Kisah Laporan Pemandu Bakat Barcelona Soal Diego Maradona di Usia 17 Tahun

"Ini terjadi pada 1978. Sebuah laporan yang mengubah dunia."

Analisis | 26 August 2022, 15:22
Kisah Laporan Pemandu Bakat Barcelona Soal Diego Maradona di Usia 17 Tahun

Libero.id - Empat tahun sebelum Diego Maradona pindah ke Barcelona, yaitu pada 1982, Cesar Luis Menotti membuat laporan mengejutkan. Bekerja sebagai pemandu bakat Barcelona, pelatih legendaris Argentina itu membeberkan semua hal terkait bocah berusia 17 tahun bernama Diego Armando Maradona.

Saat itu, Diego Maradona masih bermain untuk Argentinos Juniors. Masih belum banyak klub Eropa yang menyadari seorang calon megabintang akan lahir.

Tapi, Barcelona yang memiliki jaringan luas di seluruh dunia, termasuk Argentina, sudah mengamati Diego Maradona saat remaja. Dan, itu berkat jasa Cesar Luis Menotti. Pelatih legendaris Argentina itu di kemudian hari menjadi nakhoda sukses La Albiceleste.

Dalam laporan tersebut, Cesar Luis Menotti menunjukkan Diego Maradona di usia 17 tahun sangat berbakat. Dan, beberapa puluh tahun kemudian, laporan itu dipublikasikan secara resmi.

1. Penilaian: Sangat bagus, luar biasa. Kecepatan 9,5. Dengan bola 9,1. Tanpa bola 9,5. Kelincahan 9,5. Lompatan 8.

2. Kondisi moral:  Kekuatan mental 10. Ketahanan mental 10. Konsentrasi 10. Egois 0. Kepribadian 10.

3. Teknik sepakbola: Tak terkalahkan.

4. Teknik khusus: Luar biasa, efektif, dan hanya menggiring bola. Kekuatan yang sangat baik. Keberanian yang luar biasa. Efisiensi luar biasa. Tembakan yang sangat bagus. Passing yang bagus. Akurasi yang sempurna. Visi lengkap. Kepemimpinan yang baik. Kekuatan yang sangat baik untuk mempertahankan bola. Perlindungan bola yang luar biasa.

5. Taktik individu: Kecerdasan lengkap dalam sepakbola. Rasa yang lengkap untuk sepakbola. Pemandangan yang bagus. Kecepatan yang sangat baik dalam efisiensi.

6. Kesimpulan umum: Muda. Dia lahir pada 30 Oktober 1960. Dia memiliki kualitas teknis yang luar biasa, dribbling yang indah. Dia memiliki visi lurus menghadap gawang, dan dia tahu bagaimana menyingkirkan bola untuk rekan setimnya yang berada di posisi terbaik.

Ketika Diego Maradona meninggal, rekan setimnya di Piala Dunia 1986, Jorge Valdano, menulis di Guardian dengan penuh kebanggaan.

"Jika sepakbola bersifat universal, begitu pula Diego, karena Maradona dan sepakbola adalah sinonim. Tapi, pada saat yang sama, dia benar-benar orang Argentina, yang membantu menjelaskan kekuatan emosional yang selalu dia miliki di negara kita," tulis Jorge Valdano.

"Begitulah simbolis, kekuatan sentimentalnya sehingga dengan Maradona yang miskin mengalahkan yang kaya dan dukungan tanpa syarat yang datang dari bawah sebanding dengan ketidakpercayaan dari atas. Orang kaya benci kehilangan. Tapi, pada akhirnya musuh terbesarnya pun terpaksa tunduk padanya. Mereka tidak punya pilihan lain," ungkap legenda Real Madrid itu.

(diaz alvioriki/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0% Suka
  • 0% Lucu
  • 0% Sedih
  • 0% Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network