Libero.id - Dikisahkan dalam film atau ditulis di buku adalah kebanggaan bagi pesepak bola profesional. Hal itu terjadi karena sang pemain dianggap memiliki status legenda selama berkarier di lapangan hijau.
Uniknya, tidak semua pemain atau mantan pemain bangga dengan status tersebut. Contohnya, Carlos Henrique Raposo alias Carlos Kaiser. Kisah hidup pria asli Brasil itu diangkat ke layar lebar berjudul "Kaiser! The Greatest Footballer Never to Play Football". Film itu sempat tayang di Tribeca Film Festival 2018. Kisah Kaiser juga dibukukan Rob Smyth dengan judul yang sama.
Benang merah film dan buku itu adalah perjalanan karier Kaiser di sepak bola Brasil yang unik. Beda dengan pesepak bola legendaris pada umumnya, Kaiser jadi legenda bukan karena kehebatan di lapangan, melainkan kemalasannya. Pemain yang aktif pada 1972-1990 itu tidak sekalipun bermain di tim yang dibela pada pertandingan kompetitif.
Mantan pemain Puebla, Botafogo, Flamengo, Gazelec Ajaccio, Bangu, Fluminense, Vasco da Gama, El Paso Sixshooters, hingga America Rio de Janeiro itu bukan bermain buruk sehingga jadi penghuni bench. Status pemain cadangan didapat karena keinginan pria kelahiran 2 April 1963 itu sendiri.
Untuk memuluskan misi menjadi pemain cadangan abadi, berbagai cara dilakukan Kaiser. Dia sangat lihai menghindari kewajiban bermain sepak bola. Banyak tipu daya dan alasan diungkapkan agar Kaiser tidak bermain.
Contohnya, saat bermain untuk Bangu pada 1988. Saat itu dia diminta menjadi pemain cadangan yang pada akhirnya harus dimainkan karena ada rekannya yang cedera. Saat itu, Bangu tertinggal 0-2. Pelatih meminta Kaiser bermain.
Sebelum masuk lapangan, dia melakukan pemanasan di pinggir lapangan. Lalu, muncul ide aneh ketika mendengar suporter di tribune meneriaki Kaiser dengan kata-kata kotor dan hinaan. Dengan sengaja, dia memanjat pagar pembatas dan berkelahi dengan penonton itu. Akibatnya,Kaiser dikartu merah wasit sebelum masuk lapangan.
Cerita unik lainnya terjadi beberapa tahun sebelumnya. Dengan jenius, Kaiser memanfaatkan minimnya teknologi kesehatan pada masa tersebut untuk sembuh dari cedera. Dia mampu mengubah cedera paha menjadi "hanya" sakit gigi.
"Saya meminta bola kepada seorang teman (saat latihan). Tiba-tiba saya merasakan sakit di paha. Tim medis mengirim saya ke ruang perawatan. Setelah 20 hari tidak ada tanda-tanda saya keluar. Padahal, saya merasa sehat. Tidak ada MRI (Magnetic Resonance Imaging) pada saat itu. Ketika itu menjadi berat bagi saya, ada seorang teman dokter gigi yang memberikan sertifikat bahwa itu hanya masalah gigi," kata Kaiser, dilansir uol.com.br.
Lalu, bagaimana mungkin pemain cadangan bisa memiliki karier panjang di berbagai klub elite Brasil? Jawabannya ada pada kemampuan Kaiser menjalin relasi yang luas. Dia berteman dengan pemain bintang Brasil pada saat itu, seperti Carlos Alberto Torres, Ricardo Rocha, atau Renato Gaucho.
Dengan jaring pertemanan yang bagus, Kaiser sangat mudah mencari klub dan bertahan sesukannya. Berkat nama-nama besar itu, dia tidak sulit mendapatkan rekomendasi dari pemain top ketika klub yang akan dituju menanyakan curriculum vitae miliknya. Mereka merekomendasikan Kaiser sebagai penyerang berbakat, yang kurang beruntung.
"Saya tidak menyesali apa pun (ketika merekomendasikan Kaiser). Klub telah membodohi sangat banyak pemain. Jadi, seseorang harus mewakili para pemain untuk membalas (perlakuan klub)," ujar Renato Gaucho sambil bercanda ketika diminta komentar mengenai sepak terjang Kaiser.
Saat itu, media memang belum berkembang seperti saat ini. Belum ada Internet atau siaran langsung televisi berbayar dari seluruh dunia sehingga para pemilik klub hanya mengandalkan kaset video yang sudah diedit, yang diberikan para agen, yang isinya sudah disesuaikan dengan keinginan sang pemain.
Kaiser benar-benar mengambil keuntungan dari kurangnya informasi tersebut. Sering terjadi ketika salah satu teman terkenalnya dikontrak klub lain, Kaiser meminta ikut serta sebagai bagian dari kesepakatan transfer.
"Dia teman kami. Dia orang yang hebat dan manusia luar biasa. Tapi, dia tidak banyak bermain. Masalahnya ada di bola. Saya belum pernah melihatnya bermain di manapun. Dia seperti Forrest Gump di sepak bola Brasil. Film itu bisa menceritakan semua kisahnya sepanjang karier," beber Ricardo Rocha.
Profil Frank Wormuth, Pria Jerman yang Akan Bantu Bima Sakti di Piala Dunia U-17 2023
Semoga berhasil menjalankan tugas.Lawan Pemuncak Klasemen, Persik Kediri Malah Kehilangan 3 Pemain Andalan
Pertandingan yang diramal akan menarik.Bertandang ke Markas Sendiri, Begini Persiapan Bali United Hadapi Arema FC
Pertandingan yang cukup unik bagi Bali United.Beda dengan Piala Dunia Pria, FIFA Sebut Piala Dunia Wanita Justru Rugi
Piala Dunia Wanita 2023 akan kick-off dalam hitungan hari.Unik! 5 Pemain Timnas Indonesia Bakal Dilatih Park Hang-seo Jika Gabung Persib Bandung
Semuanya baru sebatas rumor. Bisa benar, bisa salah.
Opini