J League
Libero.id - Brasil adalah salah satu negara yang memiliki banyak pesepakbola kelas dunia. Dari generasi ke generasi, Negeri Samba selalu mencetak para pemain berkualitas yang dieskpor ke banyak negara. Selain Portugal, ekspor pemain Brasil terbanyak adalah ke Jepang.
Bermain di Jepang seharusnya bukan masalah bagi Pratama Arhan. Selain bertarung menghadapi pemain-pemain lokal, jebolan PSIS Semarang itu juga akan melawan banyak pesepakbola Brasil. Itu bukan hal asing karena Arhan sudah sering menghadapi pemain-pemain Negeri Samba di Liga Indonesia.
Sama seperti Liga 1, J League juga memiliki segudang pemain hebat dari Brasil. Bahkan, Negeri Sakura menjadi salah satu yang paling banyak menggunakan pesepakbola dari negera di Amerika Selatan itu.
Namun, tidak seperti Indonesia, hubungan sepakbola Jepang dengan Brasil sudah berlangsung sangat lama. Sejak 1960-an, sepakbola Jepang telah menyambut banyak pemain Brasil. Hubungan yang terjalin lama ini telah membawa manfaat yang signifikan bagi perkembangan olahraga di Jepang.
Pemain Brasil pertama di Jepang adalah Nelson Daishiro Yoshimura. Dia datang untuk bermain di Yanmar Diesel (Cerezo Osaka) pada 1967 dalam usia 19 tahun. Striker Jepang kelas dunia, Kamamoto Kunishige, bergabung dengan skuad pada tahun yang sama. Bersama Nelson, dia membantu mengubah Yanmar menjadi salah satu tim elite.
Nelson adalah orang kelahiran Brasil dari nenek moyang asal Jepang. Di Negeri Samba, dia hanya bermain untuk tim amatir yang seluruhnya terdiri dari orang Brasil keturunan Jepang.
Dengan akar Jepang yang dimiliki, Nelson kemudian memutuskan berganti paspor dan membela Samurai Blue di ajang internasional sejak 1970. Dia terus mewakili Jepang sampai 1976. Dan, kesuksesan Nelson di Yanmar diikuti pemain Brasil lainnya, Carlos Esteves (1969) serta George Kobayashi (1971).
Tapi, baik Nelson, Esteves, maupun Kobayashi adalah pemain-pemain amatir sebelum datang ke Jepang. Sementara pemain profesional pertama Brasil yang bermain di Jepang adalah mantan gelandang Corinthians, Sergio Echigo. Dia membela Towa Estate Development SC (Shonan Bellmare) selama tiga tahun dari 1972.
Kedatangan Echigo memicu banyak perdebatan di Jepang Soccer League (JSL) tentang masuknya mantan pemain profesional. Setelah pensiun, dengan dukungan finansial dari Coca-Cola, Echigo mendirikan akademi sepakbola untuk anak-anak yang melakukan tur ke seluruh Jepang. Dia sangat membantu mempopulerkan olahraga ini.
Setelah Echigo, pemain Brasil lain yang datang ke Jepang adalah Ruy Ramos. Dia datang pada 1977 dan bermain untuk Yomiuri FC (Verdy Kawasaki, Tokyo Verdy). Dia kemudian mengambil kewarganegaraan Jepang pada 1989 dan menjadi anggota inti Samurai Blue hingga pertengahan 1990-an.
Banjir pemain-pemain Brasil semakin deras ketika J League digulirkan sebagai pengganti JSL. Jelang pembentukan liga, Sumitomo Metal Industries (pemilik Kashima Antlers) mendapatkan tanda tangan legenda Brasil, Arthur Antunes Coimbra alias Zico. Dia datang pada 1991 dan tetap bersama Antlers sampai pensiun pada 1994.
Keterampilan kelas atas serta persiapannya yang cermat membuat kesan besar pada penggemar sepakbola Jepang terhadap Zico. Bahkan, pada 2002, setelah beralih profesi menjadi pelatih, Zico diangkat sebagai nakhoda Samurai Blue. Dia memimpin Jepang ke Piala Dunia 2006.
Tapi, Zico bukan satu-satunya bintang besar Brasil yang bermain di J League. Mantan rekan timnasnya, Careca, juga bermain untuk Kashiwa Reysol pada 1993-1996. Bahkan, kapten pemenang Piala Dunia 1994, Carlos Dunga, menjadi bintang di Jubilo Iwata pada 1995-1998.
Fakta menunjukkan, delapan anggota skuad Brasil yang memenangkan Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat kemudian bermain di J League. Tujuh pemain lainnya adalah Jorginho dan Bebeto dengan Antlers, Luis Antonio Correa da Costa alias Mueller (Reysol), Ronaldao (Shimizu S-Pulse), Leonardo Araujo (Antlers), Gilmar Rinaldi (Cerezo Osaka), hingga Zinho (Yokohama Flugels).
