Kisah Heroik Gambia, Tim Peringkat FIFA Terendah di Babak 16 Besar Piala Afrika 2021

"Tim ini diperkuat sejumah pengungsi yang mencapai Eropa dengan perahu."

Biografi | 22 January 2022, 13:00
Kisah Heroik Gambia, Tim Peringkat FIFA Terendah di Babak 16 Besar Piala Afrika 2021

Libero.id - Di Piala Afrika 2021, ada dua negara debutan. Mereka adalah Gambia dan Komoro. Secara mengejutkan, keduanya mampu lolos ke babak 16 besar. Bedanya, Gambia adalah peserta turnamen di Kamerun itu yang memiliki peringkat FIFA terendah, yaitu 150.

Gambia datang ke turnamen sepakbola paling prestisius di Afrika dengan tergabung di Grup F. Di sana, The Scorpions berkumpul bersama Mali, Tunisia, dan Mauritania. 

Hasilnya, sangat membanggakan. Gambia mengawali dengan kemenangan 1-0 atas Mauritania. Kemudian, bermain imbang 1-1 dengan Mali. Puncaknya, mengalahkan Tunisia 3-0. Dengan raihan tujuh poin, mereka lolos ke fase knock-out sebagai runner-up. Poin mereka sebenarnya sama dengan Mali di puncak. Tapi, selisih gol lebih bagus Mali.

"Kami sangat bangga dengan hasil ini. kami sangat disiplin. Ini hasil luar biasa. Kami punya tujuh poin dan kini akan tampil di babak 16 besar. Kami berharap bisa mendapatkan hasil lebih," kata Pelatih Gambia, Tom Saintfiet, dilansir BBC Sport.

Pada babak 16 besar, Gambia akan menghadapi Guinea, yang merupakan runner-up Grup B, Senin (24/1/2022). Dan, apapun hasilnya, pendukung Gambia layak berbangga hati.

Pasalnya, Gambia datang ke Kamerun dengan bermaterikan beberapa manusia perahu yang berhasil melintasi Laut Mediterania untuk mencapai daratan Eropa sebagai pengungsi. Di sana, mereka mendapatkan kehidupan yang lebih baik dengan bermain sepakbola. Beberapa nama bahkan sukses berkarier di Italia.

Contohnya, kiper ketiga Sheikh Sibi. Penjaga gawang Virtus Verona itu meninggalkan Gambia pada usia 16 tahun. Dalam perjalanannya, dia sempat terlunta-lunta di Tripoli, Libya, sebelum mencapai Pulau Lampedusa, Italia, menggunakan perahu pada 2015.

Tiba di Italia, Sibi ditempatkan di pusat penampungan imigran di Costagrande, Verona. Dia segera dipindahkan ke Virtus Vita, sebuah organisasi nirlaba yang menyambut para migran. Virtus Vita dan Virtus Verona dimiliki oleh perusahaan yang sama, Vencomp. Jadi, mereka membantu Sibi berkarier sepakbola.

Sibi membuat debut untuk Virtus Verona pada 30 Oktober 2016 dengan kekalahan 1-2 di Serie D melawan Union Feltre. Dia membuat debut di Serie C dan profesional pada 16 September 2018 dengan kekalahan 0-2 melawan Fermana. 

Seperti Sibi, jalan yang kurang lebih sama juga dialami Musa Barrow. Dia meninggalkan Gambia di usia remaja untuk menjadi migran. 

Barrow sedikit beruntung karena kemampuan bermain sepakbola sejak di Gambia menarik perhatian pemandu bakat Atalanta Bergamo. Di usia 18 tahun, dia diterima di akademi milik La Dea. Dia berasal dari Kanifing Estate. Itu sebuah distrik kecil dengan 2.000 penduduk, di dekat ibu kota Banjul. 

Kemudian, Barrow meninggalkan Atalanta pada 17 Januari 2020 dengan status pinjaman dan Bologna wajib membeli dengan 13 juta euro pada musim panas. Segera setelah transfernya resmi, Barrow menjadi striker utama di bawah Sinisa Mihajlovic.

Di Piala Afrika kali ini, Barrow mencetak satu gol lewat penalti di menit 90 saat melawan Mali. Itu gol yang sangat penting karena pertandingan berakhir imbang 1-1. Lalu, saat melawan Tunisia, Barrow memberi umpan matang untuk gol Ablie Jallow di menit 90+3.

"Kami lolos ke turnamen ini karena kami bermain dan bertahan sebagai tim. Kami mencoba memainkan transisi cepat saat kami merebut bola. Saat kami bermain, kami selalu berusaha membantu dan mendorong satu sama lain di lapangan. Kami bermain sebagai tim dan mencoba meningkatkan permainan demi pertandingan," kata Barrow di situs resmi CAF. 

"Sebagai orang Gambia, saya merasa terhormat dan senang bisa mewakili negara saya di level tertinggi sepakbola Afrika. Saya yakin akan banyak kejutan di turnamen ini. Sepakbola Afrika sedang berkembang dan ada banyak pemain profesional di setiap tim di sini," tambah Barrow. 

"Kami selalu belajar dari setiap pertandingan. Kami bermain sebagai tim dan terus rendah hati. Kami akan tetap fokus dan InsyaAllah hasilnya akan datang," pungkas pemain kelahiran Banjul, 14 November 1998, itu.

(andri ananto/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0% Suka
  • 0% Lucu
  • 0% Sedih
  • 0% Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network