Libero.id - Sadar atau tidak, Bayern Muenchen tengah mengalami perfroma berkebalikan di dua kompetisi yang sedang mereka jalani musim ini. Pertama di Liga Champions. Kedua di Bundesliga. Kompetisi antar klub-klub terbaik di Eropa dan kompetensi domestik di Jerman.
Der Bavarians tengah tersendat-sendat dalam meraih kemenangan di Liga Jerman, tetapi masih bisa tampil memukau di Liga Champions.
Bayern awalnya tampil meyakinkan dengan menyapu bersih kemenangan di 3 laga awal Bundesliga Jerman 2022/23. Tim besutan Julian Nagelsmann mampu melibas Eintracht Frankfurt 6-1, menekuk VfL Wolfsburng 2-0, dan melibas VfL Bochum 7-0.
Namun pada akhir Agustus lalu, keran 3 poin Bayern Muenchen mulai berhenti. Mereka ditahan 1-1 oleh Borrusia Monchengladbach di Allianz Arena.
Namun, situasi mulai tak baik bagi Bayern karena juga gagal menang di tiga laga beruntun: Ditahan 1-1 Union Berlin, diimbangi 2-2 VfB Stuttgart, dan teranyar malah kalah 0-1 dari Augsburg.
Ini membuat Bayern Muenchen tak bisa menempati puncak klasemen seperti biasanya. Thomas Muller dan rekan-rekan tertahan di urutan 4 dengan 12 poin, terpaut 3 poin dari Borussia Dortmund di puncak klasemen.
Nah, hal tersebut Bayern Muenchen ini berbanding terbalik di Liga Champions. Dalam dua laga awal, mereka berhasil mengalahkan tim-tim kuat, seperti Inter Milan dan Barcelona. Keduanya dengan skor 2-0.
Dan dengan hasil itu Bayern Muenchen memuncaki Grup C Liga Champions. Inilah sisi paradoksnya, Bayern Muenchen justru tak bisa mengalahkan tim-tim papan tengah Liga Jerman tapi dengan enteng mengalahkan tim top dari liga lainnya.
Nagelsmann jelas harus mencari cara untuk membuat Bayern Muenchen kembali ke jalur yang semestinya, jalur kemenangan. Jika tidak, ia mungkin saja akan terancam pemecatan. Cepat atau lambat.
Opini