Leonardo scores a beauty for Kashima Antlers, 1995. pic.twitter.com/pJ6UnUqhLY
— 90s Football (@90sfootball) April 1, 2020
Saat Jepang tampil perdana di Piala Dunia, yaitu pada 1998 di Prancis, pemain naturalisasi Brasil juga menghiasi starting line-up. Dia adalah Wagner Lopes.
Wagner datang ke Negeri Sakura 11 tahun sebelum Piala Dunia untuk membela Nissan Motor (Yokohama Marinos). Pada 1997 saat membela Bellmare Hiratsuka, Wagner mendapatkan kewarganegaraan Jepang.
Langkah Wagner kemudian diikuti Alssandro dos Santos di Piala Dunia 2002 dan 2006. Alex datang ke Jepang pada 1994 saat berusia 16 tahun untuk sekolah di Meitoku Gijuku High School. Tapi, takdir ternyata membawanya menjadi pemain sepakbola profesional.
Kashiwa Reysol ??
1995 Home shirt
Brazilian internationals Careca, Muller (1994 World Cup winner), Nelsinho and Valdir all lined up for Reysol in '95.
In '96 they added Edilson (2002 World Cup winner) and Zago ??
The same Mizuno design was used in both seasons. pic.twitter.com/XgDBALgKkb
— Si (@NomadFootball) March 3, 2021
Selain orang Jepang asli yang dinaturalisasi, J League juga mengakomodasi pemain keturunan Jepang yang lahir dan besar di Brasil. Salah satu nama legendaris adalah Marcus Tulio Tanaka. Dia adalah tulang punggung Samurai Blue pada Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan.
Yang lebih membanggakan J League adalah beberapa pemain Brasil ternyata mendapatkan panggilan Selecao setelah tampil bagus. Salah satu individu tersebut adalah Hulk. Dia datang ke Jepang membela Kawasaki Frontale pada 2005. Dia menghabiskan waktu dengan status pinjaman di Consadole Sapporo dan Tokyo Verdy sebelum pindah ke tim kelas berat Portugal, FC Porto, pada 2008.
Tokyo Verdy appoint Ruy Ramos as team director. https://t.co/U08ZZSiWVl
— マイケル (@Michael_Master) February 10, 2020
Penyerang kontroversial ini mendapatkan penampilan penuh pertamanya di Brasil pada 2009 karena gol yang membantu Porto meraih sejumlah gelar, termasuk Liga Europa 2010/2011. Dia juga melakukan transfer dalam jumlah besar ke klub kaya minyak asal Rusia, Zenit Saint Petersburg pada 2012.
Dan, tradisi pemain-pemain Brasil di Jepang terus berlanjut hingga musim 2022. Pada J1 League misalnya, hanya Urawa Red Diamonds yang belum mendaftarkan pemain Brasil. Sisanya, 17 klub lain memiliki setidaknya satu pemain Brasil. Bahkan, lima klub memiliki lima pemain Negeri Samba.
Hal yang sama dijumpai di J2 League. Klub Pratama misalnya, memiliki satu penjaga gawang Brasil, Matheus Vidotto. Sementara Yokohama FC punya lima legiun Samba, yaitu Gabriel Costa Franca, Felipe Vizeu, Kleber Laube Pinheiro, Rhayner Santos Nascimento, dan Saulo Mineiro.
??Leandro Damião is the 2021 J.LEAGUE Player of the Year! The Brazilian striker scored 2️⃣3️⃣ goals and notched 8️⃣ assists in a phenomenal season that saw ?Kawasaki Frontale seal their second consecutive J1 title and fourth in the last five years.
© J.LEAGUE - All Rights Reserved pic.twitter.com/6a9GUsvG44
— J.LEAGUE Official EN (@J_League_En) December 6, 2021
(atmaja wijaya/anda)
Kisah Jersey ala Cristiano Ronaldo di Barito Putera, Kini Puncaki Klasemen Liga 1
Apakah ini akan bertahan lama atau sementara?Gokil! Marselino Ferdinan Cetak 2 Gol Lawan FC Groningen di Laga Pramusim KMSK Deinze
Sayang, skor akhir tidak memihak Lino dkk. Cek videonya!Mundur atau Dipecat Persib Bandung? Ini Penjelasan Lengkap Luis Milla
Sepakbola dianggap mie instan. Baru 3 laga langsung pisah.Analisis Masa Depan 3 Pemain Timnas U-23 yang Dihukum AFC di Era Shin Tae-yong
Masih dipanggil atau tidak? Ini prediksinya.
Opini