Libero.id - Kalau kita menyaksikan pertandingan sepakbola dari layar televisi atau lewat streaming di gawai, akan hampar rasanya jika tanpa suara komentator.
Omong-omong soal profesi yang satu itu, salah seorang komentator di Turki mengalami hari buruk ketika memandu pertandingan terakhir Grup F Piala Dunia 2022 antara Maroko vs Kanada.
Saat jeda babak pertama komentator yang diketahui namanya Alper Bakircigil tenyata dipecat. Lantas apa yang membuatnya kehilangan pekerjaan? Hal apa yang membuatnya kehilangan sumber penghidupan?
Usut punya usut ternyata saat memandu jalannya pertandingan, komentar itu entah dengan sengaja atau tidak menyebutkan kepada pemirsa stasiun televisi TRT di Turki bahwa gol Hakim Ziyech di laga Maroko vs Kanada yang dicetak pada menit ke-4 masih kalah jauh dengan pemain tercepat yang mencetak gol dalam sejarah Piala Dunia adalah Hakan Sukur, legenda sepakbola Turki.
Gol atmak da SUÇ !
Gol atıldığını söylemek de suç !
TRT’de Kanada-Fas maçını sunan Alper Bakırcıgil;
Fas'ın 4.dakikada attığı golden sonra dünya kupalarındaki en erken golün @hakansukur’e ait olduğunu hatırlatınca devre arasında yayından alındı
Yerine Cüneyt Kıran devam etti pic.twitter.com/tg5A08Vdsg
— Mehmet Ali ASLAN (@HemmedAliAslan) December 2, 2022
Sekilas itu merupakan kewajaran, namun ternyata penyebutan Sukur tidak disukai oleh pemilik stasiun televisi tempatnya bekerja, dan dengan begitu saja sang komentator dipecat.
Bakircigil benar - Sukur memang mencetak gol tercepat dalam sejarah Piala Dunia, pada 2002 saat melawan Korea Selatan di mana gol itu dicetak sekitar detik ke-10.
Sukur sempat terjun ke dunia politik dan kemudian dikaitkan dengan terorisme.
Sukur dan keluarganya kemudian melarikan diri ke Amerika Serikat setelah dia dituduh berperan dalam upaya kudeta yang gagal pada 2016.
Bahkan dia dikabarkan menjadi sopir taksi Uber.
Namun pemilik 51 gol dalam 112 penampilan untuk negaranya itu membatah kabar yang beredar, kepada media Jerman Welt Am Sonntag Sukur mengatakan: “Saya tidak punya apa-apa lagi. Erdogan mengambil segalanya: hak saya untuk kebebasan, hak saya untuk kebebasan berbicara dan hak saya untuk bekerja.
“Saya tidak pernah melakukan sesuatu yang ilegal. Saya bukan pengkhianat atau teroris.”
Coba bayangkan kalau hal ini terjadi di Indonesia, betapa kontolnya demokrasi.
(mochamad rahmatul haq/gie)
Persiapan Kualifikasi Piala Dunia 2026, Shin Tae-yong Minta Dukungan dan Doa Masyarakat Indonesia
Semangat pokoknya coach Shin!Pimpin Daftar Top Skor Sementara Liga 1 Musim Ini, Carlos Fortes Tak Ingin Jumawa
Musim lalu sempat menurun, tapi musim ini jadi gacor...Hasil Drawing Kualifikasi Piala Dunia 2026, Indonesia Bertemu Brunei Darussalam
Semoga bisa lolos ke Piala Dunia 2026, Amin...Merupakan Rival Berat, Maciej Gajos Beri Tanggapan Soal Persija dan Persib
Bahkan pemain asing sampai tahu soal rivalitas ini...Alami Cedera Parah, Marko Simic Terpaksa Absen Membela Persija Selama 6 Pekan
Krisis penyerang dialami Persija saat ini...
Opini