Libero.id - Melajunya Wolverhampton Wanderers ke perempat final Liga Eropa 2019/2020 tidak bisa dilepaskan dari sepak terjang gerbong Portugal yang dimiliki. Selain tangan dingin Nuno Espirito Santo dalam meramu strategi, peran Rui Patricio di bawah mistar juga layak diacungi dua jempol.
Suporter Wolves boleh saja berterima kasih kepada Raul Jimenez, yang menjadi satu-satunya pencetak gol, di Molineux. Namun, jika tidak ada Patricio, klub Premier League tersebut akan gigit jari.
Faktanya, dengan agregat 1-1 saat kick-off, Jimenez membuat Wolves unggul di menit 8. Lalu, Mady Camara sempat membuat gol penyeimbang, tapi dibatalkan wasit karena VAR menilai Youssef Al Arabi terlebih dulu off-side. Olympiakos sebenarnya berpeluang unggul 2-1 jika aksi Kostas Tsimikias tidak digagalkan Patricio di tiang dekat. Begitu pula tandukan maut Ahmed Hassan.
Jika ditotal, Olympiakos melancarkan 16 tembakan ke gawang Patricio. Semuanya gagal. Ada yang mengenai mistar gawang, tapi sebagian besar dipatahkan pemilik nama lengkap Rui Pedro dos Santos Patricio tersebut. Akibatnya, BBC Sport menempatkan Patricio sebagai Man of the Match.
"Anak-anak bekerja keras dan bermain sangat baik. Dan, yang paling penting hari ini (di laga versus Olympiakos) adalah kami punya kiper hebat," ucap Nuno di situs resmi UEFA.
Pujian kepada Patricio bukan hal asing. Pasalnya, pria kelahiran Marrazes, 15 Februari 1988, sosok yang tidak tergantikan di bawah mistar. Statistik sepanjang 2019/2020 membuktikan Patricio bermain 38 kali di Premier League alias tanpa absen. Sementara di kompetisi Benua Biru, dia merumput 14 kali dari 16 laga Wolves sejak fase Kualifikasi II versus Crusaders dari Irlandia Utara.
"Sejak awal saya sudah menduga kami akan mendapat tekanan. Tapi, kami punya pemain-pemain hebat di pertahanan. Kami mengelola pertandingan yang luar biasa untuk mencegah mereka mencetak gol. Kami tidak akan melupakan malam ini," ujar sang kapten, Connor Coady.
Di sepakbola, Patricio adalah sosok yang unik. Salah satunya pilihan terhadap nomor punggung. Biasanya, kiper mendapatkan kehormatan untuk menggunakan nomor 1 saat beraksi. Jika apes menjadi penjaga gawang cadangan, nomor 12, 13, 22, atau 23 akan dikenakan. Sangat jarang kiper yang memilih menggunakan nomor-nomor ikonik seperti 7, 8, 9, 10, atau 11.
Tapi, bukan berarti tidak ada palang pintu yang nekat memilih nomor-nomor keramat itu. Dulu, Jorge Campos dari Meksiko pernah menggunakan seragam kiper nomor 9 rancangannya sendiri. Ada lagi Cristiano Lupatelli menggunakan nomor 10 saat membela Chievo Verona. Saat ini, Patricio memilih nomor 11.
Pilihan Patricio menggunakan nomor yang biasa digunakan gelandang atau penyerang itu bukan tanpa argumen. Ternyata, itu punya landasan pemikiran yang layak mendapatkan banjir pujian. Dia memilih nomor 11 untuk menghormati Carl Ikeme, yang dipaksa pensiun akibat leukaemia.
Ikeme merupakan kiper Wolves 2003-2018. Sempat dipinjamkan ke sejumlah klub, pria keturunan Nigeria tersebut terus bermukim di Molineux hingga pensiun pada 27 Juli 2018. Satu tahun sebelum gantung sarung tangan, tim medis Wolves mengumumkan Ikeme menderita leukaemia. Masalah itu diketahui saat semua pemain menjalani tes darah.
Vonis tim medis membuat Ikeme terpukul. Pesepakbola yang sudah memiliki 10 caps untuk The Super Eagles tersebut harus menjalani kemoterapi selama berbulan-bulan. Bahkan, ketika Wolves mendapatkan tiket promosi ke Premier League, Ikeme masih menjalani perawatan.
Saat itu, rekan-rekannya mendedikasikan kemenangan di Championship Division untuk Ikeme. langkah terpuji itu diikuti kiper pengganti Ikeme, yang memutuskan untuk tidak menggunakan jersey bernomor 1 sebagai bentuk penghormatan.
Menggunakan nomor 11, Patricio tampil memikat. Dia menjelma menjadi tumpuan Wolves di bawah mistar sejak didatangkan bersama pemain asal Portugal lainnya, seperti Joao Moutinho, Raul Jimenez, Ruben Vinagre, hingga Diogo Jota pada awal musim 2018/2019.
Musim lalu, Patricio berandil besar mengantarkan Wolves menempati posisi tujuh klasemen akhir Premier League, yang berarti tiket Kualifikasi II Liga Eropa 2019/2020. Untuk musim ini, Volves juga tetap bertengger di posisi 7 klasemen akhir. Bedanya, mereka memiliki kesempatan menjuarai Liga Eropa.
Misi itu harus dimulai dengan menyingkirkan Sevilla di perempat final. Itu bukan pekerjaan mudah karena Los Rojiblancos punya kemampuan yang lebih baik dari Olympiakos. Mereka ke babak 8 besar setelah menyingkirkan AS Roma.
Jika misi itu berhasil dilaksanakan, Wolves akan mendapatkan prestasi yang membanggakan. Sebab, terakhir kali mereka tampil di laga puncak kompetisi Benua Biru adalah Piala UEFA 1971/1972. Ketika itu, Wolves dikalahkan Tottenham Hotspur dengan agregat 2-3 (1-2, 1-1).
Setelah era itu, Wolves bermain di Piala UEFA 1974/1975 dan 1980/1981. Hasilnya, hanya mampu bertahan di putaran I. Mereka baru kembali lagi ke ajang Eropa pada musim ini.
Profil Frank Wormuth, Pria Jerman yang Akan Bantu Bima Sakti di Piala Dunia U-17 2023
Semoga berhasil menjalankan tugas.Lawan Pemuncak Klasemen, Persik Kediri Malah Kehilangan 3 Pemain Andalan
Pertandingan yang diramal akan menarik.Bertandang ke Markas Sendiri, Begini Persiapan Bali United Hadapi Arema FC
Pertandingan yang cukup unik bagi Bali United.Beda dengan Piala Dunia Pria, FIFA Sebut Piala Dunia Wanita Justru Rugi
Piala Dunia Wanita 2023 akan kick-off dalam hitungan hari.Unik! 5 Pemain Timnas Indonesia Bakal Dilatih Park Hang-seo Jika Gabung Persib Bandung
Semuanya baru sebatas rumor. Bisa benar, bisa salah.
Opini