Libero.id - Pelatih Ajax Amsterdam, Erik Ten Hag, ramai diperbincangkan berlabuh ke Manchester United pada musim panas mendatang. Bahkan, rumor itu sudah mulai terdengar sejak Ole Gunnar Solskjaer dipecat. Pertanyaannya, apakah dia cocok? 

Rumor Ten Hag masih berlanjut ketika MU hanya merekrut Ralf Rangnick sebagai pelatih sementara hingga akhir musim. Ten Hag adalah salah satu dari sejumlah nama yang besar kemungkinan akan mengisi posisi pelatih permanen di Old Trafford, musim depan. 

Bahkan, laporan Daily Mail menyebutkan Ten Hag bersiap untuk mengambil pekerjaan barunya di Old Trafford pada musim panas mendatang. Konon, dia sudah berpamitan dengan CEO Ajax, Edwin van der Sar, yang kebetulan pernah menjadi bintang di Old Trafford.

Jadi, mari kita berandai-andai, jika Ten Hag benar-benar pergi ke Manchester untuk menggantikan Rangnick. 

ten Hag's Ajax set up in a 4-3-3 with the two #8's between the lines in the half spaces & the fullbacks pushed on high & wide with the wingers stretching the play on either flank. However, they're not rigid. It is a fluid system BUT rigidity of positioning is key.

Let me explain pic.twitter.com/OwdfO35rnm

— EBL (@EBL2017) March 2, 2022

MU dalam beberapa tahun terakhir sangat bermasalah di lini belakang. Sebaliknya, Ajax di bawah Ten Hag hanya kebobolan tujuh gol dalam 24 pertandingan Eredivisie pada musim 2021/2022. Itu menunjukkan Ten Hag tahu bagaimana menyusun pertahanan yang baik.

This type of movement from Blind epitomises this Ajax team - a run into space to A) create a passing angle to the isolated wide player but also B) to maintain the occupation of the zones across the pitch.

It's elite coaching. pic.twitter.com/Lbl368iI7t

— EBL (@EBL2017) March 2, 2022

"Erik pantas dianggap sebagai salah satu talenta kepelatihan paling menarik di sepakbola saat ini karena pekerjaannya bersama Ajax," kata Juergen Klopp tentang Ten Hag pada 2020, dilansir Sky Sports.

Much like Arteta at Arsenal, Pep at City, or Xavi at Barca, the left-hand side of the pitch is primarily used for combinations whereas the right is used for isolation and 1v1 situations. Blind often inverts, but not as often as Mazraoui.

Look at the angle he creates for Antony. pic.twitter.com/ycRR5MQOIv

— EBL (@EBL2017) March 2, 2022

Pada titik ini, MU bisa mengharapkan Ten Hag. Jika selama ini Rangnick sering menggunakan formasi 4-2-3-1 dengan Cristiano Ronaldo sebagai ujung tombak, Ten Hag pasti lebih berani bermain menyerang dengan mengandalkan tiga pemain depan dalam formasi 4-3-3. Pemain sayap punya peran penting dalam formasi ini.

Alternatively, Antony can combine with the player in the right half space between the lines or the right back who has license to overlap or underlap where possible. Then, within those situations, the #8's, CF and far side wide player attacks the box to offer a goal threat.

— EBL (@EBL2017) March 2, 2022

Namun, terlepas dari hal di atas. Yang perlu ditekankan adalah tentu saja semuanya akan baik-baik saja dengan mempekerjakan seorang ahli taktik yang cerdik, meski MU sempat mengira telah melakukannya ketika merekrut Louis van Gaal pada 2014 dan Jose Mourinho dua tahun kemudian.

However, although what I have just described is incredibly similar to Arteta, Xavi, & Pep's 4-3-3, where ten Hag's philosophy differs is in relation to fluidity. Mazraoui has more offensive license than a Walker or a Tomiyasu does at their respective clubs. pic.twitter.com/grMFIiE7mc

— EBL (@EBL2017) March 2, 2022

Tapi, bagaimana dengan Ten Hag? Banyak yang menilai Ten Hag adalah pelatih yang tepat bagi MU untuk situasi sekarang. Dan, balik lagi, apakah pemain MU saat ini bisa menerapkan strategi Ten Hag atau tidak.

Ajax's build-up is very much so a 2-1 with high and wide fullbacks whereas Tomiyasu and Walker are often slightly deeper and each teams build-up can resemble a 3-1 shape as opposed to a 2-1. In settled attacks, Mazraoui is regularly as high up the pitch as Antony. pic.twitter.com/rjl3dQjCeW

— EBL (@EBL2017) March 2, 2022

(mochamad rahmatul haq/anda)