Libero.id - Luka Jovic diboyong Real Madrid di awal musim ini dari klub Bundesliga Jerman, Eintracht Frankfurt dengan ekspektasi yang cukup besar, namun nyatanya sang pemain tak mampu membayar kepercayaan itu.
Selama membela Frankfurt, Jovic mampu menciptakan 48 gol dan 7 assist sehingga harga yang ditebus Madrid untuknya sebesar 60 juta Euro dianggap wajar.
Digadang-gadang mampu bersinergi dengan Karim Benzema di lini depan los Blancos, Jovic justru terlihat sangat kesulitan bermain di Spanyol dimana ia hanya mampu mencatatkan 17 laga dengan capaian hanya 2 gol dan 1 assist di ajang LaLiga.
Padahal kemampuan Jovic di Liga Jerman tak diragukan lagi, pemuda berusia 22 tahun ini dikenal sebagai penyerang yang powerfull dan haus gol layaknya Timo Werner atau Luis Suarez.
Namun permainan impresif itu tak mampu ia tularkan kala berseragam Madrid di musim ini, bahkan tak jarang ia terlibat masalah indisipliner di luar lapangan.
Persoalan indisipliner yang dimaksud adalah kala pemerintah negara-negara Eropa menerapkan aturan lockdown, Jovic justru pergi ke Serbia untuk merayakan ulang tahun pacarnya.
"Luka memiliki karakter yang baik, tetapi ia harus beradaptasi," kata Dragan Mladenovic, mantan pelatih Jovic di Red Star kepada Sport Bild.
"Dengan klub seperti Real Madrid, Anda tidak ingin ada seseorang yang melakukan kesalahan itu," tambahnya.
Bermain di Madrid pastinya memiliki tekanan tersendiri jika dibandingkan dengan bermain untuk Frankfurt.
Madrid jelas merupakan salah satu klub terbaik di Eropa bahkan dunia dengan rentetan prestasi yang luar biasa baik di kancah domestik maupun Eropa.
Real Madrid bukanlah klub sembarangan sehingga setiap pemain yang berseragam los Merengues dituntut untuk selalu memberikan yang terbaik di setiap pekannya agar di akhir musim mampu meraih gelar juara.
Jovic dinilai masih belum mampu mengatasi tekanan bermain di klub sebesar Madrid sehingga potensi terbaiknya kala masih bermain untuk Frankfurt seolah tak terlihat sama sekali.
Berbagai pihak menyayangkan keputusan Jovic yang dinilai terlalu dini memilih Real Madrid sebagai pelabuhan berikutnya, padahal Jovic seharusnya mengasah potensinya terlebih dahulu di tim lain.
Sementara mantan bos Frankfurt, Dragoslav Stepanovic menilai kepindahan Jovic terlalu cepat dan ia menyinggung keputusan Erling Haaland yang lebih memilih Dortmund daripada Madrid.
"Perubahan itu datang terlalu cepat, saya tahu Real Madrid tidak pernah memanggil dua kali tetapi Anda harus pergi ke tim di mana Anda tahu cara bermain, seperti [Erling] Haaland," Dragoslav Stepanovic.
Sejatinya talenta yang dimiliki Jovic belum benar-benar sirna, yang ia perlukan saat ini adalah sebuah tim yang mampu membuatnya kembali ke dalam bentuk permainan terbaiknya.
Real Madrid diyakini tidak akan melepasnya begitu saja, namun jika ada tawaran setidaknya 60 juta Euro, ada kemungkinan raksasa Spanyol itu tak keberatan melepas pemain 22 tahun itu.
Jika Jovic ingin mengasah kemampuannya agar berada pada level yang lebih tinggi, alangkah baiknya ia meniru apa yang dilakukan oleh Dani Ceballos.
Ceballos paham jika ia terus-menerus berada di Madrid, maka ia tak akan mendapatkan kesempatan. Ceballos mencoba peruntungan sebagai pemain pinjaman di Arsenal dengan harapan mampu meningkatkan level permainannya.
Keputusan ada pada Jovic, apakah ingin tetap bertahan di Madrid dan memperjuangkan tempatnya, atau meningkatkan level permainan di klub lain hingga pada saatnya akan kembali ke Madrid? Menarik untuk disimak.
Kisah Jersey ala Cristiano Ronaldo di Barito Putera, Kini Puncaki Klasemen Liga 1
Apakah ini akan bertahan lama atau sementara?Gokil! Marselino Ferdinan Cetak 2 Gol Lawan FC Groningen di Laga Pramusim KMSK Deinze
Sayang, skor akhir tidak memihak Lino dkk. Cek videonya!Mundur atau Dipecat Persib Bandung? Ini Penjelasan Lengkap Luis Milla
Sepakbola dianggap mie instan. Baru 3 laga langsung pisah.Analisis Masa Depan 3 Pemain Timnas U-23 yang Dihukum AFC di Era Shin Tae-yong
Masih dipanggil atau tidak? Ini prediksinya.
Opini