Peringkat 5 Pesepakbola yang Kalahkan Prestasi Ayahnya

"Nomor 2 menjadi legenda Chelsea bukan West Ham."

Analisis | 28 March 2022, 03:43
Peringkat 5 Pesepakbola yang Kalahkan Prestasi Ayahnya

Libero.id - Sebagian besar pesepakbola sukses di dunia sepakbola mewarisi bakat, talenta, hingga pengalaman yang dimiliki oleh ayahnya. Pemain-pemain tersebut memilih untuk mengikuti jejak ayahnya yang terjun sebagai pesepakbola profesional.

Tapi, pemain seperti Cristiano Ronaldo, murni muncul dari hasil kerja keras dan dedikasi yang luar biasa.

Tak dapat dipungkiri terdapat sederet pemain yang justru berhasil meraih kesuksesan lebih hebat ketimbang ayahnya, baik itu dari segi pencapaian individu maupun gelar juara. Prestasi mereka terhitung jauh lebih mentereng daripada ayahnya.

Pada catatan itu, mari kita lihat peringkat 5 pesepakbola yang kalahkan prestasi ayahnya.

5. Geoff Hurst dan Charlie Hurst

Geoff Hurst adalah salah satu tokoh paling terkenal dalam sejarah sepakbola Inggris. Legenda West Ham itu mencetak lebih dari 300 gol sepanjang kariernya selama 17 tahun.

Namun, satu hal yang akan diingat oleh fans sepakbola Inggris adalah hat-tricknya di final Piala Dunia 1966, yang membawa pulang Piala Dunia ke Inggris untuk pertama kali dan menjadi satu-satunya hingga saat ini.

Setelah pensiun sebagai pemain, Hurst memasuki bidang manajerial. Dia bahkan mengelola Chelsea selama dua tahun sebelum akhirnya pensiun dari segala bentuk olahraga. Dia kemudian menjadi salah satu dari sedikit pemain di dunia yang dianugerahi gelar bangsawan. Ayahnya, di sisi lain, juga seorang pesepakbola profesional, tetapi kariernya sangat terpengaruh oleh Perang Dunia II. Akibatnya, dia tidak pernah bisa membuat penampilan profesional untuk negaranya.

Tidak seperti Geoff, ayahnya adalah bek tengah yang menikmati kesuksesan relatif di beberapa klub Inggris, termasuk Bristol Rovers dan Oldham Athletic sebelum menjadi pemain hingga pelatih Sudbury Town. Dia memimpin tim ke final Piala Senior Suffolk dan berada di peringkat ketiga di liga sebelum pensiun dan mengambil pekerjaan sebagai pembuat alat.

4. Diego Forlan dan Pablo Forlan

Salah satu striker paling mematikan pada dekade sebelumnya. Forlan memiliki karier sensasional di Eropa, khususnya di La Liga. Terlepas dari penampilannya yang buruk di Manchester United, Forlan berhasil pulih dan mencapai performa terbaiknya setelah meninggalkan tim asuhan Sir Alex Ferguson.

Dia bergabung dengan Liga Spanyol, dan selama waktunya di Villarreal dan Atletico Madrid, dia memenangkan penghargaan Pichichi - setara dengan Sepatu Emas Spanyol - dengan kedua klub.

Sementara di level internasional, Forlan memainkan 112 pertandingan, hanya di belakang Maxi Pereria, dan mencetak 36 gol. Saat yang menentukan datang menjelang akhir periode puncaknya selama Piala Dunia 2010.

Forlan berhasil mengalahkan Thomas Mueller, Wesley Sneijder, dan David Villa untuk memperebutkan Golden Ball, yang diberikan kepada pemain terbaik di turnamen tersebut. Uruguay finis di urutan keempat setelah kalah dari Belanda di semifinal.

Dia melanjutkan penampilannya, mencetak dua gol setelah gol pembuka Luis Suarez dan membantu Uruguay memenangkan gelar Copa America ke-15. Forlan menjadi pencetak gol terbanyak bersama Uruguay (sejak dikalahkan oleh Luis Suarez).

Sementara ayahnya, Pablo Forlan, juga seorang pesepakbola professional. Tetapi, tidak seperti putranya, dia tidak pernah berkelana ke luar Amerika Selatan selama kariernya.

Pablo memenangkan tujuh gelar Liga Uruguay bersama dengan gelar Copa Libertadores pada 1960-an, dan Copa America dengan Uruguay meskipun hanya membuat 17 penampilan untuk tim nasional.

