Luke Tuffs
Libero.id - Luke Tuffs, pria berusia 35 tahun, saat ini menjadi pelatih di liga amatir Leatherhead FC. Dia telah menyampaikan secara terbuka tentang kecenderungan seksualitasnya sejak dia masih menjadi pemain di Camberley Town.
Tetapi, dengan beberapa klub yang dijalankan oleh pemilik dari negara-negara yang tidak mengakui komunitas gay, maka tidak memungkinkan bagi pesepakbola homoseksual untuk mengungkapkan preferensi seksual mereka, terutama jika mereka masih muda dan mencari jalan menuju karier profesional.
Luke Tuffs finally announces his player Assitant Manager, the Ex Pro Jermain McGlashan we welcolm you to @LeatherheadFC more to come later on our new man ! @ClubTanners @thelipfc @IsthmianLeague @NonLeaguePaper #nonleaguefootball pic.twitter.com/xV0oQRRpYO
— Leatherhead FC (@LeatherheadFC) January 7, 2022BACA BERITA LAINNYA
Eks Pelatih Malaysia Puji Saddil Ramdani: Salah Satu Pemain Terbaik di ASEAN
Tuffs mengatakan dibutuhkan seorang pemain untuk keluar ketika dia berada di akademi sebelum menjadi besar, hingga akhirnya memecahkan keheningan bertahun-tahun tentang bintang sepakbola gay yang bermain di level tertinggi.
"Ini akan membawa seseorang yang sudah keluar sebagai anak muda, saat mereka berlatih di akademi top dan sebelum mereka berhasil," ujar Tuffs dilansir The Sun.
"Jika mereka kemudian menjadi superstar, saya pikir itu bisa membuat perbedaan bagi orang lain."
"Saya harap itu adalah sesuatu yang kita lihat, tetapi sangat sulit untuk dibayangkan."
Saat Tuffs berusia 15 tahun, dia secara tidak sengaja mengungkapkan bahwa dia gay kepada rekan satu timnya di Camberley Town. Padahal, kebanyakan rekannya sedang mengincar gadis-gadis di bar tempat mereka semua mabuk. Sementara Tuffs yang mabuk memutuskan menunjukkan foto pacarnya kepada mereka.
"Itu tidak disengaja," dia tertawa melihat ke belakang.
"Karena sangat mabuk, saya menunjukkan kepada mereka foto pacar saya dan kemudian saya menyesalinya."
"Saya kemudian jujur setelah satu atau dua minggu setelah itu kepada orang tua saya karena saya pikir mereka akan mendengarnya di sepakbola."
"Saya pergi ke latihan sangat malu beberapa hari kemudian dan anak-anak bertanya kepada saya, 'Apakah Anda mencoba untuk memberitahu kami sesuatu hal yang lain, Tuffs?"
"Saya berkata, 'Ya, saya rasa begitu."
"Melihat ke belakang, saya sangat khawatir tentang itu semua pada saat itu."
Tuffs segera menyadari bahwa dia bukan pemain terbaik, jadi dia memutuskan untuk mengejar lencana kepelatihannya dan bergabung dengan klub liga LGBTQ, London Titans, di waktu luangnya.
Di sanalah dia pertama kali mengalami pelecehan sebagai pria gay dalam sepakbola. "Ketika saya bermain untuk London Titans bersama orang-orang gay dan hetero, saya dilecehkan," ungkap Tuffs.
"Kami dulu bermain hanya melawan tim gay, tetapi karena kami sangat sukses dan memenangkan liga dua tahun berturut-turut, kami dipromosikan ke liga dimana kami bermain melawan tim yang kurang ramah dengan gay."
"Itu menjadi lebih baik dari waktu ke waktu, tetapi pada tahun pertama kami diludahi, seseorang mengancam akan menikam saya. Itu benar-benar gila."
"Tapi, kami tahu kami menempatkan diri kami di luar sana untuk dilihat oleh orang lain."
Tuffs telah membuat kisah suksesnya sebagai pelatih. Dari bekerja dengan tim utama Hartley Wintney, hingga pekerjaan pertamanya di Knaphill pada 2019, dan kemudian bersama Ashford Town. Dia menikmati perjalanan karier yang menanjak.
"Saya tidak pernah memiliki masalah dengan kompetisi non-liga. Saya pikir Anda harus memiliki kulit yang cukup tebal untuk terlibat dalam sepakbola," tutur Tuffs.
"Saya tidak berpikir saya akan selamat jika saya tidak memilikinya. Tetapi, saya beruntung dikelilingi oleh orang-orang baik dan memiliki kesuksesan yang kami miliki sebagai sebuah tim."
