Racing Club vs Independiente
Libero.id - Kita semua pernah mendengar tentang Boca Juniors dan River Plate, dan semua orang tahu apa yang dipertaruhkan saat kedua klub itu bertanding di atas lapangan.
Namun, ada satu derby yang tak kalah menarik. Adalah derby Avellaneda yang mempertemukan antara Independiente versus Racing Club. Walau mungkin bukan yang terbesar di Argentina, tapi duel itu salah satu yang terbaik.
Bagaimana tidak, kedua klub tersebut merupakan klub tetangga. Dalam pengertian yang sebenar-benarnya. Kedua stadion mereka hanya dipisahkan jarak 300 meter.
?? @Independiente vs @RacingClub.
? Estadio Libertadores x Estadio Presidente.
? Avellaneda, Argentina.
? One of the countries biggest rivalries...
? ...with 300 meters between both stadiums. pic.twitter.com/Ot28zLeEtY
— SPORF (@Sporf) February 25, 2019
Rivalitas langsung terjadi ketika kedua klub tersebut pertama kali bertemu pada 9 Juni 1907, pertandingan yang dimenangkan oleh Los Diablos Rojos (julukan Independiente).
Dan, rivalitas mereka makin panas pada 1915, di mana Independiente kembali meraih kemenangan 2-1. Namun, kemenangan tersebut dibatalkan di pengadilan setelah klub itu dituduh menurunkan pemain yang tidak memenuhi syarat.
Racing dianugerahi kemenangan sebagai gantinya, dan poin sudah cukup bagi La Academia untuk meraih gelar musim itu.
Selanjutnya, seperti yang dicatatkan sejarah, Racing Club mendominasi sepak bola Argentina selama paruh pertama abad ke-20, memenangkan 15 gelar liga hingga 1966.
Semua itu bisa dibilang dimulai ketika Racing Club memiliki stadion sendiri, Stadion 'Cilindro' alias Presiden Juan Domingo Peron, yang megah pada 1950. Bahkan, sejak pembangunan fondasinya saja, stadion di pinggir Buenos Aires itu sudah siap untuk membuat Argentina terpukau.
Racing Club dan Indipendiente sama-sama berdiri pada era awal abad ke-20. Kelahiran kedua tim tersebut hanya berjarak dua tahun saja. Racing terbentuk lebih dulu pada 1903. Menyusul kemudian Independente pada tanggal 1 Januari 1905.
Namun, Indipendiente lahir bukan di Avellaneda, tetapi di Kota Buenos Aires. Kemudian, pada 1907, mereka pindah ke Avellaneda. Dengan jarak stadion sedekat itu, mudah untuk memancing emosi antarsuporter.
Rivalitas kedua klub itu salah satunya memang dipicu dari suporter. Dua kelompok suporter terbiasa saling ejek dan melempar sindiran. Bahkan, saat kedua tim tidak bermain, masing-masing suporter di dalam stadion membuat kegaduhan dengan ejekan.
Jika kedua tim bertanding hari ini, maka hawa rivalitas sudah terjadi paling tidak seminggu sebelum pertandingan berlangsung. Dalam kehidupan nyata, dua orang sahabat bahkan bisa sejenak bermusuhan jika mereka masing-masing mendukung Racing Club atau Indipendiente.
Sebagai perumpamaan, kedua tim tidak bisa tidur nyenyak karena tetangga mereka yang berisik.
Pernah satu ketika saat Racing Club menjuarai kompetisi, para penggemar Independiente berjalan kaki ke markas tetangga mereka, dan mengubur tujuh kucing hitam di bawah salah satu pintu masuk stadion.
Takhayul atau tidak, kutukan menguasai Racing Club sejak itu, dan secara misterius, Racing Club hanya memenangkan tiga gelar liga. Bahkan, Racing sempat terdegradasi dari papan atas pada 1980. Mereka akhirnya pulih dari kutukan itu, walau mereka hampir kehilangan gelar pertama mereka selama hampir 40 tahun pada 2001.
Sementara Racing bertanya-tanya bagaimana cara menghilangkan kutukan ini, Independiente tidak membuang waktu untuk menjadi jagoan baru. Mereka menambahkan sembilan trofi Superliga, di mana sebelumnya mereka telah memenangkan trofi yang sama sebanyak tujuh kali.
Rivalitas kedua klub ini sebetulnya tidak seperti banyak rivalitas klub lainnya, yang dipicu dari pandangan politik yang kontras, atau dari penghinaan sosial, bahkan perbedaan kekayaan finansial. Ini adalah kisah tentang dua tetangga yang tidak tahan satu sama lain - dan mereka akan melakukan apa pun untuk menjadi yang teratas.
Seperti halnya ketidaksukaan yang penuh gairah, bisa jadi ada temperamen pendek. Ketika ada temperamen pendek, kekerasan dan kekacauan sering terjadi. Derby Avellaneda tidak terkecuali.
Emosi memuncak pada 1961, ketika masalah di tribun penonton menular ke lapangan, dan wasit harus menghentikan pertandingan selama enam menit saat mencoba untuk mendapatkan kembali kendali atas situasi yang kisruh. Pada akhirnya, wasit dalam pertandingan itu mengeluarkan tujuh kartu merah yang luar biasa selama 90 menit - tiga untuk Racing dan empat untuk Independiente.
Sementara pertemuan pada 2006 terbukti sama kontroversialnya, ketika pendukung Racing yang marah bentrok dengan polisi di stadion, dengan tim mereka tertinggal 2-0 berkat gol bintang muda Independiente saat itu, Sergio Aguero. Wasit tidak melihat pilihan selain menangguhkan permainan, dan bintang-bintang meninggalkan lapangan sebelum pertandingan selesai.
Independiente dianugerahi kemenangan setelah insiden tersebut, dan penggemar Racing dilarang melakukan perjalanan ke pertandingan tandang selama beberapa minggu karena suporter mereka dinyatakan bersalah.
(mochamad rahmatul haq/yul)
Kisah Jersey ala Cristiano Ronaldo di Barito Putera, Kini Puncaki Klasemen Liga 1
Apakah ini akan bertahan lama atau sementara?Gokil! Marselino Ferdinan Cetak 2 Gol Lawan FC Groningen di Laga Pramusim KMSK Deinze
Sayang, skor akhir tidak memihak Lino dkk. Cek videonya!Mundur atau Dipecat Persib Bandung? Ini Penjelasan Lengkap Luis Milla
Sepakbola dianggap mie instan. Baru 3 laga langsung pisah.Analisis Masa Depan 3 Pemain Timnas U-23 yang Dihukum AFC di Era Shin Tae-yong
Masih dipanggil atau tidak? Ini prediksinya.
Opini