Pep Guardiola
Libero.id - Selama bertahun-tahun, sepakbola Inggris dikenal dengan gaya kick and rush, yaitu umpan lambung, adu lari, dan tembakan keras. Tapi, seiring kedatangan banyak pelatih Eropa daratan, pelan dan pasti cara bermain yang mengutamakan ball possession diadopsi.
Sepakbola bola adalah permainan tim. Di lapangan, 11 pemain bekerja sama untuk menguasai bola, menghidupkan permainan, dan berusaha tidak memberikan celah bagi lawan untuk menguasai bola terlalu lama. Caranya, merebut bola untuk menghasilkan gol sebanyak-banyaknya.
Salah satu tim Liga Premier yang mendapatkan pujian karena berhasil mengubah gaya kick and rush menjadi ball possession adalah Manchester City. Dengan Pep Guardiola sebagai pelatih, The Citizens menampilkan kekuatan permainan dalam menguasai lapangan.
"Alasan mengapa rekor pertahanan kami sangat bagus adalah karena 67 persen waktu kami menguasai bola," ujar Guardiola kepada Sky Sports, tahun lalu.
"Ini adalah alasan utama. Alasan utamanya adalah kami menguasai bola. Jika anda memiliki bola sebanyak mungkin, lawan tidak akan bisa memiliki bola," tambah pelatih yang sukses bersama Barcelona dengan gaya permainan ball possession bertajuk "Tiki-taka".
Guardiola memang membuatnya terdengar sangat sederhana. Dan, itu bukan hanya di sisi pertahanan, melainkan juga penyerangan. "Tentu saja, lawan dapat mencetak gol dari bola mati atau serangan balik. Tapi, semakin banyak anda menguasai bola, semakin banyak peluang yang anda miliki untuk mencetak gol," ungkap Guardiola.
Who controls territory in the Premier League? pic.twitter.com/RU0JNzL0eM
— John Muller (@johnspacemuller) February 8, 2022
Jadi, sangat masuk akal jika WhoScored menempatkan klubnya Guardiola sebagai tim Liga Premier dengan ball possession terbanyak. Sejak kedatangan Guardiola di Liga Premier pada 2016, Man City rata-rata menguasai 67,3 persen dalam pertandingan.
Selain WhoScored, jurnalis The Athletic, John Muller, juga membuat analisis tentang klub Liga Premier dengan ball possession yang dimiliki. Hasilnya, tidak berbeda jauh dengan analisis WhoScored, yaitu Man City.
Dalam grafis yang dibuat, lawan Man City hanya bisa bernapas di kotak penalti sendiri dan dua sudut sepak pojok. Selebihnya, menjadi milik The Citizens. Ini seperti panggung Kevin de Bruyne dkk untuk berlatih sepakbola.
Catching up on MNF with Guardiola talking about ball possession. This is what was so frustrating about #ncfc last season. FYI, I’m not comparing Norwich to Man City ? pic.twitter.com/gss9MBJl2Z
— Matt Lewendon (@matty_leww) May 15, 2018
Area merah adalah untuk tim yang bersangkutan. Sementara area biru adalah lawan mereka. Dalam grafis itu, Burnley menjadi tim dengan rata-rata ball possession rendah. The Clarets hanya menguasai mampu menguasi 39,2 persen.
Bagaimana dengan klub lain? Beberapa tim, termasuk Arsenal dan Manchester United, tampak puas dengan melepaskan penguasaan bola di sayap pertahanan. Itu berdampak pada bek-bek sayap mereka yang bisa mendorong area permainan lebih jauh ke depan.
Ada lagi Newcastle United, yang ternyata lebih suka menyerang di sisi kiri melalui Allan Saint-Maximin. Sementara Leeds United asuhan Marcelo Bielsa kompeten di semua area, kecuali di posisi penyerang tengah. Mereka hampir mirip Man City dengan titik lemah pada eksekusi.
Man City keep ball possession for over 2 mins before Ederson kicks it long. Did the crowd affect the mental side of the City players or was it tactical? pic.twitter.com/aRQ2AeM8GN
— Saksham Kakkar (@sakshamkakkar24) April 20, 2020
(atmaja wijaya/anda)
Kisah Jersey ala Cristiano Ronaldo di Barito Putera, Kini Puncaki Klasemen Liga 1
Apakah ini akan bertahan lama atau sementara?Gokil! Marselino Ferdinan Cetak 2 Gol Lawan FC Groningen di Laga Pramusim KMSK Deinze
Sayang, skor akhir tidak memihak Lino dkk. Cek videonya!Mundur atau Dipecat Persib Bandung? Ini Penjelasan Lengkap Luis Milla
Sepakbola dianggap mie instan. Baru 3 laga langsung pisah.Analisis Masa Depan 3 Pemain Timnas U-23 yang Dihukum AFC di Era Shin Tae-yong
Masih dipanggil atau tidak? Ini prediksinya.
Opini