Kisah Gavin Holligan, Jebolan West Ham Bantir Stir Jadi Musisi Jazz

"Penyebab utama yang membuatnya beralih profesi."

Biografi | 31 May 2022, 02:09
Kisah Gavin Holligan, Jebolan West Ham Bantir Stir Jadi Musisi Jazz

Libero.id - Ketika Gavin Holligan berusia 18 tahun, dia masih merupakan pesepakbola. Dia tampil untuk West Ham United dan mengacak-acak Liverpool dalam pertandingan yang berakhir dengan skor 2-2 di Anfield. Dia masuk menggantikan Joe Cole dan hampir mencetak gol ke gawang Liverpool.

Itu adalah pertandingan spesial untuk penggemar masa kecil The Reds, yang masuk sebagai pemain pengganti dengan waktu 10 menit tersisa, di mana saat itu West Ham masih diperkuat oleh Rio Ferdinand dan Frank Lampard. "Itu adalah momen dalam waktu singkat yang tidak akan pernah saya lupakan," katanya.

Tetapi, pada usia 24, dan setelah serangkaian cedera yang mengganggu, Holligan kehilangan selera untuk bermain.

Minat lamanya mulai muncul Kembali, yakni bermusik. Dia merupakan seorang vokalis dan keyboardis. Alumnus The BRIT School, di mana para musisi hebat seperti Adele, Amy Winehouse, dan Jessie J mengasah keahlian mereka. Dunia seperti itulah yang akhirnya dia jalani hingga kini.

Hari ini, orang-orang mengenalnya sebagai penyanyi dan pemain jazz yang brilian. Holligan, yang kini berusia 41 tahun, telah membintangi panggung bersama Stevie Wonder, bermain di festival musik Coachella dengan penyanyi Welsh Duffy, dan melakukan tur dengan Gloria Gaynor.

Sepertinya lirik lagu klasik dari penyanyi soul Amerika 'I Will Survive' adalah mantra untuk Holligan saat dia dengan berani pindah dari sepakbola ke musik.

"Sepakbola adalah impian saya sebagai anak muda, sebelum saya memulai karier di bidang musik," katanya kepada SunSport secara eksklusif.

"Saya bergabung dengan akademi Crystal Palace, patah hati setelah saya dibebaskan, kemudian setelah bermain di tim non-liga, Walton, Hersham, dan Kingstonian. Saya pergi ke West Ham ketika saya baru berusia 18 tahun.”

"Pada saat itu, saya telah selesai di The BRIT School, tetapi saya fokus pada sepakbola setelah mengobrol dengan ayah saya yang mengatakan bahwa saya dapat melakukan musik setelahnya."

Menyusul kepindahan 150.000 pounds / Rp 2,7 millar ke The Hammers pada 1998, menjadikan Holligan sebagai penandatanganan non-liga termahal dalam sejarah.

Namun, Holligan gagal meyakinkan manajer Harry Redknapp tentang kemampuannya dan dikirim untuk berlatih bersama tim junior.

Holligan kemudian dilepas oleh West Ham, sebelum menandatangani kontrak dengan Lawrie Sanchez di Wycombe dan tampil mengagumkan.

Tapi, ketika Tony Adams mengambil alih, dia ditemukan kelebihan persyaratan dan dikirim ke tempat lain.

Kecintaan Holligan pada permainan mulai berkurang, dan setelah kembali bermain di klub  non-liga karena cedera Havant & Waterlooville juga memakan korban. "Saya ingat berhenti karena cedera, dan berpikir ini adalah terakhir kalinya saya benar-benar bermain di level kompetitif," kenangnya.

"Saya tahu pada saat itu saya tidak bisa mempertahankannya, ditambah demoralisasi karena harus terus berjuang melawan cedera dan merasa sedikit gangguan karena Anda dibayar untuk bermain sepakbola terlalu banyak."

Pada usia 24 tahun, Holligan ditinggalkan di tumpukan sampah sepakbola. Tapi, mengingat kembali percakapannya dengan ayahnya, dia selalu tahu musik adalah sesuatu yang bisa dia andalkan.

Dia menjangkau teman-teman dari hari-harinya di The BRIT School, dan mulai bekerja sebagai penyanyi sewaan untuk berbagai seniman mapan.

Pada 2008, Holligan yang berbakat berhasil mendapatkan pekerjaan di Tur AS milik penyanyi 'Mercy' Duffy.

Dia memainkan beberapa lagu dan tampil di festival musik Coachella. "Itu adalah waktu yang menakjubkan," katanya.

"Kami manggung di Coachella, yang merupakan pengalaman luar biasa, dan saya juga muncul di Jay Leno dan David Letterman.”

"Kemudian tidak lama setelah itu saya bergabung dengan band pendukung Gloria Gaynor untuk serangkaian pertunjukan merayakan peringatan 30 tahun hitnya 'I Will Survive'.”

"Saya berpikir menjadi mantan pemain sepakbola Liga Premier memberi saya semacam pujian kepada rekan-rekan saya, tetapi itu membantu bahwa saya juga tak buruk di keyboard."

Kemudian pada 2010, Holligan mulai bekerja dengan legenda musik sejati di Stevie Wonder, yang juga berpengaruh besar.

"Dia adalah salah satu pahlawan saya, jadi diminta bekerja dengannya adalah masalah besar bagi saya," katanya.

"Jelas, dia sangat berbakat secara live. Dia baru saja mendapatkan energi kosmik ini, dan sepertinya dia bisa melihat ke dalam jiwamu."

Holligan menikmati kehidupan keduanya. Yang pertama adalah sebagai pesepakbola profesional. Sekarang, untuk bab keduanya, dia merilis musiknya sendiri.

Single terbaru 'This Hotel Is Closed' sedang banyak diputar di Jazz FM saat ini. Sementara beberapa jadwal live juga direncanakan. "Terlibat dalam musik sangat berbeda dengan dunia sepakbola,” ungkapnya.

"Saya bisa mendapat telepon besok dari grup yang kehilangan pemain sebelum mereka bermain melawan Glastonbury, dan saya tidak memerlukan persiapan pra-pertandingan seperti jika saya dipanggil untuk pertandingan penting di menit terakhir.”

"Tapi, sekarang saya orang yang lebih tua, tahu lebih banyak tentang kehidupan dan melihat hal-hal yang berbeda ketika saya masih remaja. Saya bahagia di mana saya berada.”

"Mungkin, saya dilahirkan untuk menjadi musisi daripada pesepakbola profesional," tutupnya.

(mochamad rahmatul haq/yul)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0% Suka
  • 0% Lucu
  • 0% Sedih
  • 0% Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network