Xherdan Shaqiri
Libero.id - Keputusan Xherdan Shaqiri meninggalkan sepakbola Eropa untuk bermain di Chicago Fire, setelah mencapai kesepakatan 5,5 juta pounds (Rp107 miliar) dengan Olympique Lyon, benar-benar mengejutkan. Selain baru berusia 30 tahun, pemain asal Swiss itu juga masih kompetititf.
Umumnya, pesepakbola top di Eropa baru bermain di Amerika Serikat (AS) saat sudah berusia senja dan tidak lagi kompetitif. Sebut saja David Beckham, Andrea Pirlo, Wayne Rooney, hingga Ricardo Kaka. Mereka pergi ke MLS untuk mencari uang pensiun.
Tapi, hal itu tampaknya tidak berlaku bagi Shaqiri. Dia pindah ke Chicago ketika masih dalam performa yang sangat bagus. Terbukti, sepanjang paruh pertama Ligue 1 2021/2022, mantan pemain FC Basel tersebut bermain 11 kali dengan memproduksi dua gol.
Pada musim panas tahun lalu, Shaqiri juga masih tampil cukup memukau bersama tim nasional Swiss di Euro 2020. Dengan usia, kemampuan, maupun cara bermainnya, keputusan Shaqiri mengungsi ke sepakbola Amerika Utara benar-benar membuat banyak pertanyaan.
Lalu, apa alasannya? Ternyata, ada faktor personal yang melandasi Shaqiri bersedia menerima pinangan salah satu klub MLS. Itu terkait keberadaan Direktur olahraga Chicago, Georg Heitz. Dia adalah orang sangat berjasa pada awal karier profesional Shaqiri di Basel.
"Kami sangat senang untuk secara resmi menyambut kedatangan Xherdan Shaqiri. Dia adalah pemain yang mengubah permainan dan seseorang yang akan membawa kegembiraan bagi pendukung kami dan kota kami, Chicago," kata Heitz dalam pernyataan resminya di situs klub.
"Sebagai salah satu atlet Swiss paling berprestasi di generasinya, dia bergabung dengan kami pada saat yang sangat penting bagi klub. Kami sepenuhnya percaya pada apa yang ingin kami capai. Kami menantikan untuk menyambut dia dan keluarganya ke Chicago segera," tambah Heitz.
??? #XS10 #CF97 @ChicagoFire @MLS ?? pic.twitter.com/U3rK6uIbhE
— Xherdan Shaqiri (@XS_11official) February 10, 2022
Shaqiri memulai karier di klub kota kelahirannya, SV Augst. Lalu, pada usia delapan tahun dia dibina Basel. Saat bermain untuk tim muda Basel, dia berkompetisi di Nike Cup U-15 2007 dan dinobatkan sebagai pemain terbaik.
Meski memiliki beberapa klub lain yang mencoba untuk mengontraknya, Shaqiri memutuskan untuk tetap bersama Basel. Dia bermain untuk tim cadangan pada 2007-2009. Liga. Dua tahun kemudian, Shaqiri menandatangani kontrak profesional pertamanya dengan Basel pada 2 Januari 2009. Di sinilah peran besar Heitz terhadap awal karier Shaqiri.
Karier Shaqiri di Base semakin moncer setelah menjuarai Swiss Super League (2009/2010, 2010/2011, 2011/2012) dan Swiss Cup (2009/2010, 2011/2012).
Dari situlah Shaqiri dikenal dunia. Dia kemudian pindah ke Bayern Muenchen. Di Bavaria, dia memenangkan Bundesliga (2012/2013, 2013/2014, 2014/2015), DFB-Pokal (2012/2013, 2013/2014), DFL-Supercup (2012), Liga Champions (2012/2013), Piala Super Eropa 2013, hingga Piala Dunia Antarklub (2013).
Sempat sebentar membela Inter Milan, Shaqiri kemudian pindah ke Liverpool. Di Anfield, dia kembali bersinar. Shaqiri membantu The Reds menjuarai Liga Premier (2019/2020), Liga Champions (2018/2019), Piala Super Eropa (2019), hingga Piala Dunia Antarklub (2019).
Namun, perselisihan terbuka dengan Juergen Klopp membuat karier Shaqiri di Anfield berakhir. Dia memutuskan pergi ke Lyon pada transfer window musim panas 2021 sebelum akhirnya pergi ke MLS pekan ini.
The A̶l̶p̶i̶n̶e Lake Michigan Messi. #cf97 | @XS_11official pic.twitter.com/ekiHoGhIoY
— Chicago Fire FC (@ChicagoFire) February 9, 2022
(mochamad rahmatul haq/anda)
Kenalkan Kenzo Riedewald, Pemain Berdarah Suriname-Indonesia yang Siap Bela Timnas U-17
Bima Sakti berencana memasukan namanya ke timnas U-17.Profil Ellie Carpenter, Pemain yang Mampu Saingi Lemparan ke Dalam Pratama Arhan
Dia adalah pemain Timnas Wanita Australia...Profil Julian Schwarzer, Penjaga Gawang Filipina yang Kini Bermain Bersama Arema FC
Pernah bermain di Inggris bersama Fulham...Profil Amara Diouf, Pemain Muda Senegal yang Dianggap Sebagai The Next Sadio Mane
Pada Piala Dunia U-17 2023 Amara Diouf bisa jadi ancaman berbahaya...
Opini