Libero.id - Sebelum dimulainya Piala Eropa 1996 di Inggris, ada sebuah fakta menarik, dimana hanya ada 13 pemain yang berasal dari luar Inggris dan Irlandia yang membuat lebih dari 10 penampilan untuk lima klub teratas Liga Premier. Sebagai contoh, Manchester United hanya memiliki Peter Schmeichel dan Eric Cantona, sementara Liverpool tidak ada sama sekali.
Bersamaan dengan diselenggarakannya Piala Eropa 1996 serta dikeluarkannya kebijakan baru dari kerajaan Inggris terkait status pemain non-Inggris pada Desember 1995, jumlah pemain non-Inggris membludak menjadi 308 pemain. Momen itu laksana keran pembuka masuknya pemain asing ke Liga Premier.
Nama-nama seperti, Gianluca Vialli, Roberto Di Matteo hingga Frank Leboeuf bergabung dengan Chelsea, sementara Remi Garde dan Patrick Vieira bergabung bersama Arsenal. Bahkan Middlesbrough mendatangkan striker sensasional milik Juventus, Fabrizio Ravanelli.
Dua stadion dari dua tim yang paling ditakuti saat itu, United dan Liverpool (Anfield dan Old Trafford) menjadi venue untuk grup C yang diisi oleh Jerman, Italia dan Rusia serta Republik Ceko yang akan menjadi kejutan di turnamen bergengsi tersebut.
Cekoslowakia sebenarnya memiliki track record yang bagus di panggung internasional, dimana pada dua turnamen Piala Dunia, tepatnya pada tahun 1934 dan 1962 mereka mampu menjadi runner-up dan berhasil memenangkan Piala Eropa 1967 melalui penalti Antonin Panenka yang sangat terkenal. Namun, negara yang berdiri tahun 1918 itu dibubarkan pada tahun 1993 dan kekuatan timnas Ceko tak begitu diperhitungkan menyusul serangkaian masalah internal negara.
Pada pergelaran ke-10 dari turnamen yang paling bergengsi di benua Biru itu, pasukan Dusan Uhrin terbilang biasa-biasa saja bahkan 15 dari 22 pemain mereka hanya bermain di Liga Ceko. Terdapat 7 pemain yang bermain di luar Ceko, 3 di antaranya adalah kapten tim, Vaclav Nemecek dan gelandang milik Dortmund, Patrik Berger yang kala itu sukses memenangkan Bundesliga musim 1995/96 dibawah asuhan Ottmar Hitzfeld. Lalu ada kiper Newcastle yang sudah akrab dengan lingkungan Inggris, Pavel Srnicek yang bertugas sebagai pelapis untuk Peter Kouba.
Segalanya berubah begitu cepat ketika turnamen berlangsung
Ketika turnamen berlangsung, anak-anak Ceko secara mengejutkan mampu bersaing bersama Jerman dan khususnya, Italia. Memang pada pertandingan pertama mereka kalah 0-2 dari tim Pantzer Jerman, namun kebangkitan mereka ketika menumbangkan juara dunia Italia di pertandingan ketiga dengan Pavel Nedved memberikan keunggulan di menit kelima menjadi sorotan. Bahkan, di pertandingan terakhir, ketika Nedved dan kawan-kawan bertemu dengan Rusia, mereka mampu menyamakan skor 3-3 dengan gol dramatis yang diciptakan Vladimir Smicer memastikan mereka lolos ke babak selanjutnya.
Di babak 8 besar, Ceko bertemu Portugal, tim yang memiliki tradisi sepak bola yang kuat. Banyak yang menjagokan Portugal bakal menang, apalagi, Selecao memiliki nama-nama beken seperti Luis Figo, Rui Costa dan Vitor Baia. Nyatanya, Ceko mampu menumbangkan mereka dengan skor 1-0 melalui gol semata wayang Karel Poborsky.
Poborsky kemudian mengenang golnya tersebut dalam wawancara bersama uefa.com.
“(Kiper Portugal Vitor) Baia jauh dari garisnya sehingga itu adalah hal yang paling mudah untuk dilakukan. Saya hampir melakukannya dengan sangat baik - bola melaju sangat tinggi dan untuk beberapa saat saya pikir itu tidak akan jatuh ke gawang, tetapi ternyata berhasil dan itu adalah gol yang sangat penting bagi kami.”
Setelah mengalahkan Prancis dalam drama adu penalti di semifinal, Ceko melaju ke partai final bertemu dengan tim favorit Jerman. Ceko berhasil mengejutkan Oliver Kahn dan kawan-kawan melalui gol penalti yang diciptakan oleh Patrik Berger, tapi dua gol dari Oliver Bierhoff memupus mimpi Ceko untuk memenangkan kejuaraan Eropa untuk kedua kalinya. Apalagi, gol dari penyerang Udinese itu juga dinobatkan sebagai salah satu gol terbaik dalam sejarah persepakbolaan Eropa.
Kendati kalah, Ceko telah membuat nama besar mereka kembali dikenal, walaupun pada waktu itu Republik Ceko belum menjadi bagian dari Uni Eropa, itu tak mempengaruhi para bintang barunya melakukan penjelajahan ke klub Eropa lainnya.
