Kisah Kejayaan Alen Boksic di Lapangan Hijau, Striker yang Bikin Bek Lawan Pusing

"Dia eksis di era ketika Serie A jadi kompetisi terbaik dunia dan di saat Kroasia moncer."

Biografi | 23 January 2022, 15:01
Kisah Kejayaan Alen Boksic di Lapangan Hijau, Striker yang Bikin Bek Lawan Pusing

Libero.id - Jika Erno Rubik, pencipta Rubik's Cube, pernah memutuskan untuk memahat pesepakbola, dia pasti akan membuat Alen Boksic. Seorang striker tim nasional Kroasia yang pada era 1990-an yang malang melintang di klub-klub langganan juara seperti Marseille, Juventus, dan Lazio.

Sebagai pemain depan, Boksic pernah dianggap sebagai penerus Marco van Basten. Dia kuat secara fisik. Bahkan, sulit dilanggar. Boksik dapat melewati pemain lawan dengan kecepatannya yang luar biasa. Dia memiliki kemampuan menembak yang kuat, kontrol bola yang bagus dengan kedua kakinya, serta jago duel bola-bola udara.

Dalam beberapa kesempatan, Boksic juga kerap mempermalukan kiper lawan dengan trik mencungkil bola yang dimiliki. Biasanya, dalam kondisi satu lawan satu, dia akan mengangkat bola melewati penjaga gawang yang maju. Kadang juga dari luar kotak penalti. Dia membuatnya terlihat sangat mudah.  Dengan kemampuannya, Boksik membuat kiper terlihat konyol. 

Namun, hanya sekali dalam karier, Boksic mencatatkan lebih dari 20 gol dalam satu musim. Musim paling produktif Boksic ada pada 1992/1993 bersama Marseille. Saat itu, dia mencetak 23 gol Ligue 1 dan enam gol di Liga Champions. Saat itu, dia membantu tim Prancis itu memenangkan kedua gelar tersebut.

Pada tahun yang sama, Boksic finish keempat dalam daftar peraih Ballon d'Or di depan nama-nama hebat lainnya seperti Michael Laudrup, Paolo Maldini, Hristo Stoichkov, dan Ruud Gullit.

Berkat kehebatan di Prancis, Lazio dan Juventus datang memboyongnya. Tapi, dari satu musim ke musim berikutnya saat berada di Italia,  Boksic tidak pernah membuat jumlah gol atau minimal mendekati seperti yang dilakukan ketika berseragam Marseille.

Hanya saja, ketika di Serie A, perannya lebih dari sekadar mencetak gol. Dia adalah bagian dari gelombang baru penyerang tengah yang menurut Thierry Henry menjadi tren pada 1990-an. "Ronaldo bersama Romario dan George Weah  menemukan kembali posisi penyerang tengah," kata Henry, dilansir Planet Football.

"Mereka yang pertama turun dari kotak penalti untuk mengambil bola di lini tengah, beralih ke sayap, menarik, dan mengacaukan bek tengah dengan kecepatan larinya. Akselerasi mereka, dribbling mereka, menjadi kelebihan," tambah Henry.

Senada dengan Henry,  saat ditanya siapa dari Boksik atau Davor Suker yang merupakan striker yang lebih baik, rekan senegara mereka berdua, Slaven Bilic, pernah berkata dengan kebingungan. "Sungguh, saya tidak tahu siapa yang lebih baik," ucap Bilic.

"Jika anda bertanya kepada saya sebagai bek tengah, ketika anda bermain melawan Boksic, dia akan membantai anda. Dia akan berlari, menggiring bola, berbelok ke kiri di jalurnya. Dia akan menendangmu, memukulmu, apa saja. Tapi, mungkin dia tidak akan mencetak gol," ungkap Billic.

"Suker? Anda akan memiliki pertandingan yang bagus melawan Suker. Tapi, kemudian dia akan mencetak dua gol," tambah mantan pelatih West Ham United tersebut.

Sebagai gambaran, Boksic hanya mencetak 17 gol dalam tiga musim di Serie A untuk Lazio pada 1993-1996. Dia kemudian pindah ke Juventus. Di Turin, dirinya memenangkan Scudetto, Coppa Italia, Piala Super Eropa, dan Piala Dunia Antarklub dalam satu musim.

Setelah hanya satu musim bersama La Vecchia Signora, Boksic justru dijual kembali ke Lazio. Dalam periode kedua di Stadio Olimpi Roma, dia membantu klub memenangkan Scudetto. Kemudian, Coppa Italia dan Piala Winners.

Namun, seperti kebanyakan pemain sepakbola, Boksic juga memiliki eranya sendiri. Setelah serangkaian cedera dan nasib buruk, karier Boksic pelan-pelan memudar. Lalu, cedera lainnya membuatnya tidak bisa berbuat banyak saat Piala Dunia 1998 digelar  di Prancis ketika Kroasia finish di posisi ketiga. Padahal, Boksic adalah pemain yang mencetak gol penentu kemenangan pada leg kedua play-off kualifikasi zona Eropa ketika melawan Ukraina.

Ketika Boksic bebas dari cedera untuk turnamen besar berikutnya, Piala Dunia 2002, usianya sudah 32 tahun. Dan, banyak rekan satu timnya dari generasi 1998 yang berada di senja karier. Kroasia sama sekali tidak memiliki kekuatan seperti edisi sebelumnya. Dan, lagi-lagi dia hanya membuat dampak yang kecil. 

Setahun setelah Piala Dunia di Korea dan Jepang itu, Boksic pensiun. Dia gantung sepatu pada akhir musim 2002/2003 bersama Middlesbrough.

Pertandingan profesional terakhir 11 Januari 2003 saat The Boro bermain imbang 2-2 dengan Southampton. Sementara gol terakhir hadir pada Boxing Day, beberapa pekan sebelumnya, melawan Mancehster United. Saat itu, klubnya memetik kemenangan 3-1.

(mochamad rahmatul haq/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0% Suka
  • 0% Lucu
  • 0% Sedih
  • 0% Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network