Libero.id - Pada 2021 lalu, pemain Australia itu secara gamblang mengaku sebagai gay dan kini ia memiliki keinginan untuk bermain di Piala Dunia 2022.
Namun niatnya tersebut dibarengi dengan kekhawatirannya terkait larangan LBGT di Qatar.
Bermain untuk Adelaide United di A-League, Cavallo menjadi pemain sepak bola aktif pertama yang resmi sebagai gay pada Oktober 2021.
Pria Australia itu berbicara tentang keinginannya untuk mewakili negaranya di Piala Dunia di Qatar, serta kecemasannya tentang bepergian ke sana sebagai seorang pria gay.
“Jika saya mewakili Australia di Piala Dunia, dan saya memberikan segalanya untuk melakukannya, itu akan menjadi suatu kehormatan, tetapi pada saat yang sama, hukum bertabrakan,” ujar Cavallo kepada Sky Sports.
"Saya ingin melakukan sesuatu yang sangat baik dalam karir saya. Saya selalu bermimpi bermain untuk negara saya di Piala Dunia, tetapi apakah saya ingin hidup saya dalam bahaya?"
Lebih jauh ia merasa mungkin saja dihormati mengingat statusnya sebagai pesepakbola internasional, percaya bahwa setiap orang harus diperlakukan sama.
"Saya pasti ingin pergi ke Piala Dunia, ya. Saya ingin menunjukkan bahwa itu baik-baik saja untuk semua orang. Ini tidak hanya baik-baik saja untuk Josh Cavallo karena dia adalah pemain sepak bola dan dia dilindungi, saya ingin itu baik-baik saja untuk siapa pun," lanjut Cavallo.
Cavallo bercita-cita menjadi panutan bagi mereka yang mengalami penindasan di negara-negara di mana gay dianggap sebagai kejahatan.
“Dalam semua pesan saya, banyak orang dari negara-negara itu yang harus melarikan diri untuk bisa hidup bebas dan menjadi diri sendiri. Saya harap ini akan berubah di masa depan, karena tidak seperti sekarang. Itu sesuatu yang bisa kita ubah. sekitar," tambah Cavallo.
Posisi Qatar Tegas
Pada Desember 2021, Nasser Al-Khater, ketua panitia penyelenggara Piala Dunia 2022 Qatar, membahas kemungkinan Cavallo bermain di Piala Dunia.
"Kami menyambutnya dan mengundangnya untuk datang dan melihat negara itu sebelum Piala Dunia," ujar Al-Khater kepada awak media.
"Tidak ada yang merasa terancam di sini. Saya pikir persepsi bahaya ini disebabkan oleh berbagai tuduhan dan berita yang memberikan gambaran negatif tentang negara ini."
Namun dalam wawancara yang sama dirinya tetap tegas dengan pelarangan LBGT.
"Homoseksualitas tidak diperbolehkan. Menunjukkan kasih sayang di depan umum tidak disukai dan ini berlaku untuk semua orang," lanjutnya.
(muflih miftahul kamal/muf)
Opini