3. Gonzalo Higuain dan Jorge Higuain

Gonzalo Higuain adalah seorang veteran kawakan yang telah menghiasi berbagai klub di dunia sepakbola. Striker Argentina yang sangat dicari itu dikaitkan dengan klub-klub besar Liga Premier selama waktunya di Real Madrid sebelum akhirnya pindah ke Napoli, di mana dia menjadi top skor Serie A dengan 90+ gol dalam tiga musim bersama klub.

Higuain memulai kariernya di Eropa bersama Real Madrid, mencetak lebih dari 100 gol liga selama enam musim sebelum pindah ke Napoli. Dia semakin membuktikan dirinya sebagai salah satu striker terkemuka di dunia sepakbola.

Sejak itu, dia telah mewakili Juventus, AC Milan, Chelsea, dan terus berada di antara skuad Nyonya Tua di bawah Maurizio Sarri.

Sementara di level internasionalnya, pemain timnas Argentina itu telah mencetak 31 gol dalam 75 pertandingan untuk negaranya dan telah mewakili negaranya di berbagai turnamen penting.

Namun, pada usia 32 tahun, Higuain berada di tahun-tahun senja kariernya dan akan berusaha memanfaatkan waktunya di level atas.

Sementara ayahnya, Jorge Higuain, adalah seorang full-back yang terkenal karena mencetak banyak gol meski berposisi sebagai bek. Ayahnya menikmati masa-masa di klub Argentina seperti Boca Juniors, River Plate, bahkan untuk klub Ligue 1 Prancis Stade Brestois 29, Higuain senior tidak pernah tampil untuk tim nasionalnya.

2. Frank Lampard dan Frank Lampard Sr.

Frank Lampard adalah legenda Chelsea. Dia telah membuat lebih dari 600 penampilan untuk klub dan mencetak 273 gol. Pencetak gol terbanyak Chelsea sepanjang masa mengukir namanya sendiri sebagai gelandang box-to-box modern dan akan dianggap sebagai salah satu pemain terbaik yang pernah bermain untuk Inggris.

Gelandang itu memenangkan tiga gelar Liga Premier, beberapa piala domestik, dan satu gelar Liga Champions selama kariernya di Chelsea. Fans setia Stamford Bridge sangat mencintainya.

Namun, sebelum Chelsea, Lampard memulai kariernya di West Ham, di mana dia menghabiskan tujuh tahun sebelum pindah ke Stamford Bridge. Sementara pendukung West Ham tidak menyukai Frank Lampard. Mereka pasti mencintai ayahnya, Frank Lampard Sr, yang membuat lebih dari 600 penampilan untuk klub.

Dia melakukan debutnya untuk klub London Timur pada usia 19 tahun pada November 1967 dan segera membuktikan dirinya sebagai bek kiri pilihan pertama The Hammers.

Namun, tidak seperti putranya, Lampard Sr hanya berhasil mengumpulkan dua caps untuk Inggris, yang pertama datang melawan Yugoslavia pada 1972. Bek kiri yang sangat kurang dihargai itu tidak bisa memperkuat tempatnya di skuad internasional.

1. Paolo Maldini dan Cesare Maldini

Definisi pemain satu klub, Paolo Maldini akan tercatat dalam sejarah sebagai bek terhebat yang pernah menghiasi permainan. Dalam karier selama lebih dari 25 tahun, mantan kapten Italia itu memenangkan 26 trofi, termasuk lima gelar Liga Champions – lebih banyak dari pemain lain di era sepakbola modern (selevel dengan Cristiano Ronaldo).

Fakta menarik, pada 28 Mei 2003, Paolo Maldini menjadi kapten AC Milan saat menjuarai Liga Champions, mengalahkan Juventus melalui adu penalti. 

Sementara ayahnya, Cesare Maldini, juga mengangkat Piala Eropa sebagai kapten AC Milan pada tanggal yang sama hampir 40 tahun sebelum putranya melakukannya.

Sama seperti putranya, Cesare menjadi kapten Milan selama lebih dari 12 tahun sebelum pindah ke Torino pada 1966. Tetapi, selama waktu itu, dia memenangkan empat gelar liga dan satu trofi Liga Champions.

Dia dianggap sebagai legenda Milan, seperti putranya, tetapi dapat dikatakan bahwa Paolo telah melampaui warisannya dan merupakan salah satu legenda dalam permainan.

(atmaja wijaya/yul)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0% Suka
  • 0% Lucu
  • 0% Sedih
  • 0% Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network