Hristo Stoichkov-Johan Cruyff
Libero.id - “Jika Anda tidak bisa makan steak di restoran ikan, Anda harus mencari restoran lain. Sesederhana itu,” kata Johan Cruyff yang selain jago mengolah si kulit bundar juga pandai bicara.
Kalimat tersebut menggambarkan unsur utama untuk memainkan sepakbola dengan tekanan tinggi, agresif, dan menyerang. Pria Belanda yang hebat itu menyebut sifat bawaan seorang pemain sama saja.
“Apa yang Anda lihat di lapangan sering kali mencerminkan apa yang terjadi di sekitarnya,” katanya. “Di Barcelona kami memainkan sepakbola menyerang dan agresif. Itu karena semua orang di sekitar tim memiliki sikap agresif dan ofensif.
“Jika ada pemain bintang yang tidak agresif, bagaimana Anda bisa memiliki tim yang agresif? Mustahil."
Pemain depan Bulgaria, Hristo Stoichkov, merupakan profil yang tepat untuk menggambarkan itu.
Pada mulanya banyak yang meragukan Stoichkov. Dia dianggap pemain yang banyak ulah. Tetapi, dia memang penuh bakat, bahkan pekerja keras. Media Spanyol sampai menjulukinya 'El Pistelero'.
Hristo Stoichkov: "When you walk by the streets in Barcelona, do people still insult you?"
Luis Figo: "No. False. Unless you still do."
Stoichkov: "Yes. I still do insult you."
Figo: "Well… that’s that." pic.twitter.com/cGDwHSdY91
— Barça Universal (@BarcaUniversal) January 30, 2022
Bergabung dengan Barca
Saat Stoichkov baru dari CSKA Sofia, saat itu Barcelona hanya mendapat tiga gelar La Liga dalam waktu hampir 30 tahun. Sekarang atau tidak sama sekali bagi Cruyff sebagai pelatih Barcelona.
Direkrut pada musim panas 1990, Stoichkov tentu saja tidak butuh waktu lama untuk membuat jejaknya di sepakbola Spanyol: dalam Clasico pertamanya di Piala Super Spanyol, dia dikeluarkan dari lapangan dan menerima larangan panjang karena menginjak kaki wasit.
Tapi, Cruyff seperti biasa tetap tenang dan tidak tahu betul tentang siapa pemain yang telah dia beli.
“Sebelum Stoichkov datang, kami memiliki tim yang terdiri dari orang-orang yang sangat baik,” katanya. “Tetapi, Anda tidak bisa hanya memiliki tim yang terdiri dari orang-orang yang sangat baik.”
“Anda membutuhkan seseorang seperti Stoichkov yang agresif dengan cara yang positif. Dia mengejar bola dan ketika dia mendapatkan bola dia menembak ke gawang.”
Cruyff melihat kebutuhan untuk memenangkan bola di atas lapangan untuk mendapatkan kembali penguasaan bola lebih cepat dan di area yang lebih berbahaya sangat penting. Ya, penguasaan bola, itu akan menjadi senjata kunci saat Cruyff memulai sejarahnya untuk klub Catalan.
Itu sangat cocok dengan karakter bermain Stoichkov. Dia seorang penyerang yang lebih modern daripada banyak orang sezamannya.
Mampu bermain di mana saja di lini depan. Apakah itu bergerak ke dalam dari sayap, atau bermain sebagai penyerang tengah yang lebih tradisional. Keserbagunaan dan efektivitasnya di posisi lain sangat berarti untuk Barcelona.
Meski telah mengontraknya sebagai pemenang Sepatu Emas Eropa, Cruyff sering menyebut Stoichkov sebagai gelandang.
Titik balik bagi karier Stoichkov adalah musim 1993/1994, di mana pada tahun itu dia menemukan rekan duet yang cocok. Bersama dengan Romario keduanya membentuk duet pemain depan mematikan. Keduanya mencetak 56 gol dan membantu Barcelona mengklaim gelar La Liga keempat berturut-turut pada hari terakhir musim. Tapi, itu tidak bisa bertahan lama.
Tahun-tahun kemudian Stoichkov dijual ke Parma di mana dia akan bekerja sama dengan Gianfranco Zola dengan harapan orang Italia kecil itu akan memberi 'El Pistelero' umpan-umpan manja.
Sayangnya, satu musim di Italia ternyata menjadi urusan yang cukup menyedihkan karena dia gagal untuk memenuhi harapan. Dia hanya membuat tujuh gol selama musim 1995/1996.
Namun, setelah Cruyff dipecat oleh Presiden Barca Jose Nunez setelah dua musim tanpa trofi, Stoichkov ditandatangani kembali pada musim panas 1996 hanya dengan biaya 2 juta pounds.
Dengan apa yang telah dia buktikan di Camp Nou pada periode sebelumnya jelas keputusan tersebut menyenangkan para pendukung Blaugrana.
Sebelum ada Messi, sosok Stoichkov yang jadi sumber gol utama klub Catalunya. Dia mencetak 118 gol selama tujuh musim di Barcelona. Bersama Barca, Stoichkov bergelimang prestasi dan trofi.
Stoichkov menjadi fondasi bagi Johan Cruyff yang sukses merebut gelar juara La Liga selama empat musim beruntun pada 1990/1991 sampai 1993/1994. Itulah secuil kisah seorang Hristo Stoichkov.
(mochamad rahmatul haq/yul)
Kenalkan Kenzo Riedewald, Pemain Berdarah Suriname-Indonesia yang Siap Bela Timnas U-17
Bima Sakti berencana memasukan namanya ke timnas U-17.Profil Ellie Carpenter, Pemain yang Mampu Saingi Lemparan ke Dalam Pratama Arhan
Dia adalah pemain Timnas Wanita Australia...Profil Julian Schwarzer, Penjaga Gawang Filipina yang Kini Bermain Bersama Arema FC
Pernah bermain di Inggris bersama Fulham...Profil Amara Diouf, Pemain Muda Senegal yang Dianggap Sebagai The Next Sadio Mane
Pada Piala Dunia U-17 2023 Amara Diouf bisa jadi ancaman berbahaya...
Opini