Bagaimana Jose Mourinho Mengubah AS Roma? Ini Analisisnya

"Awalnya, diragukan. Kini, hasil yang membuktikan. Apa rahasianya?"

Analisis | 26 May 2022, 19:31
Bagaimana Jose Mourinho Mengubah AS Roma? Ini Analisisnya

Libero.id - AS Roma akhirnya mengakhiri puasa gelar Eropa dengan memenangkan Liga Konferensi Eropa. Salah satu faktornya, sentuhan tangan dingin pria dengan selera humor buruk, Jose Mourinho.

Hidup benar-benar seperti rollercoaster bagi Mourinho. Masih jelas dalam ingatan ketika Daniel Levy memecat pelatih asal Portugal itu hanya enam hari sebelum Tottenham Hotspur tampil di final Piala Liga Inggris 2020/2021. Saat itu, banyak penggemar Spurs yang senang dengan kepergian Mourinho.

Selanjutnya, ketika diumumkan sebagai pelatih baru Roma pada awal musim 2021/2022, Mourinho dipuji sebagai mesias yang akan menyelamatkan klub dari keterpurukan. Di mata mereka, dia masih The Special One yang menginspirasi Inter Milan meraih treble winners 2009/2010.

Sebaliknya, oleh rival Roma, kedatangan Mourinho menjadi bahan olok-olokan. Contoh yang diingat orang hingga detik ini adalah komentar legenda Lazio, Paolo di Canio.

"Anda mendapatkan yang terburuk dari yang terburuk. Saya mengerti anda membutuhkan nama besar. Tapi, itu (Mourinho) seperti ketika anda merekrut pemain yang sudah tua. Dia bahkan tidak bermain sepakbola. Dia bermain antisepakbola," kata Di Canio saat itu, dilansir Football Italia. 

"Anda mungkin menikmati diri dalam beberapa konferensi pers karena kontroversi membuat theater yang bagus. Tapi, izinkan saya memberi tahu anda, untuk membangun kembali sebuah klub, dia adalah yang terburuk yang bisa anda dapatkan," tambah mantan pemain West Ham United itu.

Namun, setelah semusim berlalu, komentar Di Canio seperti menampar muka sendiri. Roma memang tidak berada di zona Scudetto. Tapi, mereka berhasil lolos ke Liga Europa musim depan. Dan, yang terbaru, juara Liga Konferesensi Eropa.

"Ini mengejutkan di satu sisi, karena Roma mengalami waktu yang sangat sulit sebelum dia (Mourinho) tiba. Mereka tidak berada di level yang sama dengan rival utama mereka di Italia. Tapi, sekarang mereka semakin dekat dan dekat di bawah dia," kata mantan pemain Portugal yang kini jadi komentator pertandingan, Adrien Silva.

"Tapi, di sisi lain, tidak mengherankan jika mereka sekarang melakukannya dengan baik karena itu adalah Jose Mourinho! Dan, dia telah menunjukkan di banyak klub selama kariernya bahwa dia adalah salah satu yang terbaik di dunia. Itu menunjukkan kepada anda bahwa terkadang klub hanya butuh pelatih yang tepat pada waktu yang tepat," tambah Silva.

Mourinho dan Roma, tak diragukan lagi kini tampil sebagai pasangan yang sempurna. Paling tidak, mereka telah memberi energi positif.

Mourinho telah mengakui bahwa dia merasakan itu dan berhasil membangkitkan gairah yang positif kepada para penggemar yang telah lama menderita sejak hari pertamanya kembali ke Italia. Ratusan orang datang untuk menyambutnya di Roma. Sementara sebuah mural terlukis di kawasan Testaccio menggambarkan Mourinho yang tersenyum mengenakan syal I Giallorossi dan mengendarai Vespa yang dibuat khusus.

Lalu, apa yang dikerjakan Mourinho untuk membuat Roma seperti sekarang ini? Secara keseluruhan, statistik Roma di Serie A tidak begitu mengesankan. Mourinho hanya mengumpulkan 63 poin. itu satu poin lebih banyak dari yang diraih Paulo Fonseca di musim terakhirnya memimpin.

Namun, salah satu yang dipuji dari Mourinho adalah keberhasilannya memanfaatkan skuad kecilnya untuk bersatu. Tentu saja, Direktur olahraga Roma yang mengatur transfer. Tapi, Mourinho tetap punya peran.

Salah satu bukti keberuntungan Mourinho adalah Tammy Abraham. Secara efektif, dia menjadi pembelian tepat Mourinho. Pemain Inggris tersebut telah menikmati musim debut bersejarah di Serie A. Dia juga menjadi bintang selama kampanye Roma di Liga Konferensi Eropa.

"Karena dia bisa melakukan yang lebih baik dan dia tahu itu! Dia adalah pemain hebat dengan potensi untuk menjadi lebih besar lagi," kata Mourinho tentang alasan mendatangkan Abraham ke Italia, kepada Sky Sports Italia.

Membangkitkan pemain yang terpuruk memang keahlian Mourinho. Contoh selain Abraham ada di Inter pada 2009/2010. "Ketika anda berlatih di bawah Mourinho, dia mengambil pemain normal dan bisa membuatnya percaya bahwa dia adalah pemain terbaik di dunia," kata mantan kiper I Nerazzurri, Julio Cesar.

"Saya ingat suatu hari, saya tidak bermain dengan baik. Baginya untuk memotivasi saya dan membuat saya percaya bahwa saya adalah salah satu penjaga gawang terbaik, dia berkata: kamu bisa menjadi salah satu yang terbaik di dunia, tapi hari ini kamu bermain seperti pemain Serie C!' Dan, itu berhasil," tambah kiper Brasil itu.

Menariknya, Cesar dan banyak mantan rekan setimnya di Inter masih berkomunikasi dengan Mourinho di grup WhatsApp yang dibuat khusus untuk merayakan kemenangan treble winners bersejarah.

"Mourinho menangis setelah semifinal (melawan Leicester City) karena dia tahu betapa pentingnya itu bagi para penggemar Roma. Setelah 30 tahun, para penggemar Roma dapat melihat tim mereka di final Eropa. Dia adalah pelatih yang memenangkan Liga Champions dua kali dan Liga Europa . Tapi, saya mengenalnya dengan sangat baik dan saya tahu betapa dia ingin memenangkan final," ungkasp Cesar.

Mourinho kini telah menjadi pelatih pertama yang mencapai final kompetisi UEFA dengan empat klub berbeda. Dia juga menjadi yang pertama memenangkan semuanya (Liga Champions, Liga Europa, dan Liga Konferensi Eropa). Bahkan, jika dihitung saat menjadia sisten Sir Bobby Robson di Barcelona, jumlagnya empat dengan Piala Winners 1996/1997.

(diaz alvioriki/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0% Suka
  • 0% Lucu
  • 0% Sedih
  • 0% Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network