Libero.id - Zlatan Ibrahimovic adalah seorang bintang asal Swedia. Striker berusia 40 tahun itu menolak untuk tua dan kini masih bermain di Serie A bersama AC Milan.

Sepanjang kariernya, pria berbadan kekar itu dikenal memiliki ketangkasan dalam mencetak gol. Itu yang membuatnya pernah bermain untuk banyak klub.

Dia memulai kariernya dari Malmo pada 1999, sebelum bergabung dengan Ajax, Juventus, hingga pernah bermain untuk Barcelona dan Paris Saint-Germain.

Meski demikian, Ibrahimovic belum pernah merasakan trofi Liga Champions sepanjang kariernya bermain untuk klub Eropa. Tapi, soal ketangkasannya dalam mencetak gol, jangan ditanya.

via GIPHY

Bahkan, tidak jarang golnya tercipta dengan cara yang indah. Striker veteran itu telah menambahkan lebih dari 500 penampilan dan telah mencetak lebih dari 400 gol.

Namun, soal mencetak hat-trick bisa dibilang Ibrahimovic jarang melakukannya. Sepanjang kariernya hingga April 2005, Ibrahimovic tidak pernah mencetak hat-trick di level klub. Padahal, dia sudah bermain untuk tiga klub, bersama Malmo, Ajax, dan Juventus.

Beberapa fans sepakbola mungkin mengejeknya lantaran tidak bisa mencetak hat-trick. Tapi, dengan santai Ibrahimovic merasa hanya belum mau melakukannya.

Dalam sebuah pertandingan bersama Juventus, di mana Ibrahimovic memiliki kesempatan untuk mencetak hat-trick, dan pria asal Swedia membuktikan ketangkasannya di lapangan.

Dalam laga itu, Ibrahimovic tampil cemerlang sepanjang pertandingan. Cara dia menggiring bola ke depan dengan sepatunya seolah dia mengatakan. "Sekarang? Anda ingin saya mencetak gol sekarang? Tidak, saya akan membuatmu menunggu lebih lama, hanya karena saya menyukainya."

Bagaimanapun, seorang pria seperti Ibrahimovic tumbuh menjadi pemain hebat dan paling penting di lapangan. Ibrahimovic membangun mitologinya sendiri dengan cara yang lebih improvisasi sebelum dia menemukan cara terbaik dan paling efisien untuk melakukannya. Dialah yang paling tahu tentang dirinya sendiri.

Jika gol pertama memperlihatkan Ibrahimovic yang muda dan sombong, yang kedua dan ketiga memasukkan versi yang lebih klinis yang kita lihat lebih banyak saat dia tumbuh dewasa.

Namun, dalam kasus Ibrahimovic, hal-hal yang jauh lebih linier: ada jenis kesombongan yang tidak dewasa dengan masa tuanya, bahkan di tengah-tengah lebih banyak mencetak gol klinis, seperti yang kita lihat nuansa kesederhanaan di musim pertama di Turin.

Dengan gol kedua dan ketiga, seolah dia menegaskan kembali hat-trick perdananya dan mengatakan: "Sebenarnya mengapa saya harus menunggu lebih lama lagi?' – dan tidak pernah ada saran dia memilih opsi, karena itu satu-satunya yang bisa dia ambil."

Ini adalah trik nyata untuk memberi kesan mengambil bola dan mengembalikannya ke lingkaran tengah, bahkan sebelum Anda melepaskan tembakan. Tapi, inilah yang Anda lihat dengan gol nomor dua.

via GIPHY

Adapun upaya hat-trick, Anda memiliki seorang pria yang memutuskan untuk mencetak gol yang berbeda, hanya karena dia belum melakukannya hari ini.

Sangat tepat bahwa warna jersey Juventus musim itu memberikan suasana lain, bahkan jika pria berbaju hitam mendominasi merah dan kuning dari awal hingga akhir.

via GIPHY

Dia adalah penipu yang menominasikan kantong untuk bola delapan, sementara masih ada dua kartu merah di atas meja, dan mengetahui dia masih memiliki sudut untuk menyimpannya ketika saatnya tiba.

Namun, musim kedua Ibrahimovic di Juventus jauh lebih tidak produktif daripada yang pertama, itu tidak mengubah fakta bahwa musim panas 2006 merupakan persimpangan jalan bagi pemain Swedia itu.

Skandal Calciopoli membuat Juve turun ke Serie B, sementara yang lain bertahan untuk membawa I Bianconeri kembali ke papan atas (dan dalam banyak kasus memperkuat status mereka sebagai pahlawan klub), Ibrahimovic bukan salah satu dari jumlah itu.

Tapi, Ibrahimovic tidak bisa diragukan. Dia adalah salah satu striker terbaik yang masih bermain hingga sekarang.

(atmaja wijaya/yul)