenalkan gerakan merangkul pemain lain sambil melingkar sebelum pertandingan dimulai ketika masih menjadi pemain pada 1991-1995.

Selain di Britania Raya, Poznan Dance juga dilakukan pendukung Deportivo Alaves di Spanyol. Sejak lama, mereka telah dikenal merayakan sebagian besar gol timnya dengan variasi The Poznan. Setidaknya, sejak 2014, mereka berdiri dengan punggung menghadap ke lapangan, bahu-membahu, menyamping, dan melompat di tribun.

Hal yang sama dilakukan FC Copenhagen dalam beberapa tahun terakhir. Mereka selalu merayakan kemenangan menggunakan varian The Poznan. Para penggemar membelakangi lapangan dan melompat dari sisi ke sisi sementara para pemain di lapangan melakukan hal yang sama.

Di Indonesia, gerakan ini juga sering dilakukan suporter Liga Indonesia. Kelompok seperti Jak Mania, Viking, BCS, Bonek, Pasoepati, hingga Aremania kerap melakukannya ketika belum ada Covid-19. Begitu pula dengan suporter tim nasional Indonesia di Stadion Utama Gelora Bung Karno. 

Tapi, darimana ide awal selebrasi ini? Secara luas, Poznan Dance sudah dilakukan klub Polandia tersebut sejak 1961. Tapi, tidak ada yang tahu pasti siapa yang memulainya.  

(atmaja wijaya/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0% Suka
  • 0% Lucu
  • 0% Sedih
  • 0% Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network