George Saunders
Libero.id - Jika di tim nasional Chile terdapat Ben Brereton Diaz, maka di Kolombia terdapat George Saunders. Keduanya sama-sama orang Inggris yang berkarier di Amerika Latin. Bedanya, Brereton membela La Roja. Sedangkan Saunders bermain di Categoria Primera A alias liga kasta tertinggi Kolombia.
Saat ini, Saunders tercatat sebagai pemain Envigado. Itu adalah klub papan menengah ke bawah dari pinggiran Medellin, yang memberi James Rodriguez debut profesional pada 21 Mei 2006 dalam usia 14 tahun.
"Banyak orang berada di zona nyaman. Tapi, terkadang dalam hidup anda harus mengambil risiko. Anda tidak pernah tahu apa yang akan terjadi. Saya mengambil risiko dengan datang ke Kolombia dan sekarang saya mewujudkan mimpi itu," kata Saunders, dilansir The Guardian.
Saunders adalah orang Inggris pertama yang bermain di papan atas Kolombia sejak era El Dorado pada awal 1950- an. Ketika itu, penangguhan yang diberlakukan FIFA pada liga memungkinkan klub untuk merekrut pemain tanpa harus membayar biaya transfer. Itu memungkinkan mereka menawarkan gaji yang sangat besar.
Trio Inggris: Neil Franklin, George Mountford, dan Charlie Mitten hanyalah beberapa dari banyak pesepakbola terkenal yang berduyun-duyun pergi ke Kolombia ketika itu. Sementara Alfredo di Stefano menjadi bintang internasional lain. Saat itu, Kolombia pada saat itu sudah menjadi tujuan utama para pemain top.
Franklin hanya bertahan beberapa pertandingan. Tapi, Mountford dan Mitten, yang merupakan bagian dari Manchester United pertama era Sir Matt Busby mendapat julukan "The Bogota Bandit", bertahan satu musim penuh.
Hebatnya, Saunders kini berada di tahun ketujuhnya bersama Envigado. Lebih hebat lagi, itu bukan klub pertamanya di Kolombia. Envigado adalah klub kelima Saunders setelah datang pada 2012 untuk membela America de Cali, Fortaleza, Union Magdalena, dan Patriotas.
Lahir di London dan dibesarkan di Islington sebagai penggemar Arsenal, Saunders diundang bergabung dengan Akademi The Gunners saat berusia delapan tahun. Itu adalah tahun yang sama saat ayahnya menerima pekerjaan konstruksi dan harus membawa anggota keluarga lainnya ke Spanyol.
Namun, Saunders tetap di Inggris dan tinggal bersama pamannya untuk berlatih di tim junior Arsenal. Sebab, dia ingin mewujudkan impian setiap anak muda untuk menjadi bintang lapangan hijau.
"Saya menonton mereka hampir di setiap pertandingan. Saya beruntung bisa memainkan beberapa pertandingan di Highbury. Tapi, saya merindukan ibu, ayah, dan saudara-saudara saya. Jadi, suatu musim panas saya pergi ke Spanyol dan ditemukan oleh Villarreal di sebuah kamp musim panas," kata Saunders.
Empat tahun dia habiskan di Villarreal. Itu adalah periode terlama dia bertahan di satu klub. "Di situlah saya belajar bahasa (Spanyol). Di situlah saya belajar bermain sepakbola. Saya punya gaya Spanyol, tapi dengan agresif ala Inggris," ujar Saunders.
Semuanya berjalan dengan baik sampai sampai Saunders dilepas karena tubuhnya yang kecil. Dia kemudian pindah ke Torre Levante dan Espanyol. Dengan dua tahun menetap di Barcelona, dia dipanggil ke Seleccio Catalana (timnas Katalunya). Itu sebuah pengalaman aneh yang dia ceritakan dengan bangga.
