Libero.id - Nama Maccabi Tel Aviv FC mungkin masih terdengar asing, tapi klub Israel tersebut adalah klub tertua, terbesar dan paling dihormati di negara asalnya. Klub yang didirikan pada tahun 1906 itu adalah pengoleksi gelar Liga terbanyak dengan 23 kali menjadi kampiun (Ligat Ha’al).
Namun ada satu fakta yang menarik dari klub berjuluk The Yellow Ones tersebut, bukan dari segi prestasi ataupun para pemainnya, tetapi dari kompetisi yang mereka ikuti, yakni hadirnya mereka dan klub-klub Israel lainnya dalam kompetisi UEFA.
Secara historis, awalnya Maccabi Tel Aviv bukanlah klub yang berafiliasi dengan UEFA, mereka adalah bagian dari persepakbolaan Asia atau lebih tepatnya berada di bawah naungan AFC (Asian Football Confederation), bahkan tim yang berada di kota Tel Aviv ini sudah pernah menjadi 2 kali jawara Asian Club Cup atau yang sekarang dikenal dengan nama AFC Champions League, tepatnya pada tahun 1969 (mengalahkan klub Korsel Yang Chi di final) dan 1971. Pada tahun 1971, Al-Shorta dari Irak menolak untuk bermain melawan Maccabi Tel Aviv pada tiga kesempatan terpisah: di babak penyisihan, babak penyisihan grup, dan final. Media Arab menganggap pihak Irak sebagai pemenang turnamen.
Lalu kenapa klub Israel yang notabene berada di Asia bisa ikut dalam Liga Champions dan Liga Eropa?
Hal itu berawal dari konflik yang terjadi di Timur Tengah, terutama perang di tahun 1967 atau akrab disebut dengan Perang Enam Hari yang melibatkan Mesir, Jordania dan Suriah yang kala itu masih dinamai sebagai Republik Arab Bersatu dengan Israel sebagai lawannya.
Dalam catatan sejarah klub-klub Israel telah berkompetisi di Asia sejak 1967, ketika Hapoel Tel Aviv bermain di Asian Club Cup pertama kalinya. Klub-klub Israel, seperti Hapoel Tel Aviv dan Maccabi Tel Aviv berkompetisi dalam keempat edisi cikal bakal Liga Champions Asia tersebut sebelum dikeluarkan.
Lebih parah lagi ketika Israel lolos ke Piala Dunia 1970 Meksiko mewakili Asia. Saat itu, Korea Utara menolak bertanding lawan Israel dalam putaran grup kualifiasi.
Lolosnya Israel pada ajang Piala Dunia tahun 1970 meninggalkan luka membekas di negara-negara Arab. FIFA sekalu badan sepakbola tertinggi, sangat sulit untuk mendamaikan kedua belah pihak karena FIFA menganggap sepak bola sebagai kunci untuk menciptakan perdamaian.
Setelah FIFA gagal merekonsiliasi dua kelompok, pada tahun 1974, dalam komite AFC, Kuwait, anggota Arab yang paling memiliki kuasa saat itu, menyusun solusi untuk pengusiran total Israel dari AFC. Jika masih ada Israel, negara-negara Arab akan melakukan boikot anti-AFC untuk yang kedua kalinya.
Akhirnya Israel dikeluarkan dan harus tergabung bersama OFC (Konfederasi Sepakbola Oceania) selama 20 tahun hingga tahun 1990, Israel diterima sebagai anggota UEFA.
Oleh sebab itulah, klub-klub Israel bisa bermain di kompetisi UEFA dan berlangsung hingga sekarang, begitu pula dengan Israel Football Association (IFA).
Adapun konflik antara Israel dan Arab juga pernah terjadi pada tahun 1956 ketika turnamen Piala Asia berlangsung untuk pertama kalinya. Dalam perjalanannya, tim-tim Arab melakukan kampanye boikot antara tahun 1954 dan 1958 karena Israel mengikuti turnamen empat tahunan tersebut.
01-10-2020 | ||
Red Bull Salzburg | 3 - 1 | Maccabi Tel Aviv |
23-09-2020 | ||
Maccabi Tel Aviv | 1 - 2 | Red Bull Salzburg |
17-09-2020 | ||
Maccabi Tel Aviv | 1 - 0 | FK Dinamo Brest |
Profil Frank Wormuth, Pria Jerman yang Akan Bantu Bima Sakti di Piala Dunia U-17 2023
Semoga berhasil menjalankan tugas.Lawan Pemuncak Klasemen, Persik Kediri Malah Kehilangan 3 Pemain Andalan
Pertandingan yang diramal akan menarik.Bertandang ke Markas Sendiri, Begini Persiapan Bali United Hadapi Arema FC
Pertandingan yang cukup unik bagi Bali United.Beda dengan Piala Dunia Pria, FIFA Sebut Piala Dunia Wanita Justru Rugi
Piala Dunia Wanita 2023 akan kick-off dalam hitungan hari.Unik! 5 Pemain Timnas Indonesia Bakal Dilatih Park Hang-seo Jika Gabung Persib Bandung
Semuanya baru sebatas rumor. Bisa benar, bisa salah.
Opini