Khususnya untuk Pavel Nedved yang saat itu adalah salah satu pemain muda yang paling diincar di Eropa. Berawal dari rumor kepindahannya menuju PSV Eindhoven, Nedved justru memilih bergabung dengan Lazio di tahun 1996. Selama lima musim di sana, Nedved berhasil meraih 7 gelar, dua di antaranya adalah Serie A musim 1999/00 serta Piala Winners musim 1998/99. Nedved kemudian menghabiskan musim terbaiknya dengan berseragam Juventus, dimana ia memenangkan FIFA Ballon d’OR tahun 2003.
Smicer adalah satu satu dari 3 pemain yang paling menarik perhatian Liverpool. Gol penyeimbangnya saat melawan Rusia membukakan jalan Smicer untuk berseragam Liverpool di tahun 1999 dan tentu salah satu momen terbaiknya adalah final Liga Champions tahun 2005 di Istanbul.
Berger dan Poborsky juga menarik manajer Liverpool saat itu, Roy Evans untuk memboyong mereka ke Anfield. Berger setuju dengan nilai tansfer 3,25 juta Poundsterling untuk bergabung dengan Liverpool sementara Poborsky memilih hengkang ke tim rival, Manchester United.
Porbosky Dalam Bayangan Beckham
Selama 2 musim di Old Trafford, Poborsky tak pernah semusim pun menjadi pemain reguler Setan Merah. Meskipun Poborsky adalah pekerja keras dan berbakat, tapi kontribusi David Beckham serta bakatnya juga tak kalah bagus dengan Poborsky, membuat pemain Ceko itu tersingkir posisi sayap kanan.
Selama perjuangannya untuk merebut hati Sir Alex Ferguson, Poborsky juga terkejut dengan beberapa aspek kehidupan Inggris yang lebih tertutup dan konservatif pada waktu itu,
“Saya telah tinggal di tiga negara, dan masing-masing sangat berbeda, meskipun bagi saya, sebagai pemain sepak bola, olahraga ini sama di mana-mana.”
“Inggris adalah negara yang sangat tertutup dan dingin, dan menemukan teman di sana hampir mustahil. Tetapi di Portugal keluarga saya menjadi terbiasa hanya dalam beberapa bulan, dan setelah tiga tahun sulit bagi kami untuk pergi,” ujarnya kepada Prague Tribune. Dia pindah ke Benfica dari Manchester United.
Kendati tak begitu sukses disana sebagi pemain reguler, Poborsky tidak pernah menyesali waktu bermainnya di Inggris,
"Kepindahan ke Manchester United membuka dunia bagi saya. Itu adalah keputusan terbaik dalam hidupku,” ujar Poborsky kepada situs resmi UEFA, uefa.com.
Berger Nyaman di Liverpool
Jika Poborsky mengalami kesulitan bersama Setan Merah, maka Berger memiliki waktu bermain yang lebih bahagia bersama Liverpool. 4 gol dalam penampilan perdananya bersama The Reds, termasuk 2 gol saat menghancurkan Chelsea yang dilatih Ruud Gullit dengan skor 5-1 membuat pria Ceko itu mendapat penghargaan sebagai pemain terbaik FA bulan September 1996 dan menjadi pemain favorit para fans Liverpool.
Hal itu juga tak lepas dari kegembiraan Berger bisa menjadi bagian dari The Anfield Gank, selain mencetak gol jarak jauh yang brilian. Bahkan Berger juga kagum dan bangga bisa menjadi tetangga dari Alan Hansen dan Kenny Dalgish serta membesarkan anak-anaknya sebagai Kopites sejati.
Setelah 7 tahun membela Liverpool, Berger kemudian hengkang ke Portsmouth. Dia kemudian bermain di Aston Villa dan Stoke City untuk mengakhiri waktu 12 tahunnya di Inggris.
Melalui Smicer, Tomas Rosicky, Milan Baros dan Cech, para pemain Ceko terus membuat dampak pada persepakbolaan Inggris , dimulai dari inisiatif Berger dan Poborsky. Tapi kita mungkin tidak akan pernah melihat kegembiraan seperti itu lagi terutama tentang dua orang Ceko yang memilih Liga Premier sebagai pelabuhan baru mereka di tahun 1996.
Profil Frank Wormuth, Pria Jerman yang Akan Bantu Bima Sakti di Piala Dunia U-17 2023
Semoga berhasil menjalankan tugas.Lawan Pemuncak Klasemen, Persik Kediri Malah Kehilangan 3 Pemain Andalan
Pertandingan yang diramal akan menarik.Bertandang ke Markas Sendiri, Begini Persiapan Bali United Hadapi Arema FC
Pertandingan yang cukup unik bagi Bali United.Beda dengan Piala Dunia Pria, FIFA Sebut Piala Dunia Wanita Justru Rugi
Piala Dunia Wanita 2023 akan kick-off dalam hitungan hari.Unik! 5 Pemain Timnas Indonesia Bakal Dilatih Park Hang-seo Jika Gabung Persib Bandung
Semuanya baru sebatas rumor. Bisa benar, bisa salah.
Opini