Kisah Politik Tingkat Tinggi Dibalik Terpilihnya Qatar untuk Piala Dunia 2022

"Mantan presiden FIFA yang mengungkapkan hal ini.."

Feature | 11 November 2022, 08:11
Kisah Politik Tingkat Tinggi Dibalik Terpilihnya Qatar untuk Piala Dunia 2022

Libero.id - Banyaknya rumor kurang baik jelang Piala Dunia 2022 di Qatar yang saat ini muncul tidak bisa dilepaskan dari kepengurusan FIFA sebelumnya, khususnya di era Sepp Blatter. Sejak awal, keputusan FIFA memilih negara di Timur Tengah itu sudah menimbulkan masalah. Dan, itu terbukti saat ini.

Belum lama ini, Sepp Blatter membuka sebuah rahasia lama terkait penunjukkan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022. Pria asal Swiss mengaku menyesal.

Menurut pria yang tersangkut korupsi penunjukkan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 itu mengaku hal ini adalah "kesalahan" dan "pilihan yang buruk". Sepp Blatter bahkan mengklaim bahwa keputusan itu dibuat sebagai hasil dari tekanan politik tingkat tinggi.

"Bagi saya sudah jelas, Qatar adalah sebuah kesalahan. Pilihannya buruk. Saat itu, kami sebenarnya sepakat di komite eksekutif bahwa Rusia harus mendapatkan Piala Dunia 2018 dan Amerika Serikat pada 2022," kata Sepp Blatter kepada surat kabar Swiss Tages-Anzeiger. 

"Itu akan menjadi isyarat perdamaian jika dua lawan politik lama menjadi tuan rumah Piala Dunia satu demi satu," tambah Sepp Blatter. 

Mengapa Qatar sebagai sebuah kesalahan? Sepp Blatter tidak menyebutkan masalah hak asasi manusia (HAM). Tapi, ada faktor lain. "Ini (Qatar) negara yang terlalu kecil. Sepakbola dan Piala Dunia terlalu besar untuk itu. Ini tidak cocok untuk mereka," jelas Sepp Blatter. 

Sepp Blatter juga menyangkal adanya suap terkait penunjukkan Qatar, meski bukti di pengadilan menyatakan sebaliknya. Justru, dia menyebut ada lobi politik tingkat tinggi dari pemimpin di sebuah negara besar Eropa.

"Berkat empat suara (Michel) Platini dan timnya (UEFA), Piala Dunia pergi ke Qatar daripada ke Amerika Serikat. Itu kebenarannya," ujar Sepp Blatter tentang hasil pemungutan suara 14-8 melawan AS pada dua putaran voting.

"Platini mengatakan kepada saya bahwa dia telah diundang ke Istana Champ Elysee, tempat Presiden Prancis (Nicolas) Sarkozy baru saja makan siang dengan Putra Mahkota Qatar. Sarkozy berkata kepada Platini: 'Lihat apa yang anda dan rekan anda dari UEFA dapat lakukan untuk Qatar ketika Piala Dunia diberikan'. Saya kemudian bertanya kepadanya," ungkap Sepp Blatter.

"Sepp, apa yang akan anda lakukan jika presiden anda meminta sesuatu dari anda? Kata Platini kepada saya. Saya kemudian mengatakan kepadanya bahwa pertanyaan itu tidak muncul untuk saya karena kami tidak memiliki presiden di Swiss," beber Sepp Blatter.

Cerita Sepp Blatter ini pernah diselidiki sebelumnya. Saat itu, Michel Platini diinterogasi sebagai bagian dari penyelidikan proses penawaran tuan rumah Piala Dunia 2022. Mantan pemain Prancis itu mengakui bahwa pertemuan dengan Nicolas Sarkozy memang terjadi. Tapi, menyangkal bahwa suaranya terpengaruh.

"Saya tahu Sarkozy ingin orang-orang dari Qatar membeli PSG. Saya mengerti bahwa Sarkozy mendukung pencalonan Qatar. Tapi, dia tidak pernah meminta saya, atau untuk memilih Rusia (untuk 2018). Dia tahu kepribadianku. Saya selalu memilih apa yang baik untuk sepakbola. Bukan untuk saya sendiri, bukan untuk Prancis," ungkap Michel Platini pada 2013, dilansir The Guardian.

Selain Michel Platini dan Nicolas Sarkozy, Sepp Blatter juga menyerang penggantinya di FIFA, Gianni Infantino. Dia mengkritik mantan Sekjen UEFA yang pindah dari Swiss ke Qatar setahun sebelum Piala Dunia 2022.

"Yang saya heran, mengapa Presiden FIFA tinggal di Qatar? Dia tidak bisa menjadi ketua panitia lokal Piala Dunia. Itu bukan pekerjaannya. Ada dua panitia penyelenggara untuk ini. Satu lokal dan satu dari FIFA," kata Sepp Blatter.

"Presiden FIFA harus memiliki pengawasan tertinggi. Contoh: ada usulan untuk menyiapkan dana bagi para pekerja yang meninggal dan yang ditinggalkan. Qatar mengatakan tidak. Apa yang harus dikatakan FIFA jika presiden mereka berada di kapal yang sama dengan Qatar?" ungkap Sepp Blatter.

FIFA dibawah Gianni Infantino sebenarnya telah menyatakan prioritas untuk meningkatkan transparansi dalam semua kebijakan FIFA. Tapi, Sepp Blatter tidak percaya. "Dia orang yang tidak sopan bagi saya," pungkas Sepp Blatter.

(atmaja wijaya/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0% Suka
  • 0% Lucu
  • 0% Sedih
  • 0% Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network