Asamoah Gyan-Paulinho
Libero.id - Terkadang Anda mendapatkan sekelompok pemain yang menjadi superstar di level klub, tetapi untuk alasan apa pun, tidak cocok untuk tim nasional mereka.
Namun, di lain waktu, Anda melihat pesepak bola yang dianggap sebagai cloggers alias penyumbat di klub mereka justru unggul di panggung internasional, atau seorang pemain yang tidak bisa merasa nyaman dalam kesibukan sehari-hari di liga, tetapi hidup kembali dengan seragam negaranya.
Kelompok terakhir dapat menjadi pahlawan bagi rekan senegaranya sambil menjalani karier yang relatif biasa-biasa saja di tempat lain, dan kami semakin mencintai mereka karenanya.
Di sini, kami telah mengumpulkan 11 pemain yang tampil jauh lebih baik untuk negara mereka daripada di klub mereka bermain.
#1 Darius Vassel
Layak di Aston Villa, Vassell menjadi favorit Sven-Goran Eriksson dengan penampilannya untuk Inggris antara 2002 hingga 2004.
Setelah mencetak gol sensasional pada debutnya melawan Belanda, striker itu mencetak gol penting dalam kualifikasi Kejuaraan Eropa yang menegangkan melawan Turki dan sering menjadi Rencana B Inggris.
Kita akan melupakan penaltinya melawan Portugal di Euro 2004 karena Vassell mengungguli dirinya dengan jersey Three Lions.
#2 Edward Vargas
Dapatkah Anda mengingat salah satu penampilan Vargas dalam balutan seragam QPR? Bagaimana dengan Napoli? Hoffenheim? Benar, kita sedang mengorek kariernya. Bagaimanapun, Anda mengerti maksudnya.
Vargas tidak pernah membuktikan dirinya di Eropa, tapi dia selalu cocok sebagai penyerang tengah di timnas Chile yang sangat menghibur Marcelo Bielsa dan Jorge Sampaoli. Dia telah memenangkan dua Copa America bersama La Roja.
#3 Joel Campbell
Campbell menghabiskan tujuh tahun sebagai pemain Arsenal, dipinjamkan enam kali sebelum pindah ke Frosinone di Italia dan kemudian Liga MX dengan Leon.
Dia tidak pernah mereproduksi permainan yang dia tunjukkan untuk Kosta Rika. Masih berusia 30 tahun, Campbell sudah memiliki lebih dari 100 caps dan dia membantu tim mengejutkan semua orang untuk mencapai delapan besar Piala Dunia pada 2014.
#4 Asamoah Gyan
Karier Gyan di Ghana akan selamanya dikaitkan dengan gagalnya penalti itu di perempat final Piala Dunia 2010 setelah Luiz Suarez melakukan handball sundulan Dominic Adiyiah. Mengingat pentingnya pertandingan itu, dia tidak dapat membiarkan gawangnya kebobolan.
Tapi, ikon Black Stars itu seharusnya tidak hanya dikaitkan dengan tendangan penalti yang gagal tersebut.
Gyan jauh lebih baik untuk negaranya daripada Udinese, Rennes, atau Sunderland. Dia mencetak 51 gol dalam 103 pertandingan antara 2003 dan 2019, bermain di tiga Piala Dunia berturut-turut dan menjadi pencetak gol Afrika terkemuka di turnamen putaran final Piala Dunia.
36-year-old Asamoah Gyan says he wants to play at the World Cup for Ghana, where they will face Uruguay in their group.
Make. It. Happen. ? pic.twitter.com/kz23hcWedQ
— B/R Football (@brfootball) August 16, 2022
#5 Stern John
Stern John tampil cukup baik di Inggris. Dia bermain untuk Nottingham Forest, Birmingham, Coventry, atau salah satu dari banyak klub lainnya, Anda tidak akan pernah menebak bahwa dia berada di urutan ke-19 dalam daftar pencetak gol internasional sepanjang masa.
Sebanyak 70 golnya dalam 115 penampilan bersama Trinidad dan Tobago menempatkannya di atas Gerd Mueller, Didier Drogba, Ronaldo Luis Nazario de Lima, dan Zlatan Ibrahimovic dalam hal itu. Delapan gol dicetak di kualifikasi Piala Dunia 2006, membantu Soca Warriors ke panggung terbesar untuk satu-satunya momen dalam sejarah mereka.
#6 Paulinho
Menjadi sasaran banyak lelucon di London utara, Paulinho telah menghilang dari radar kebanyakan orang sejak pindah ke China pada 2015, kecuali untuk tugas satu musim yang aneh di Barcelona.
Tapi, dia brilian untuk Brasil dalam dua periode terpisah dengan memiliki 56 caps dan mencetak 13 gol. Dia memenangkan Piala Konfederasi dengan tim asuhan Luiz Felipe Scolari pada 2013, tetapi menjadi salah satu dari bencana kekalahan 7-1 (dari Jerman) setahun kemudian dan dikeluarkan dari tim.
Namun, setelah Tite mengambil alih sebagai pelatih timnas pada 2016, dia memanggil kembali Paulinho. Namun, Paulinho lebih dari membenarkan kepercayaan Tite, dia menjadi gelandang kunci Selecao saat mereka melaju ke kualifikasi untuk Piala Dunia 2018.
Puncaknya adalah kemenangan tandang 4-1 melawan Uruguay di Montevideo, di mana Paulinho mencetak hat-trick yang spektakuler.
Profil Frank Wormuth, Pria Jerman yang Akan Bantu Bima Sakti di Piala Dunia U-17 2023
Semoga berhasil menjalankan tugas.Lawan Pemuncak Klasemen, Persik Kediri Malah Kehilangan 3 Pemain Andalan
Pertandingan yang diramal akan menarik.Bertandang ke Markas Sendiri, Begini Persiapan Bali United Hadapi Arema FC
Pertandingan yang cukup unik bagi Bali United.Beda dengan Piala Dunia Pria, FIFA Sebut Piala Dunia Wanita Justru Rugi
Piala Dunia Wanita 2023 akan kick-off dalam hitungan hari.Unik! 5 Pemain Timnas Indonesia Bakal Dilatih Park Hang-seo Jika Gabung Persib Bandung
Semuanya baru sebatas rumor. Bisa benar, bisa salah.
Opini