"Saya rasa saya adalah pemain sepakbola Inggris pertama yang bermain untuk Katalunya. Ayah dan ibu saya masih menyimpan foto-foto itu. Saya berada di tim U-17 bersama Bojan Krkic, Thiago Alcantara, Raul Baena, Iago Falque, Victor Ruiz dan Jordi Alba. Mereka adalah pemain yang brilian," ungkap Saunders.
Dari Espanyol, Saunders bergabung dengan tim Segunda Division, Eldense. Kemudian, mencoba peruntungan kembali ke Inggris dengan trial di Leyton Orient.
"Saya pergi untuk seleksi dan melakukannya dengan sangat baik. Saya pikir mereka pasti akan merekrut saya. Pada menit terakhir, Russell Slade (pelatih) mendatangi saya dan berkata saya mampu untuk bermain di liga ini, tapi dengan anggaran yang ada mereka membutuhkan seseorang yang pernah bermain di level ini sebelumnya," ungkap Saunders.
"Sulit bagi seorang pemula yang datang dari Spanyol dan bermain di Inggris, meski hanya klub bawah. Mereka tidak merekrut saya. Tapi, kemudian peluang ke Kolombia datang. Saya berpikir, aaya tidak akan rugi apa-apa," ujar Saunders.
Seperti banyak pemain Inggris yang pindah ke luar negeri, Saunders mengubah penolakan menjadi peluang. Seorang teman Kolombia yang dia temui di Spanyol merekomendasikan Saunders ke America de Cali. Mereka membutuhkan seorang gelandang dan Saunders diterbangkan untuk seleksi.
"Saya tidak tahu apa-apa tentang mereka. Jadi saya mencari mereka. Yang saya lihat hanyalah penggemar mereka. Saya melihat video mereka yang luar biasa dan spanduk besar dan berpikir saya pasti menyukainya," beber Saunders.
Selama enam minggu pertama, Saunders menunggu dengan sabar untuk dipilih. Mengetahui Bahasa Spanyol menjadi keuntungan yang signifikan untuk membantunya berteman di ruang ganti dan memahami instruksi pelatih. Dia juga mengetahui bahwa America de Cali baru saja dihapus dari hitam klub tempat pencucian uang narkotika.
"Itu adalah waktu yang buruk dari segi uang. Tapi, saya hanya bisa mengatakan hal-hal baik tentang klub. Mereka membayar tepat waktu dan saya sangat senang. Itu sangat berbeda pada awalnya. Ini menjadi pengalaman baru," ujar Saunders.
"Tapi, saya memang tipe orang yang bisa beradaptasi dengan cepat. Saya sangat cerewet dan saya suka bercanda dengan semua rekan satu tim saya. Jadi, saya beradaptasi dengan sangat baik," tambah Saunders.
Ketika kesempatan main akhirnya datang, Saunders meraihnya dengan kedua tangan. Dia dipilih untuk pertandingan Piala Kolombia dan dinobatkan sebagai Man of the Match. Dalam penampilan keduanya, dia tampil mengesankan lagi, membuat gol dalam pertandingan liga sehingga mendapat sambutan hangat dari penonton.
Setelah memantapkan dirinya di tim utama, semuanya tampak siap bagi Saunders untuk menandatangani kontrak baru di akhir musim. Tapi, dia tiba-tiba ia dipaksa mengubah rencananya.
"Fans di Cali mencintai saya. Tapi, saya punya masalah dengan pelatih sehingga mereka tidak memperbarui kontrak saya. Saya diskorsing untuk permainan pada suatu akhir pekan. Jadi, saya minum segelas anggur dengan pacar saya saat makan malam pada suatu malam seminggu," kata Saunders.
"Saya pergi latihan pada hari berikutnya dan mereka bertanya kepada saya tentang hal itu. Mereka sangat ketat tentang hal itu karena ada pemain di sini yang minum dan tidak akan muncul di latihan keesokan harinya. Saya cukup terkenal sehingga masuk di koran. Jadi, mereka menghukum saya," tambah Saunders.
Saunders pergi dari Cali untuk menuju Fortaleza di Divisi II. Hanya beberapa bulan di sana, dia membalas budi tim barunya dalam perjalanan menuju promosi.
