Libero.id - Pada eranya, Championship Manager atau Football Manager pernah menjadi game yang digemari anak-anak muda di seluruh dunia. Berbekal PC, mereka bisa berkreasi layaknya Sir Alex Ferguson, Arsene Wenger, atau Marcelo Lippi.
Permainan komputer itu mampu menciptakan sejumlah formasi maupun taktik di sepak bola yang pada akhirnya benar-benar diterapkan oleh pelatih profesional. FM atau CM juga berhasil memprediksi sejumlah pemain muda bertalenta yang kemudian benar-benar menjadi superstar seperti Zlatan Ibrahimovic, Cristiano Ronaldo, hingga Lionel Messi.
Uniknya, tidak semua prediksi permainan virtual tersebut menjadi kenyataan. Maksim Tsyhalka alias Maxim Tsigalko contohnya. Pria asal Belarus itu sempat menjadi primadona para gamer. Kemampuan dan produktivitas dalam menjebol jala lawan di dunia maya membuat banyak orang berdecak kagum.
Tsigalko adalah pemain yang wajib dibeli di CM edisi 2001/2002. Hanya dengan harga di bawah 2 juta pounds, dia akan menjadi “Pemain Terbaik Dunia” versi warga dunia maya.
Awalnya, banyak yang mengira Tsigalko merupakan pemain virtual yang sengaja diciptakan untuk permainan tersebut. Karena kehebatannya, banyak yang penasaran sehingga benar-benar melakukan pelacakan di dunia nyata. Hasilnya, Tsyhalka menjadi nama Tsigalko di dunia nyata. Dia merupakan jebolan akademi sepak bola terbaik di Belarus, Dinamo Minsk.
Pada usia 16 tahun, Tsigalko telah mencetak 17 gol dalam 27 pertandingan bersama tim junior Dinamo. Dua tahun berselang, dia naik kelas ke tim utama. Berhubung usianya baru 18 tahun, tim pelatih memainkan Tsigalko di tim cadangan Dinamo yang bermain di Divisi II. Hasilnya, 14 gol diproduksi dari 15 pertarungan.
Lalu, pada 2003, Tsigalko mencetak 8 gol dari 19 pertandingan Liga Belarus bersama tim utama Dinamo. Dampaknya, panggilan tim nasional Belarus didapatkan dan langsung mencetak gol saat debut melawan Uzbekistan pada laga uji coba internasional di Minsk.
Orang yang bertanggung jawab memberikan statistik pemain asal Belarus di CM, Antonio Poutillo, menjelaskan alasan memberikan level tinggi kepada Tsigalko. "Saya masih muda saat itu. Saya percaya sepak bola Belarus memiliki masa depan. Jadi, tidak ada batasan pada persentase yang bisa anda berikan pada seorang pemain," kata Poutillo, dilansir Pundit Feed.
"Saya sangat mencintai Tsyhalka. Dia pemain yang cepat dan punya naluri mencetak gol tinggi. Dia memiliki semua yang dibutuhkan untuk menjadi agresor. Di level internasional, saya juga menempatkan dirinya dalam reputasi tinggi sebagai salah satu elemen paling penting dari pemain di semua pertandingan (CM),” tambah Poutillo.
Sayang, karier Tsigalko di sepak bola nyata tidak seindah di dunia maya. Pria yang memiliki saudara kembar bernama Yuri Tsyhalka itu dipaksa gantung sepatu pada usia 26 tahun akibat cedera. Tidak jelas cedera jenis apa. Tapi, ada yang mengatakan patah kaki.
Setelah sembuh, Tsigalko kembali bermain sepak bola. Pada 2006, dia meninggalkan Dinamo untuk bergabung dengan Naftan Novopolotsk di Divisi II. Sayang, kemampuannya menurun drastis. Dia hanya mencetak 3 gol dari 24 pertandingan. Akibatnya, Tsigalko memutuskan pensiun setelah sempat membela FC Kaisar (Kazakhstan), FC Banants (Armenia), dan Savit Mogilev (Belarus).
Pada 2018, dalam sebuah wawancara dengan jurnalis Lefteris Danovasilis, Tsigalko membeberkan kisah hidupnya di CM. "Tidak ada yang memberitahu saya tentang game itu karena tidak ada yang tahu permainan itu di negara saya," ujar Tsigalko.
"Pertama kali tahu kehebatan saya di game ketika seorang jurnalis Rusia menceritakannya kepada saya. Saya terkejut. Dia mengatakan saya pemain paling terkenal di game. Awalnya, saya tertawa geli. Lalu, saya berpikir seharusnya saya bisa mendapatkan banyak uang dari game itu. Sayang, semuanya sudah terlambat," tambah striker berpostur 185 cm itu.
Kehidupaan Tsigalko setelah pensiun dini benar-benar menyedihkan. Dia tidak mendapatkan apa-apa dari sepak bola. Bahkan, royalti yang seharusnya didapatkan dari CM tidak pernah dikantongi. Untuk menyambung hidup, Tsigalko menjadi buruh bangunan.
"Saat berusia 23 tahun, saya cedera serius. Saya pensiun pada usia 26 tahun. Saat pensiun, tidak ada seorang pun yang menawari saya pekerjaan. Tidak ada yang menghubungi saya. Saya memiliki dua anak. Lalu, saya mulai mencari pekerjaan seadanya. Saya bekerja sebagai buruh dengan bayaran USD5 per hari yang naik menjadi USD20. Saya lelah. Pundak dan kaki saya tidak lagi bisa menahan beban berat. Saya mengalami masalah kesehatan serius," ungkap Tsigalko.
Kisah sedih Tsigalko ternyata menggugah hati seorang penggemar CM, Nikos Bovolos. Pada musim panas 2018, dia membuat petisi untuk mengumpulkan dana bagi Tsigalko. Petisi itu mendapatkan respons positif dari seluruh dunia.
"Maxim Tsigalko, pemain terhebat CM telah mengubah hidup jutaan pemain. Kini, saatnya kita membuat hidupnya lebih mudah. Jutaan pemain harus berterima kasih atau ribuan gol, ratusan assist, hattrick, sundulan, serta selebrasinya. Tidak peduli dari mana anda berasal, tidak peduli tim mana anda bermain, Maxim selalu ada bagi para pecinta CM dan FM," tulis Bovolos.
Profil Frank Wormuth, Pria Jerman yang Akan Bantu Bima Sakti di Piala Dunia U-17 2023
Semoga berhasil menjalankan tugas.Lawan Pemuncak Klasemen, Persik Kediri Malah Kehilangan 3 Pemain Andalan
Pertandingan yang diramal akan menarik.Bertandang ke Markas Sendiri, Begini Persiapan Bali United Hadapi Arema FC
Pertandingan yang cukup unik bagi Bali United.Beda dengan Piala Dunia Pria, FIFA Sebut Piala Dunia Wanita Justru Rugi
Piala Dunia Wanita 2023 akan kick-off dalam hitungan hari.Unik! 5 Pemain Timnas Indonesia Bakal Dilatih Park Hang-seo Jika Gabung Persib Bandung
Semuanya baru sebatas rumor. Bisa benar, bisa salah.
Opini