Marcello Lippi
Libero.id - Piala Dunia 2022 kehilangan salah satu negara spesialis juara, Italia. Meski angin-anginan, Gli Azzurri punya reputasi bagus di ajang antarnegara paling bergengsi itu. Mereka juara empat kali dengan yang terakhir pada 2006.
Hingga hari ini, para pendukung Italia masih mengingat dengan jelas sepak terjang para pemain saat menjuarai turnamen di Jerman. Saat itu, Italia dilatih Marcello Lippi, dan diperkuat banyak pesepakbola hebat dunia. Mulai dari Marco Materazzi di belakang, Andrea Pirlo di tengah, hingga Francesco Totti di depan.
Dan, baru-baru ini, sang mantan pelatih menceritakan pengalaman uniknya ketika membawa Italia mengalahkan Prancis di Berlin lewat sebuah pertandingan yang diingat orang sebagai panggung tandukan Zinedine Zidane ke Materazzi.
Menurut pelatih yang sudah memenangkan banyak piala, termasuk Serie A dan Liga Champions, menjuarai Piala Dunia adalah puncak prestasinya. "Saya menang di banyak ajang. Tapi, percayalah, tidak ada yang bisa menggantikan kepuasan memenangkan Piala Dunia dengan negara anda sendiri," kata Lippi, dilansir Football Italia.
"Tidak ada Liga Champions atau Scudetto yang bisa dibandingkan dengan Piala Dunia. Emosi memberi Italia sebuah Piala Dunia benar-benar unik," tambah pelatih yang kini sudah pensiun itu.
Gli Azzurri memenangkan turnamen di Jerman. Dan, menurut Lippi banyak warga Italia yang tinggal di negara tersebut datang menemui dirinya dan skuad. "Percayalah, ada orang Italia yang datang ke hotel di Jerman. Dia menangis dan meminta kami untuk memberi mereka momen kebahagiaan ini. Dan, kami melakukannya. Itu luar biasa," tambah Lippi.
Italia lolos ke final setelah menghadapi tuan rumah di semifinal. Mereka menang 2-0 lewat perpanjangan waktu dengan dua gol Fabio Grosso dan Alessandro del Piero. "Seperti biasa di kompetisi ini, anda butuh keberuntungan. Dan, kami berhasil menghindari negara-negara besar hingga semifinal," ucap Lippi.
Lippi mengungkapkan ada anekdot menarik dari persiapan hingga pertandingan melawan Die Mannschaft, yang jauh lebih diunggulkan karena permainan bagus plus dukungan publik tuan rumah.
"Pagi hari di semifinal dengan Jerman, kami sedang melakukan pemanasan di dekat Dortmund ketika saya melihat kilatan cahaya datang dari pepohonan di dekatnya. Saya curiga beberapa fotografer bersembunyi dan mencoba mendapatkan informasi dari orang dalam tentang taktik kami," kata Lippi.
????
A true coaching legend of Italian football.A very happy birthday to Il Mister, 2006 #WorldCup winner Marcello Lippi ? pic.twitter.com/zqTMJUdU2f
— FIFA World Cup (@FIFAWorldCup) April 12, 2019
"Jadi, saya memberi tahu para pemain saya tentang hal itu. Saya meminta mereka semua berbaris dengan punggung menghadap ke pohon. Dan, atas perintah saya, membungkuk dan menarik celana pendeknya ke bawah," ungkap mantan pelatih Juventus itu.
"Mereka melakukannya dan kami semua tertawa. Fakta bahwa tidak ada foto yang diterbitkan menunjukkan bahwa tidak ada fotografer. Tapi, setidaknya kami bersenang-senang. Itu elemen yang sangat diperlukan untuk tim pemenang," ujar Lippi.
"Kualitas teknis saja tidak cukup jika anda tidak memiliki harmoni dalam kelompok. Pelatih terbaik bukanlah yang paling berkompeten, melainkan yang mampu menciptakan semangat tim terbaik," tambah pelatih yang idektik dengan rambut putih dan cerutu.
04/07/06 - 2006 World Cup Semi-Final
Italy 2-0 Germany
119th Min - Grosso
— My Greatest 11 (@MyGreatest11) July 4, 2021
121st Min - Del Piero pic.twitter.com/vcLMAggkbi
Lippi saat ini sudah pensiun sebagai pelatih. Keputusan itu diambil pada 2019 setelah serangkaian pengalaman menjadi pelatih di Asia bersama Guangzhou Evergrande dan tim nasional China. Dia tidak sungkan menyebut uang sebagai alasan memilih menjadi pelatih di Negeri Tirai Bambu.
"Saya telah memenangkan segalanya. Tapi, saya merasa bahwa pada tingkat ekonomi, saya tidak memanfaatkan cara yang seharusnya saya lakukan dalam karier saya. Jadi, setelah banyak proposal, saya akhirnya menerima China," ungkap pria berusia 74 tahun itu.
"Mereka akan merekrut Guus Hiddink. Jadi, saya bertanya berapa mereka akan membayarnya. Itu 10 juta euro (Rp253 Miliar) per tahun. Pada saat itu, saya berkata: 'oke'. Saat itu, saya memenangkan Liga Champions Asia, yang belum pernah dimenangkan klub China sebelumnya," pungkas Lippi.
??
Guangzhou Evergrande, led by the legendary Marcello Lippi, lift their first #ACL ? #OTD in 2013, ending ?? 23 year drought for the ? pic.twitter.com/YhAb3XFMBF
— #ACL2022 (@TheAFCCL) November 9, 2020
(atmaja wijaya/anda)
Kenalkan Kenzo Riedewald, Pemain Berdarah Suriname-Indonesia yang Siap Bela Timnas U-17
Bima Sakti berencana memasukan namanya ke timnas U-17.Profil Ellie Carpenter, Pemain yang Mampu Saingi Lemparan ke Dalam Pratama Arhan
Dia adalah pemain Timnas Wanita Australia...Profil Julian Schwarzer, Penjaga Gawang Filipina yang Kini Bermain Bersama Arema FC
Pernah bermain di Inggris bersama Fulham...Profil Amara Diouf, Pemain Muda Senegal yang Dianggap Sebagai The Next Sadio Mane
Pada Piala Dunia U-17 2023 Amara Diouf bisa jadi ancaman berbahaya...
Opini