"Itu berjalan dengan baik karena saya meninggalkan America dan menjadi juara bersama Fortaleza. Kami bermain melawan America lima kali, mengalahkan mereka tiga kali, dan seri dua kali. Saya memiliki permainan yang bagus setiap saat, yang menurut saya agak mengganggu. Tapi, itulah hidup. Itulah sepakbola. Sekarang saya punya nama bagus di Kolombia, dan sejak itu bermain di divisi utama," ungkap Saunders.
Desde Envigado, hablamos con George Saunders jugador de @EnvigadoFC. pic.twitter.com/Gb3XuOGuaP
— Kick-Off ?? (@KickOffWIN) November 3, 2016
Perpindahan berikutnya ke Union Magdalena tidak berhasil. Tapi Saunders, tidak menyerah. Dia sekarang menetap di Medellin bersama Envigado. Ini adalah bagian dari Kolombia yang sebelumnya merupakan rumah bagi kartel narkoba terkenal, Pablo Escobar.
Tapi, sejarah berdarah kota itu tidak membuat Saunders khawatir. "Saya pernah ke Favela (kawasan narkoba) saat Natal dan jika anda bersama orang-orang yang mereka tahu, anda tidak akan memiliki masalah. Saya pikir di mana pun di dunia, jika anda pergi ke suatu tempat yang tidak anda kenal, maka anda akan berada dalam bahaya," kata Saunders.
"Sejak saya di sini, saya diberi tahu ke mana pun anda pergi, pastikan anda berada di dekat orang-orang yang anda kenal, dan semuanya akan baik-baik saja. Dan, dari semua kota yang pernah saya tinggali di Kolombia, saya paling menyukai Medellin," tambah Saunders.
1️⃣2️⃣ Envigado:
- Francisco Báez (??)
— La Libreta del FPC (@libretadelfpc) January 23, 2021
- George Saunders (??)
- Bruno (??)
- Alejandro Toledo (??) pic.twitter.com/DitkJWev7j
Karier Saunders di Envigado sangat stabil. Ini klub kecil di pinggiran Medellin, tapi terkenal di Eropa. Ini adalah klub yang melahiran orang-orang seperti James Rodriguez dan Fredy Guarin.
"Saya tidak merindukan Inggris. Satu-satunya hal yang saya rindukan adalah keluarga saya. Ayah saya dan ibuku sudah pensiun. Ibu saya ada di sini untuk ulang tahun saya belum lama ini," ucap Saunders.
"Saya suka segala sesuatu tentang Kolombia, cuaca, orang-orangnya, makanannya. Saya melakukan sesuatu yang selalu saya sukai. Tidak ada yang lebih baik daripada bangun dan melakukan apa yang ingin anda lakukan. Terkadang dalam hidup takdirmu tertulis dan saya pikir saya seharusnya berada di sini," pungkas Saunders.
Envigado have retained all of their key players while their young squad has excellent organization and a growing maturity.
Inexplicably none of the giant clubs have snapped up English captain George Saunders, despite clearly being one of the best midfielders in the league. pic.twitter.com/l5eKDpUMYM
— Simon Edwards (@SimonEdwardsSAF) July 20, 2018
(diaz alvioriki/anda)
Kenalkan Kenzo Riedewald, Pemain Berdarah Suriname-Indonesia yang Siap Bela Timnas U-17
Bima Sakti berencana memasukan namanya ke timnas U-17.Profil Ellie Carpenter, Pemain yang Mampu Saingi Lemparan ke Dalam Pratama Arhan
Dia adalah pemain Timnas Wanita Australia...Profil Julian Schwarzer, Penjaga Gawang Filipina yang Kini Bermain Bersama Arema FC
Pernah bermain di Inggris bersama Fulham...Profil Amara Diouf, Pemain Muda Senegal yang Dianggap Sebagai The Next Sadio Mane
Pada Piala Dunia U-17 2023 Amara Diouf bisa jadi ancaman berbahaya...
Opini