Libero.id - Lulus dari tim sepakbola sekelas Barcelona ternyata tidak menjamin masa depan seorang pemain gilang-gemilang. Tidak seperti Lionel Messi, Sergio Busquets, Gerard Pique, atau Carles Puyol; Arnau Riera adalah salah satu contoh pemain lulusan tim elite Katalunya itu yang terpuruk.
Riera adalah kapten pertama La Pulga saat bermain untuk Barcelona B, yaitu 2004/2005 dan 2005/2006. Sebelum datang ke Camp Nou, dia memulai karier sepakbola bersama tim junior Manacor. Lalu, bergabung dengan Real Mallorca pada usia 16 tahun.
Manacor adalah kota kelahiran pemilik nama lengkap Arnau Caldenteny Riera tersebut. Setelah bersinar bersama Mallorca, Riera kemudian dibina Barcelona. Pada usia 18 tahun, dia dikontrak El Barca untuk dimainkan di tim C. Saat itu, Riera hanya mendapatkan gaji 700 euro per bulan.
Gajinya lalu dinaikkan menjadi 120.000 euro per tahun. Dengan uang yang dimiliki di usia muda, Riera lupa diri. Diri membeli banyak properti mewah. Dia memiliki apartemen elite, kendaraan sport, hingga mobil golf. Riera mulai terbawa kehidupan metropolitan sehingga lupa bahwa bermain di tim cadangan Barcelona hanya awal.
"Barcelona sangat besar (dibanding Mallorca). Saya sempat tinggal di tempat yang dikenal sebagai La Masia. Saya pernah sekamar dengan saya. Saat itu, meninggalkan keluarga sangat sulit. Namun, kami (para pemain muda di la Masia) membentuk hubungan yang sangat dekat. Ada saat-saat kami semua saling membutuhkan secara emosional," ujar Riera, dilansir The Independent.
Setelah tampil bagus di tim C, Riera kemudian mendapat promosi ke Barcelona B. Di tim satelit El Barca tersebut, awalnya dia bermain bersama Andres Iniesta, Thiago Motta, Victor Valdes, dan Oleguer Presas. Saat itu, dia justru didapuk sebagai kapten.
"Saya berlatih dengan tim utama pada pramusim 2004/2005. Semuanya pemain hebat secara fisik maupun mental. Saya melihat Ronaldinho mempertontonkan trik hebat (saat latihan). Mereka menghancurkan mental saya. Mereka terlalu bagus. Saya merasa tidak akan bisa menyamai mereka," tambah Riera.
Karier Riera semakin redup dengan datangnya Messi. "Di Barcelona, anak-anak selalu datang dengan bakat besar. Kami sudah mendengar ceritanya, tapi Messi baru berusia 16 tahun saat itu. Saya ingat seorang pemain yang sangat cepat dan gesit. Anak ini sangat tertutup. Ketika dia mengambil bola, dia menghancurkan pikiran kita," ungkap Riera.
"Saya selalu lebih cemas (dengan kehadiran Messi). Cacat terbesar saya adalah saya terlalu banyak berpikir tanpa bertindak. Saya menghabiskan waktu terlalu lama untuk memikirkan apa yang bisa berjalan dengan baik dan kesalahan apa yang bisa saya lakukan," tambah mantan gelandang serang tersebut.
Riera semakin frustrasi dengan kariernya di Camp Nou setelah melihat rekan-rekannya di Barcelona B menghilang satu per satu akibat mendapat promosi ke skuad utama, termasuk Messi. "Barcelona B seperti berada di puncak gunung. Tapi, skuad utama sudah berada di stratosfer. Di sana ada Ludovic Giuly, Samuel Eto'o, dan Ronaldinho. Mereka juga mendatangkan Deco dari FC Porto," beber Riera.
Kondisi semakin tidak menentu bagi Riera di musim-musim selanjutnya. Di usia yang tidak layak bermain di Barcelona B, dirinya belum juga mendapat kesempatan bermain di tim utama. Akibatnya, pada 2006 Riera memutuskan hengkang meninggalkan Katalunya. Dia memilih Sunderland. Dia berada di Stadium of Light selama tiga musim.
Sial, ambisi Riera menaklukkan sepak bola Inggris tidak berjalan sesuai harapan. Dia justru diasingkan ketika The Black Cats dilatih Roy Keane. Riera hanya membukukan satu penampilan di Premier League selama periode tersebut. Keane meminjamkan Riera ke Southend United dan Falkirk.
Dari Falkirk dia kembali ke Spanyol untuk membela Atletico Baleares. Sayang, Riera mengalami cedera. Dia harus menjalani operasi pemulihan tanpa bantuan dana dari klub barunya. Dia menghabiskan uang tabungannya untuk perawatan sampai teman-teman lamanya di Sunderland meminta manajemen klub mengizinkan Riera menjalani pemulihan menggunakan fasilitas yang ada di Stadium of Light.
"Ketika saya pulih, saya kemudian merusak lutut yang lain. Cedera ligamen lutut benar-benar sialan. Enam bulan, setidaknya, otot perlu diperkuat. Itu menghancurkan kepercayaan diri saya. Hal-hal yang saya anggap remeh sebelumnya, setelah itu saya berpikir dua kali. Saya mulai mempertanyakan masa depan saya," ujar Riera.
Stres dengan kehidupan di sepakbola yang penuh persaingan plus cedera yang terus datang, Riera akhirnya mengibarkan bendera putih. Dia pulang ke kampung halaman dan memutuskan pensiun bersama Manacor pada 2012. Saat itu, dia berusia 31 tahun.
Setelah pensiun, Riera memiliki kehidupan baru. Sebagai mantan pemain Barcelona B, kehidupan barunya tidak ideal. Dia tidak menjadi pelatih, agen pemain, atau pengurus klub. Riera juga tidak bergemilang harta. Untuk menyambung hidup, dia memilih berkerja sebagai pelayan hotel. Dia bekerja di Cala Millor Hotel. Itu merupakan salah satu penginapan dengan pemandangan luar biasa di Manacor.
"Saya bekerja di hotel di dekat tempat tinggal saya. Saya masih memiliki sedikit uang tabungan dari karier saya di sepak bola yang sangat berguna. Kemampuan saya dalam Bahasa Inggris sangat berguna di tempat ini. Saya juga berhasil menyelesaikan kuliah saya," jelas Riera.
Profil Frank Wormuth, Pria Jerman yang Akan Bantu Bima Sakti di Piala Dunia U-17 2023
Semoga berhasil menjalankan tugas.Lawan Pemuncak Klasemen, Persik Kediri Malah Kehilangan 3 Pemain Andalan
Pertandingan yang diramal akan menarik.Bertandang ke Markas Sendiri, Begini Persiapan Bali United Hadapi Arema FC
Pertandingan yang cukup unik bagi Bali United.Beda dengan Piala Dunia Pria, FIFA Sebut Piala Dunia Wanita Justru Rugi
Piala Dunia Wanita 2023 akan kick-off dalam hitungan hari.Unik! 5 Pemain Timnas Indonesia Bakal Dilatih Park Hang-seo Jika Gabung Persib Bandung
Semuanya baru sebatas rumor. Bisa benar, bisa salah.
Opini