Di ruang ganti, di mana lelucon bertebaran dan bisa menjadi cabul, Tuffs terlibat dalam lelucon dari rekan satu timnya karena dia tahu itu terjadi di tempat yang tepat.
“Dengan kebersamaan yang Anda miliki dalam tim, tidak boleh terlalu banyak batasan di antara Anda,” katanya kepada SunSport.
"Banyak teman saya, dan itu para pemain dan pelatih yang akan meremehkan saya karena menjadi gay."
“Yang penting mereka tahu saya. Dan, itu sama dengan pendukung yang saya kenal, mereka bisa mengatakan apa yang mereka suka."
“Pemain lawan atau pendukung rival tidak bisa mengatakan itu. Saya pikir cukup jelas jika Anda mendapatkan persetujuan itu."
Selama era Liga Premier, kami belum pernah melihat pemain aktif mengakui dirinya bahwa mereka gay.
Justin Fashanu muncul beberapa tahun sebelum Liga Premier dimulai pada 1990 dan secara tragis mengakhiri hidupnya sendiri pada 1998.
Mantan pemain Hull, Thomas Beattie, muncul pada 2020. Dia pesepakbola profesional keempat yang bermain di Inggris yang mengaku dirinya sebagai gay setelah Fashanu. Bintang Jerman, Thomas Hitzlsperger, dan Robbie Rogers dari Amerika.
Tuffs percaya bahwa orang-orang yang mengawasi klub, dari pelatih hingga pemilik, adalah masalahnya.
"Sepakbola adalah cerminan masyarakat, tetapi masyarakat tidak mencakup semua jenis," katanya.
Jika saya dapat memiliki pembinaan dampak semacam itu di divisi ketujuh, bayangkan dampak yang dapat dimiliki seseorang yang bermain di divisi tertinggi jika mereka secara terbuka mengatakan dirinya gay seperti saya?
"Anda memiliki generasi muda, dan mereka tidak peduli siapa Anda."
"Ada beberapa orang yang lebih tua, dan saya tidak menyalahkan mereka karena begitulah cara mereka tumbuh, yang akan berjuang untuk menerima pria gay dalam sepakbola."
“Masalah lainnya adalah siapa yang memiliki klub sepakbola ini. Dalam kasus Newcastle United, itu adalah Arab Saudi."
"Mereka tidak mengakui komunitas gay dan percaya bahwa menjadi homoseksual adalah ilegal."
“Jadi, mengapa mereka memberi sanksi mendatangkan pesepakbola gay? Sederhana saja, mereka tidak akan melakukannya."
"Dan, itu sama dengan pemain. Mengapa seseorang keluar di ruang ganti ketika mereka bisa duduk di sebelah rekan setimnya yang berasal dari negara di mana kaum gay ditindas?"
Untuk saat ini, Tuffs senang melakukan bagiannya menjadi pria gay yang terlihat dalam permainan.
Di akun Instagram-nya, dia memamerkan perjalanan hidupnya dengan tunangannya, Rhys, yang dia temui di Starbucks dan dengan cepat mengatur kencan.
Mereka telah bersama selama enam tahun dan berencana untuk menikah tahun depan. Mereka juga ingin punya anak.
"Saya menjalani kehidupan yang persis sama sebagai orang normal," kata Tuffs.
"Di Instagram ada saya dan Rhys, karier sepakbola saya, dan kami berkencan dengan teman-teman kami. Saya tidak berbeda dengan orang lain."
Karena keterbukaannya, dia telah menjadi pemain favorit bagi penggemar sepakbola gay.
“Saya mendapatkan orang-orang yang datang kepada saya di Instagram atau ingin berbicara tentang sepakbola dengan orang gay lain," tutup Tuffs.
(diaz alvioriki/yul)
Kenalkan Kenzo Riedewald, Pemain Berdarah Suriname-Indonesia yang Siap Bela Timnas U-17
Bima Sakti berencana memasukan namanya ke timnas U-17.Profil Ellie Carpenter, Pemain yang Mampu Saingi Lemparan ke Dalam Pratama Arhan
Dia adalah pemain Timnas Wanita Australia...Profil Julian Schwarzer, Penjaga Gawang Filipina yang Kini Bermain Bersama Arema FC
Pernah bermain di Inggris bersama Fulham...Profil Amara Diouf, Pemain Muda Senegal yang Dianggap Sebagai The Next Sadio Mane
Pada Piala Dunia U-17 2023 Amara Diouf bisa jadi ancaman berbahaya...
Opini