Kisah Myanmar, Raja Sepakbola SEA Games yang Kini Jadi Tim Medioker

"Tim ini akan jadi lawan Indonesia di laga terakhir Grup A."

Biografi | 15 May 2022, 02:19
Kisah Myanmar, Raja Sepakbola SEA Games yang Kini Jadi Tim Medioker

Libero.id - Jauh sebelum SEA Games menemukan formatnya seperti sekarang, multievent olahraga Asia Tenggara itu bernama SEAP Games. Itu adalah pekan olahraga untuk negara-negara di Semenanjung Malaya. Dan, Myanmar adalah raja di sepakbola. Tapi, kini kondisi berbalik 180 derajat.

SEAP Games alias Southeast Asian Peninsular Games diselenggarakan atas usaha Myanmar (Burma), Kamboja, Laos, Malaya (Malaysia), Thailand, dan Vietnam Selatan. SEAP Games pertama kali digelar di Bangkok pada 1959, diikuti enam negara, dan mempertandingan 20 cabang olahraga.

Seperti SEA Games, sepakbola juga menjadi cabang olahraga primadona. Semua peserta berlomba-lomba menjadi yang terbaik di lapangan hijau. Salah satunya, Myanmar.

Fakta menunjukkan, Myanmar meraih emas SEAP Games berkali-kali. Contohnya, 1965 (juara bersama Thailand), 1967, 1969, 1971, dan 1973. Tiga tim lainnya yang pernah menjuarai sepakbola adalah Vietnam Selatan (1959), Malaya (1969), dan Thailand (1965, 1975).

Selain emas, Myanmar juga mendapatkan medali perak (1961) dan perunggu (1975). Hanya edisi perdana mereka gagal meraih medali karena menempati peringkat keempat.

Namun, seiring berjalannya waktu, semuanya berubah. Ketika SEAP Games mengakomodasi negara-negara di luar Semenanjung Malaya, peta persaingan berubah. Pada 1977, Brunei Darussalam, Indonesia, dan Filipina ikut ajang bergengsi ini. Jadi, SEAP Games berubah menjadi SEA Games.

Perubahan itu ternyata membawa dampak negatif bagi Myanmar. Dominasi mereka di lapangan hijau mulai pudar perlahan-lahan. Di Era SEA Games, Myanmar hanya mendapatkan medali perunggu pada 1977, 2001, 2011, dan 2019. Ada lagi perak pada 1993, 2007, dan 2015.

Usaha untuk mendapakan kembali medali emas akan dilakukan tahun ini di Vietnam. Syaratnya, mengalahkan Indonesia pada pertandingan terakhir Grup A, Minggu (15/5/2022). Sebab, hanya tiga poin yang bisa membawa mereka ke semifinal. Sebaliknya, Indonesia hanya butuh skor imbang karena punya selisih gol lebih baik.

Catatan menunjukkan, Myanmar dan Indonesia sudah bertemu 12 kali sejak 1977. Indonesia unggul enam kali. Empat laga sisanya imbang dan dua kali Indonesia kalah.

Di atas kertas, tren Indonesia cenderung naik. Setelah kalah di laga bertama dari Vietnam, Garuda Muda bangkit untuk mengalahkan Timor Leste dan Filipina. Sebaliknya, grafik Myanmar cenderung turun. Setelah mengalahkan Timor Leste dan Filipina, mereka dikalahkan Vietnam.

"Pemain telah bekerja keras pada pertandingan ini (versus Filipina). Selanjutnya, kami fokus melawan Myanmar. Lami tentu ingin meraih kemenangan dan lolos semifinal," kata Shin Tae-yong.

(andri ananto/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0% Suka
  • 0% Lucu
  • 0% Sedih
  • 0% Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network