Kisah Laga Perpisahan Fandi Ahmad di Niac Mitra, Taklukkan Arsenal

"Arsenal untuk pertama kalinya kalah dalam tur ke Indonesia."

Feature | 15 June 2020, 15:22
Kisah Laga Perpisahan Fandi Ahmad di Niac Mitra, Taklukkan Arsenal

Libero.id - Pada Juni 1983, datanglah salah satu klub paling populer di Inggris, Arsenal ke Indonesia. Musim sebelumnya mereka mendapati hasil kurang menyenangkan di liga dengan berada di peringkat sepuluh.

Rombongan Arsenal dipimpin pelatih Terry Neill dimana mereka menjalani tiga pertandingan. Bermula di Medan, mereka mengalahkan VSP 3-0 sebelum ke Jakarta berhadapan dengan VSPSSI di mana mereka menang 5-0.

Kemudian mereka melawat ke Surabaya dalam pertandingan terakhirnya.

Laga itu akan dikenang selamanya oleh legenda sepakbola Singapura sekaligus Asia Tenggara, Fandi Ahmad.

Fandi Ahmad lahir pada 1962 dan membuat debut untuk Singapore FA pada 1979. Dua tahun kemudian dia terpilih sebagai pemain terbaik Singapura setelah mengantar timnya ke final Piala Malaysia.

Dia tampil pada laga ujicoba lawan Boca Juniors dan tawaran datang kepadanya. Namun, tidak ada kabar lanjutan mengenai tawaran Boca. Pada Mei 1979, dia diundang untuk mengikuti trial tiga pekan bersama Ajax Amsterdam.

Datang juga tawaran dari Ypung Boys di Swiss dan beberapa tim Malaysia. Namun dia memilih untuk bergabung dengan Niac Mitra di Galatama pada 1982. Dia bergabung selama satu musim bersama rekan senegaranya David Lee.

Dia terpaksa pulang ke negaranya karena penerapan larangan menggunakan pemain asing di Indonesia ketika itu.

Laga perpisahannya dengan Niac Mitra adalah melawan Arsenal pada 16 Juni 1983. “Saya belum bisa memutuskan kemana akan pergi. Saat ini saya puas dengan sambutan luar biasa dari fans yang juga saya kagumi. Mungkin suatu masa nanti akan ada kesempatan kembali bagi kami,” ujar Fandi.

Diceritakan John Duerden dalam bukunya Tiger and Lions, Fandi mencetak gol pembuka delapan menit sebelum turun minum di hadapan 30 ribu penonton yang memadati Stadion Gelora 10 Nopember, Tambaksari, Surabaya. Arsenal saat itu kalah meskipun mereka menampilkan komposisi terbaiknya. Skor akhir 0-2 dengan satu gol tuan rumah lain dicetak Djoko Malis pada menit 85.

David O’Leary menjadi kapten dengan posisi penjaga gawang diisi legenda Pat Jennings. Ada pula Graham Rix, Alan Sunderland, Brian Talbot dan Kenny Sansom. Diakui pelatihnya, kekalahan itu karena udara panas dan juga pemainnya banyak yang kelelahan main tiga kali dalam enam hari di Indonesia.

Setelah membela Niac Mitra, Fandi Ahmad bergabung dengan Groningen di Belanda. Saat itu merupakan berita besar di Asia karena jarang ada pemain Asia yang bergabung dengan tim Eropa. Saat itu hanya terdengar nama Cha Bum-keun dari Korsel yang bermain untuk Eintracht Frankfurt dan Bayer Leverkusen. Juga ada Yasuhiko Okudero yang bergabung dengan Koln. Pada 1999 Fandi termasuk dalam 25 pemain tergabung dalam Hall of Fame, Groningen, kota kecil di sebelah utara Belanda.

Yang menarik 2010 dilaporkan anak Fandi Ahmad menjalani trial di Arsenal, klub yang pernah dibobol ayahnya di Surabaya.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0% Suka
  • 0% Lucu
  • 0% Sedih
  • 0% Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network